Redaksi Buletin Al Atsariyyah
Jika
kita memperhatikan kondisi dakwah saat ini, maka kita akan menyaksikan
pemandangan yang aneh dan menakjubkan, namun menyedihkan. Banyak da’i
yang turun di kancah dakwah dengan semangat yang menggebu-gebu.Tujuan
mereka tentunya mulia, yaitu meninggikan kalimat Allah, namun dengan
cara yang salah !!
Begitu tingginya semangat mereka dalam berdakwah, sehingga terkadang mereka keluar dari rel syariat yang telah ditetapkan oleh Sang Maha Pencipta. Mereka menggunakan segala cara, tanpa adanya kontrol, dengan alasan "Niat kami kan baik, kami mau jihad…mau dakwah!!".
Oleh karena itu, sebagian orang, ada yang punya niat baik mau
mendirikan khilafah Islamiyah dan menerapkan syari’at, tapi dengan cara
yang salah sehingga melakukan pemboman disana-sini, mau melakukan kudeta
atau demo, mengkafirkan penguasa muslim, dan mencelanya!! Ini semua
adalah bentuk ketidaksabaran dalam berdakwah di jalan Allah!!! Padahal
bersabar dalam berdakwah di jalan Allah adalah suatu suatu kewajiban
yang besar yang harus dimiliki oleh para da’i. Oleh karena itu, Allah
memerintahkan kepada imamnya para da’i, yaitu Nabi -Shallallahu ‘alaihi
wa sallam-,Begitu tingginya semangat mereka dalam berdakwah, sehingga terkadang mereka keluar dari rel syariat yang telah ditetapkan oleh Sang Maha Pencipta. Mereka menggunakan segala cara, tanpa adanya kontrol, dengan alasan "Niat kami kan baik, kami mau jihad…mau dakwah!!".
"Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS.An-Nahl :127-128 ).
Para pegiat dakwah alias da’i amatlah butuh dengan kesabaran demi mencontoh Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- dalam ber-amar ma’ruf dan nahi mungkar. Ajarilah kaum muslimin tentang Al-Qur’an dan Sunnah berdasar pemahaman salaf, dengan telaten dan sabar. Jangan terburu-buru mau melihat hasil, atau berputus asa saat melihat musuh-musuh Islam berjaya sehingga kalian (para da’i) pun berbuat serampangan, dan keluar dari rel syari’at.
Umair bin Habib Al-Anshoriy-radhiyallahu ‘anhu- berkata, "Jika seorang diantara kalian ingin memerintahkan yang ma’ruf, dan melarang dari kemungkaran, maka hendaklah ia menempatkan dirinya di atas kesabaran terhadap segala cobaan, dan meyakini (akan mendapatkan) pahala dari Allah. Karena barangsiapa yang meyakini (akan mendapatkan) pahala dari Allah, maka ia tak akan merasakan cobaan apapun". [HR. Ibnu Abid Dunya dalam Al-Hilm (1/30)]
Pembaca yang budiman, sabar itu seperti namanya; pahit rasanya, namun hasilnya manis seperti madu. Allah -Ta’ala- telah menjelaskan kepada kita bahwa Dia pasti akan memberi ujian serta cobaan kepada para hamba-Nya. Terlebih lagi para da’i yang berdakwah di jalan-Nya untuk membedakan antara yang jujur dan yang pendusta, mukmin dengan munafiq, orang yang sabar dan orang yang tidak sabar. Ini merupakan sunnatullah bagi hamba-hamba-Nya. Allah -Ta’ala- berfirman,
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta". (QS. Al-Ankabuut: 2-3).
Dakwah di jalan Allah amat panjang perjalanannya, serta penuh dengan kesulitan, dan penderitaan. Karena da’i di jalan Allah menghendaki manusia untuk meninggalkan hawa nafsu dan syahwatnya, serta tunduk pada aturan-aturan-Nya, menegakkan hukum-hukum-Nya, dan mengamalkan syariat-syariat-Nya. Kemudian pasti disana ada musuh-musuh dakwah yang tidak menghendaki demikian. Maka tidak ada jalan keluar bagi para da’idan kaum muslimin dari makar musuh mereka, kecuali dengan memohon pertolongan yang disertai dengan usaha, dan kesabaran. Karena sabar bagaikan pedang yang tajam, kendaraan yang tidak menggelincirkan dan cahaya yang tidak pernah padam.
Kesabaran adalah tanda kuatnya iman seseorang. Sebab ia terpancar dari keyakinan kuat seseorang terhadap takdir yang telah ditetapkan oleh Allah.
Al-Mughiroh bin Amir-rahimahullah- berkata,
الشُّكْرُ نِصْفُ اْلإِيْمَانِ وَالصَّبْرُ نِصْفُ اْلإِيْمَانِ وَالْيَقِيْنُ اْلإِيْمَانُ كُلُّهُ
"Syukur adalah separuh iman, dan sabar adalah separuh iman, dan yakin adalah seluruh iman". [HR. Ibnu Abid Dunya dalam Asy-Syukr (1/24)]
Oleh karena itu, Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- memerintahkan kepada para sahabatnya untuk bersabar dalam menegakkan agama Allah -Ta’ala- , ketika mendapatkan siksaan, dan kekejaman kaum musyrikin di Mekah.
Abu Abdillah Khabbab bin Al-Aratt-radhiyallahu ‘anhu- berkata, "Kami mengadu kepada Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- sedangkan [beliau berbantalkan surbannya] di bawah naungan Ka’bah, [sedangkan kami baru saja bertemu dengan orang-orang musyrik yang menyiksa kami dengan siksaan yang sangat berat] seraya kami berkata, "Apakah engkau tidak memintakan pertolongan buat kami? Apakah engkau tidak mendo’akan (kemenangan) bagi kami?" Beliau bersabda,
قَدْ كَانَ مَنْ قَبْلَكُمْ يُؤْخَذُ الرَّجُلُ فَيُحْفَرُ لَهُ فِي اْلأَرْضِ فَيُجْعَلُ فِيْهَا ثُمَّ يُؤْتَى بِالْمِنْشَارِ فَيُوْضَعُ عَلَى رَأْسِهِ فَيُجْعَلُ نِصْفَيْنِ وَيُمْشَطُ بِأَمْشَاطِ الْحَدِيْدِ مَا دُوْنَ لَحْمِهِ وَعَظْمِهِ، مَا يَصُدُّهُ ذَلِكَ عَنْ دِيْنِهِ, وَاللهِ لَيُتِمَّنَّ هَذَا اْلأَمْرُ حَتَّى يَسِيْرَ الرَّاكِبُ مِنْ صَنْعَاءَ إِلَى حَضْرَمَوْتَ، لاَ يَخَافُ إِلاَّ اللهَ وَالذِّئْبَ عَلَى غَنَمِهِ وَلَكِنَّكُمْ تَسْتَعْجِلُوْنَ
"Sungguh orang-orang sebelum kalian ada yang ditanam hidup-hidup. Ada juga yang digergaji dari atas kepalanya, sehingga tubuhnya terbelah menjadi dua. Ada pula orang yang disisir dengan sisir besi yang mengenai daging dan tulangnya tetapi yang demikian itu tidak menggoyahkan mereka dari agamanya. Demi Allah, Allah pasti akan memenangkan agama ini hingga seseorang yang berjalan dari Shan’a sampai Hadramaut tidak ada yang ia takuti kecuali Allah, dan serigala yang akan menerkam kambingnya. Akan tetapi kalian sangat tergesa-gesa". [HR. Al-Bukhariy (3612, & 6943)]
Alangkah baiknya kita simak nasihat agung dari Seorang ulama’ salafiy, Syaikh Al-Utsaimin -rahimahullah- saat berkata menjelaskan hadits ini, "Dalam hadits ini terdapat dalil tentang wajibnya bersabar terhadap gangguan musuh-musuh kaum muslimin. Jika seorang sabar, maka ia akan menang!! Kewajiban seseorang adalah menghadapi sesuatu yang ia dapatkan berupa gangguan orang-orang kafir dengan kesabaran, mengharapkan pahala, dan menunggu kelapangan (kemenangan). Seseorang jangan menyangka masalah ini akan berakhir dengan cepat dan mudah. Terkadang Allah menguji orang-orang mukmin dengan orang-orang kafir yang menyakiti mereka, bahkan barangkali membunuh kaum mukminin sebagaimana mereka telah membunuh para nabi.Orang-orang Yahudi dari Bani Isra’il telah membunuh para nabi yang lebih mulia dibandingkan para dai, dan kaum msulimin. Seorang harus bersabar, dan menunggu kelapangan, serta tidak bosan, dan tidak berkeluh kesah, bahkan ia tetap tegar laksana batu. Akibat baik adalah milik orang-orang bertaqwa; Allah akan bersama orang-orang yang bersabar. Jika seorang muslim mau bersabar, dan tegar, serta mau menempuh jalan-jalan yang menyampaikan kepada tujuan dengan cara teratur, tapi bukan dengan cara berbuat keributan, tanpa mengajak, dan membangkitkan (emosi) massa. Karena musuh-musuh kaum muslimin dari kalangan orang-orang kafir, dan munafiq berjalan di atas rencana-rencana yang hebat, dan kokoh, dan merealisasikan tujuan mereka. Adapun orang-orang picik yang diombang-ambingkan oleh perasaan sehingga bergejolak (marah), dan bangkit, karena terkadang akan luput sesuatu yang banyak dari mereka, bahkan terjadi dari mereka ketergelinciran yang merusak sesuatu yang mereka dahulu telah bangun, jika mereka sungguh pernah membangun sesuatu. Tapi seorang mukmin harus bersabar, dan tenang; ia berbuat, tenang, dan menenangkan diri, serta membuat rencana secara rapi". [Lihat Syarh Riyadh As-Sholihin (1/104-105)]
Jika kita memperhatikan hadits Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- ini dengan baik, maka kita akan menemukan pelajaran yang sangat agung dan berharga, bahwa besarnya ujian yang didapatkan para sahabat nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- berupa gangguan dan siksaan kaum musyrikin dalam berpegang teguh dalam agama Allah -Ta’ala-. Walau demikian, Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- tetap memerintahkan mereka untuk bersabar dan tidak tergesa-gesa, sambil mencari solusi yang tepat.
Sebaliknya, Jika kita bandingkan dengan kondisi kaum muslimin pada hari ini, sungguh jauh berbeda. Tatkala mereka tidak mau bersabar, malah bersikap tergesa-gesa sehingga bukan hasil baik yang diraih, namun kehancuran dan kebinasaan. Jika kita mau melihat ke belakang, ada sebagian kaum muslimin yang tidak bersabar dan picik, mereka melakukan aksi-aksi teror dengan melakukan peledakan di mana-mana. Berawal dengan aksi spektakuler yaitu aksi penyerangan terhadap WTC dan Pentagon, tanggal 11 September 2001. Muncullah sosok Usamah bin Laden yang disebut-sebut sebagai pihak yang bertanggung jawab atas aksi tersebut. Nama Usamah bin Laden seketika itu menjadi "tenar" di dunia internasional. Hasilnya, Amerika Serikat membumihanguskan Afganistan dan Thaliban serta menghancurkan negeri-negeri kaum muslimin yang lain dengan alasan memerangi kaum teroris.
Di negeri kita pun tidak kalah heboh, orang-orang yang tidak mau bersabar dan picik pikirannya banyak melakukan aksi-aksi peledakan di nusantara ini. Mulai dari bom di Legian, Bali pada tanggal 12 Oktober 2002. Kemudian disusul peledakan di hotel JW Marriott, tanggal 5 Agustus 2003. Berselang berikutnya, disusul lagi peristiwa berdarah pada tanggal 9 September 2004 meledak pula bom di depan kantor Kedutaan Besar Australia. Tak usah jauh, di pelupuk mata kita, yaitu Mall Ratu Indah Makassar pun tidak lepas dari sasaran orang-orang teroris lagi picik ini!! Sehingga tertumpahlah darah orang-orang yang tidak dibenarkan secara syar’i untuk dibunuh, bahkan tidak sedikit dari kaum muslimin dan harta benda mereka yang ikut menjadi korban dalam peristiwa-peristiwa berdarah itu!!! Na’udzu billah minal fitan
Andaikan mereka mau bersabar , bertakwa, dan mengerjakan yang diperintahkan Rabb-nya, niscaya akan berikan pertolongan-Nya. Karena Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ, وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ, وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
"Ketahuilah bahwa kemenangan bersama kesabaran; kelonggaran bersama kesusahan, dan bersama kesulitan ada kemudahan". [HR. HR. Ahmad dalam Al-Musnad (1/307), Al-Hakim dalam Al-Mustadrok(6303 & 6304), Ath-Thobroniy dalam Al-Kabir (11560), Abd bin Humaid dalam Al-Musnad (636). Hadits ini di-shohih-kan Al-Arna’uth dalam Takhrij Al-Musnad (no. 2804) ]
Jadi, kesabaran merupakan senjata yang ampuh bagi kaum muslimin pada hari ini. Janganlah hanya karena melihat sebagian saudara-saudara kita yang tertindas oleh orang-orang kafir sehingga membuat kita gelap mata, membabi buta dan menghancurkan disana-sini serta membuat kerusakan di muka bumi. Sebab dari dahulu orang-orang kafir dan kaum munafiqin sangat besar kebencian dan permusuhannya terhadap kaum muslimin. Tengoklah orang-orang beriman dahulu, mereka disiksa dan ditindas, bahkan para nabi dan rasul pun dibunuh dan dibantai oleh orang-orang kafir. Bacalah firman Allah -Ta’ala- ketika mengingkari orang-orang yahudi yang membunuh para nabi,
"Katakanlah: "Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kamu orang-orang yang beriman?" (QS. Al-Baqarah :91 ).
Abdullah bin Mas’ud-radhiyallahu ‘anhu- berkata,
كَأَنِّيْ أَنْظُرُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَحْكِيْ نَبِيًّا مِنَ اْلأَنْبِيَاءِ ضَرَبَهُ قَوْمُهُ فَأَدْمَوْهُ وَهُوَ يَمْسَحُ الدَّمَ عَنْ وَجْهِهِ وَيَقُوْلُ: اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِقَوْمِيْ فَإِنَّهُمْ لاَ يَعْلَمُوْنَ
Seakan akan saya melihat Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- sewaktu menceritakan salah seorang dari nabi-nabi ketika dipukuli oleh kaumnya sehingga berlumuran darah dan ia mengusap darah dari wajahnya sambil berdo’a : "Wahai Allah, ampunilah kaumku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui" [HR. Bukhariy dalam Shohih-nya (3290), dan Muslim dalam Shohih-nya (1792)].
Walaupun siksaan dan cobaan yang dialami oleh para nabi dan rasul serta orang-orang beriman dahulu sangat berat, namun mereka tetap bersabar hingga datangnya pertolongan dari Allah. Mereka tidak meronta-ronta, dan membabi buta, lalu mengadakan kerusakan tanpa memikirkan akibat buruknya. Mereka tidak keluar ke jalan-jalan melakukan demonstrasi, bahkan mereka bersabar sesuai perintah Allah, sambil mencari solusi !!
Allah -Ta’ala- berfirman,
"Dan Sesungguhnya Telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Allah kepada mereka. tak ada seorangpun yang dapat merobah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. dan Sesungguhnya Telah datang kepadamu sebahagian dari berita rasul-rasul itu ." (QS. Al-An’am :34 ).
Maka janganlah heran, ketika melihat kondisi kaum muslimin pada hari ini yang semakin mundur dan terbelakang. Tidak lain disebabkan oleh dosa-dosa mereka, dan tidak bersabar serta bersikap tergesa-gesa!!! Allah -Ta’ala- berfirman,
"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)". (QS. Asy-Syuraa : 30).
Sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat dan jalan keluar dari setiap permasalahan itu ada. Di balik kesempitan ada kelapangan, dan di balik kesulitan ada kemudahan, jika kita mau bersabar, dan mencari solusinya seperti yang dipraktekkan oleh Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan para sahabat. Karena Allah telah menjanjikan semua itu, sedangkan Allah tidak pernah mengingkari janji-Nya. Allah -Ta’ala- berfirman,
"Maka bersabarlah kamu karena sesungguhnya janji Allah itu benar dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Robbmu pada waktu petang dan pagi". (QS.Ghofir :55 ).
Sumber : Buletin Jum’at Al-Atsariyyah edisi 70 Tahun II.