بسم
الله الرحمن الرحيم
Maryam adalah seorang wanita yang
salihah, yang dididik dan dibesarkan oleh Nabi Zakariya. Maryam tinggal di
mihrab masjid beribadah kepada Allah Ta'ala dan berdzikr kepada-Nya.
Suatu hari, Maryam didatangi oleh
para malaikat dalam wujud manusia, mereka menyampaikan pujian Allah kepadanya
dan mendorongnya untuk terus taat beribadah dan melakukan shalat, mereka
berkata, "Wahai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu,
menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa
dengan kamu).--Wahai Maryam! Taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukulah bersama
orang-orang yang ruku'." (Terj. QS. Ali Imran: 42-43)
Selanjutnya, para malaikat itu
memberitahukan kabar gembira kepadanya dengan kelahiran seorang anak darinya
yang akan menjadi Nabi dan Rasul yang mulia yang diperkuat dengan mukjizat,
mereka berkata, "Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu
(dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat[1]
(yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih[2]
Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk
orang-orang yang didekatkan (kepada Allah),--Dan dia berbicara dengan manusia
dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia termasuk orang-orang yang
saleh." (Terj. QS. Ali Imran: 45-46)
Mendengar berita itu, maka Maryam
merasa heran, yakni bagaimana dirinya akan melahirkan anak, sedangkan ia tidak
mempunyai suami dan tidak ada seorang laki-laki pun yang menyentuhnya, maka
Allah memberitahukan, bahwa demikianlah Allah menciptakan apa yang
dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Dia hanya
cukup berkata kepadanya, "Jadilah!" lalu jadilah dia (lihat Ali
Imran: 47). Ketika itu, Maryam hanya pasrah terhadap ketetapan itu dan berharap
agar Allah memberikan jalan keluar baginya karena khawatir kaumnya akan menuduh
yang tidak benar kepadanya.
Kelahiran Nabi Isa tanpa seorang
bapak tidaklah musathil, bukankah Nabi Adam ‘alaihis salaam lahir tanpa seorang
bapak dan seorang ibu dan bukankah Hawaa’ lahir dari laki-laki (tulang rusuk
Adam). Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman,
“Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa
di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari
tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang
manusia), maka jadilah dia.” (Terj. QS. Ali Imran: 59)
Pada suatu hari, saat Maryam sedang
menyendiri, Allah mengutus Malaikat Jibril kepadanya dalam wujud manusia yang
sempurna. Ketika Maryam melihatnya, maka ia segera terperanjat dan takut
kepadanya, ia pun segera berlindung kepada Allah dari orang itu, maka malaikat
Jibril langsung menenangkannya dan memberitahukan kepadanya, bahwa dia adalah
utusan Allah untuk mengaruniakan kepadanya seorang anak yang suci (lihat QS.
Maryam: 18-19).
Malaikat Jibril pun langsung
meniupkan ruh ke leher baju Maryam, lalu tiupan itu masuk ke farjinya, maka
Maryam pun hamil.
Waktu pun berlalu, maka tibalah
saatnya bagi Maryam untuk melahirkan anak, maka ia menyisihkan diri dengan
kandungannya itu ke tempat yang jauh. Dan rasa sakit akan melahirkan anak
memaksanya bersandar pada pangkal pohon kurma, Maryam berkata, "Wahai
kiranya, aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi
dilupakan."
Maka Jibril menyerunya dari tempat
yang rendah, "Janganlah kamu bersedih hati, Sesungguhnya Tuhanmu telah
menjadikan anak sungai di bawahmu.-Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke
arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak
kepadamu,--Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. jika kamu melihat
seorang manusia, maka Katakanlah, "Sesungguhnya aku telah bernazar
berpuasa untuk Tuhan Yang Maha pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan
seorang manusia pun pada hari ini." (Lihat QS. Maryam: 23-26)
Selanjutnya, Maryam membawa anak itu
kepada kaumnya dengan menggendongnya. Lalu kaumnya yang terdiri dari
orang-orang Yahudi berkata, "Wahai Maryam, Sesungguhnya kamu telah
melakukan sesuatu yang sangat mungkar. Wahai saudara perempuan Harun[3],
ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah
seorang pezina."
Maka Maryam menunjuk kepada anaknya.
Mereka pun berkata, "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang
masih di dalam ayunan?"
Ketika itulah Allah Subhaanahu wa
Ta'ala menjadikan Isa putera Maryam berbicara, Beliau berkata,
"Sesungguhnya aku ini hamba
Allah, Dia memberiku Al Kitab dan Dia
menjadikan aku seorang nabi---Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi
(mengajarkan kebaikan) di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan
kepadaku shalat dan zakat selama aku hidup;---Dan berbakti kepada
ibuku, dan Dia tidak menjadikanku seorang yang sombong lagi celaka---Dan
kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari
aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali."
(Terj. QS. Maryam: 30-33)
Meskipun begitu, orang-orang Yahudi
tetap saja menuduh Maryam berzina, dan ketika Maryam merasa khawatir terhadap
tindakan jahat mereka terhadap dirinya dan anaknya, maka Maryam membawa
puteranya ke tempat yang jauh agar mereka tidak menyakitinya.
Ketika Nabi Isa 'alaihis salam sudah
besar, maka Maryam membawa lagi Nabi Isa ke tempat kelahirannya Baitlahm
(dekat Baitulmaqdis) di Palestina.
Ketika Nabi Isa 'alaihis salam
kembali ke kaumnya, maka Beliau melihat ternyata kaumnya telah menyimpang dari
jalan yang diajarkan Nabi Musa 'alaihis salam. Mereka sibuk dengan dunia dan
tidak mengisi hidupnya dengan beribadah kepada Allah Ta'ala.
Bahkan di antara mereka ada yang
mengingkari hari Kiamat, mereka berkata, "Tidak ada hisab dan pembalasan
pada hari Kiamat."
Sebagian dari mereka lagi ada yang
kelewatan batas dalam mencintai dunia, sehingga mereka dengan tega mengambil
harta manusia dengan berbagai cara.
Kondisi Bani Israil ketika itu
benar-benar butuh diperbaiki, maka sungguh tepat diutusnya Nabi Isa 'alaihis
salam kepada mereka untuk membimbing mereka ke jalan yang lurus. Maka mulailah
Nabi Isa 'alaihis salam mengajak mereka beribadah kepada Allah Ta'ala dan
meninggalkan kebodohan dan kesesatan yang menimpa mereka.
Allah Ta'ala menguatkan Nabi Isa
'alaihis salam dengan mukjizat yang besar yang sesuai dengan zamannya sebagai
bukti bahwa Beliau adalah utusan Allah Ta'ala[4].
Allah Ta'ala memberikan mukjizat
kepadanya dengan mampu menghidupkan orang yang telah mati, menyembuhkan orang
yang sakit yang tidak sanggup disembuhkan penyakitnya oleh para tabib, Allah
juga mengajarkan sebagian ilmu gaib kepadanya. Oleh karena itu, Beliau
mengetahui apa yang dimakan orang-orang dan apa yang mereka simpan di rumah.
Maka mulailah Nabi Isa 'alaihis salam mengajak kaumnya ke jalan yang lurus
serta menguatkan ajakannya itu dengan mukjizat yang Allah berikan, Beliau
berkata, "Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa suatu
tanda dari Tuhanmu, yaitu aku membuat
untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi
seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak
dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati
dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang
kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda
bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman--Dan (aku datang kepadamu)
membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu
sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa
suatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu. Karena itu bertakwalah kepada Allah dan
taatlah kepadaku. (Terjemah QS. Ali Imraan: 49)
Meskipun mukjizat telah ditunjukkan
oleh Nabi Isa 'alaihis salam, tetapi tidak ada yang beriman dari mereka kecuali
sedikit saja, dan mereka terus-menerus di atas kekafiran dan penentangan di
samping mereka menuduhnya sebagai pesihir. Namun demikian, Nabi Isa 'alaihis
salam tidak berputus asa dan terus mengajak mereka beribadah kepada Allah
Ta'ala, hingga akhirnya Nabi Isa 'alaihis salam meminta kepada kaumnya untuk membantunya
menolong agama Allah, lalu Allah menunjuki segolongan kaum fakir dan miskin
kepada keimanan, dan mereka inilah yang menjadi pengikut setianya (hawariyyun)
yang dipilih Allah Ta'ala untuk mengemban dakwah yang hak dan menolong Nabi Isa
'alaihis salam. Jumlah mereka hanya 12 orang saja.
Ibnu Ishaq berkata: Nabi Isa
‘alaihis salam memiliki hawariy (sahabat setia yang membelanya), yang jumlahnya
ada 12 orang, yaitu Petrus, Ya’qub bin Zabda, Yohanes saudara Ya’qub,
Andraawes, Falibas, Ibritslima, Mata, Tomas, Ya’qub bin Halqiya, Tadaawus,
Fataatiya, Yudas Karyaayota. Dan Yudas inilah (yang murtad) yang menunjukkan
orang-orang Yahudi tentang keberadaan Isa.”
Suatu hari para pengikuti setia Nabi
Isa 'alaihis salam (kaum hawari) meminta kepada Nabi Isa 'alaihis salam agar
Beliau berdoa kepada Allah Ta'ala agar Dia menurunkan hidangan untuk mereka
langsung dari langit, lalu Nabi Isa 'alaihis salam menasihati mereka agar
bertakwa kepada Allah dalam hal itu, lalu para hawari berkata, "Kami
ingin memakan hidangan itu dan agar hati kami tenteram dan agar kami yakin
bahwa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang
menyaksikan hidangan itu." (Terj. QS. Al Ma'idah: 113)
Tetapi ketika Nabi Isa 'alaihis
salam melihat ternyata para hawari tetap saja meminta hidangan dari langit,
maka Nabi Isa 'alaihis salam berdiri shalat dan berdoa, "Ya Tuhan Kami
turunkanlah kiranya kepada Kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya)
akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang
datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rezekilah kami,
dan Engkaulah pemberi rezeki yang paling utama." (Terj. QS. Al
Ma'idah: 114)
Maka Allah 'Azza wa Jalla berfirman,
"Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu. Barang siapa
yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan itu), maka sesungguhnya Aku akan
menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di
antara umat manusia." (Terj. QS. Al Ma'idah: 115)
Tidak berapa lama kemudian, Allah
menurunkan hidangan dari langit, dan manusia melihatnya, sedangkan hidangan itu
terus mendekat sedikit demi sedikit. Hidangan tersebut pun sampai berada di hadapan
Nabi Isa 'alaihis salam, lalu Nabi Isa dan orang-orang yang berada di dekatnya
bersujud kepada Allah sambil bersyukur karena dikabulkannya permintaan mereka.
Selanjutnya, Nabi Isa 'alaihis salam
membuka penutup hidangan itu, dan ternyata dalam hidangan itu terdapat sesuatu
yang disukai jiwa dan enak dipandang mata[5],
lalu para hawari memakan hidangan itu. Dan ikut pula bersama mereka ribuan
manusia yang datang kepada Nabi Isa agar mereka disembuhkan dari penyakitnya dengan
izin Allah. Dan turunnya hidangan itu menjadi hari raya bagi kaum hawari dan
para pengikut Nabi Isa 'alaihis salam untuk masa yang panjang.
Bersambung…
Wallahu a’lam, wa shallallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa
‘alaa aalhihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji’: Al Qur'anul Karim (Terjemah Depag),
Mausu'ah Al Usrah Al Muslimah, Fathul Bari (Al Hafizh Ibnu Hajar), Shahih
Qashashil Anbiya' (Salim Al Hilaliy), dll.
[2] Beliau disebut Al Masih karena apabila
Beliau mengusap orang yang berpenyakit niscaya akan sembuh dengan izin Allah.
Ada pula yang berpendapat, bahwa Beliau disebut Al Masih, karena perjalanan
yang Beliau lakukan di bumi membawa agamanya karena menjaga diri dari fitnah,
dimana ketika itu orang-orang Yahudi mendustakannya dan menuduh dusta dirinya
dan ibunya.
[3] Maksud “Saudara perempuan Harun”
adalah bahwa Maryam seperti halnya Harun seorang ahli ibadah di zamannya, atau
seperti Harun saudara Musa ‘alaihis salam karena mirip sekali dengan ibadahnya.
[4] Para ulama menjelaskan, bahwa Allah
Ta’ala mengutus setiap nabi dengan membawa mukjizat yang sesuai dengan kondisi
zaman itu. Di zaman Nabi Musa, sihir merebak di mana-mana, dan para tukang
sihir dimuliakan, maka Allah Ta’ala mengutus Nabi Musa ‘alaihis salaam dengan
mukjizat yang membuat mata terbelalak dan membuat heran para tukang sihir, para
tukang sihir akhirnya yakin bahwa hal itu dari sisi Allah, mereka pun masuk
Islam dan menjadi orang-orang salih. Adapun di zaman Nabi ‘Isa ‘alaihis salaam,
ilmu pengobatan sedang masyhur, maka Allah Ta’ala mengutus Nabi ‘Isa ’alaihis
salam dengan mukjizat yang tidak bisa ditandingi oleh para dokter, bagaimana
bisa dilakukan oleh dokter menghidupkan benda mati, mengobati orang yang buta
sejak lahir dan yang terkena penyakit sopak, demikian juga Nabi kita Muhammad
shallallahu 'alaihi wa sallam, Allah mengutusnya di zaman para fushaha’ (pandai
bahasa) dan para syu’araa (ahli sya’ir), Allah Ta’ala memberikan kepada Beliau
kitab yang tidak bisa ditandingi oleh siapa pun meskipun jin dan manusia
berkumpul untuk membuatnya.
[5] Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ishaq bin Abdullah, bahwa
hidangan tersebut turun kepada Nabi Isa putera Maryam, dimana pada hidangan itu
ada tujuh buah roti dan tujuh buah ikan besar. Mereka makan sepuasnya.