Sebagai musuh yang nyata setan sebagai musuh utama anak Adam tidak akan henti-hentinya mendakwahkan kesesatan dan menjauhkan manusia dari jalan Alloh sejauh-jauhnya. Alloh berfirman yang artinya, “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Fathir: 6). Maka tidak selayaknya bagi makhluk yang berakal untuk lalai dari makar dan tipu daya mereka seperti bisikan, was-was, godaan, kerancuan dan menampakkan kebatilan dalam bentuk kebenaran.
Jurus Penyesatan Iblis
Ketahuilah, bahwa Iblis telah memasang berbagai
jenis perangkap untuk menggiring manusia menuju neraka. Perangkap setan yang
paling berbahaya ialah perangkap kesyirikan. Dari jalan inilah manusia di muka
bumi ini banyak disesatkan. Alloh berfirman, yang Artinya : “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Alloh,
maka pasti Alloh mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka,
tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.” (Al Maidah: 72)
Berikut ini beberapa jalan yang akan menuntun
seseorang ke dalam lembah kesyirikan. Wal ‘iyadzu
billah.
Berlebih-Lebihan Terhadap Orang-Orang
Shalih
Sikap ekstrim dengan mengagungkan orang shalih
adalah fenomena yang amat lazim kita temui, baik dulu maupun sekarang. Awalnya
manusia sejak terusirnya nabi Adam ke bumi adalah masih dalam keadaan Islam.
Ibnu Abbas berkata, “Dalam rentang waktu di antara
nabi adam dan Nuh itu ada sepuluh generasi. Semuanya masih dalam keadaan
islam.” (HR. Hakim) Setelah itu menyebarlah kesyirikan
di bumi untuk kali pertamanya dengan sebab sikap ekstrim tersebut. Maka Alloh
mengutus Nuh ‘alaihis salam
yang menyeru untuk beribadah hanya kepada-Nya dan melarang peribadahan kepada
selain-Nya. Tetapi kaum nabi Nuh justru membantahnya. “Dan mereka berkata: ‘Jangan sekali-kali kamu meninggalkan
(penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan
(penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa’, yaghuts, ya’uq dan
nasr’.” (Nuh: 23)
Inilah nama-nama orang sholih yang ada pada
kaum nabi Nuh ‘alaihis salam.
Tatkala mereka meninggal, setan membisikkan kepada kaum ini untuk membuat gambar
dan patung orang-orang shalih tersebut pada tempat ibadah mereka kemudian
menamainya sesuai nama-nama mereka. Mereka beralasan dengan melihat dan
mengenang patung serta gambar tersebut, mereka dapat meningkatkan semangat
ibadah kepada Alloh. Dalam fase ini mereka belum menyembahnya, sampai kemudian
generasi ini meninggal dan bergantilah generasi selanjutnya serta orang tidak
lagi mengenal ilmu tauhid, akhirnya patung-patung tersebut disembah.
Sesungguhnya setan mengajak untuk bersikap
ekstrim terhadap orang-orang shalih dan mengajak untuk beribadadah kepada kubur.
Mereka membisikkan ke dalam hati manusia bahwa sesungguhnya membuat bangunan di
atas kubur dan beri’tikaf di dekatnya adalah salah satu tanda cinta terhadap
para nabi dan orang shalih. Begitupula berdoa di samping kubur itu mustajab (akan terkabul). Setelah itu
setan memindah mereka dari tingkatan ini menuju berdoa dan bersumpah kepada
Alloh dengan nama penghuni kubur tesebut. Tatkala hal ini tertanam dalam benak
mereka, setan menggiring mereka untuk berdoa dan meminta kepada penghuni kubur
serta meminta syafaat kepada selain Alloh, mengambil kuburan sebagai berhala
atau tempat bergantung, thowaf (mengelilingi) di kuburan, menciuminya dan menyembelih hewan di
sisinya. Setelah tahap ini, setan kemudian menggiring mereka menuju tingkat
keempat, yaitu menyeru kepada manusia untuk beribadah kepada kubur dan
menjadikannya sebagai tempat perayaan. Setelah itu membisikkan pada mereka bahwa
siapa saja yang melarang hal-hal di atas, berarti mencela para nabi dan orang
shalih yang merupakan orang-orang mulia (Lihat Nurut
Tauhid wa Zhulumatus Syirk karya Syaikh Sa’id bin Ali
bin Wahf Al Qahthany).
Membangun Masjid di Atas Kubur dan Membuat
Gambar di Dalamnya
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam
mengingatkankan bahaya membangun masjid di atas kubur dan menjadikan kubur
sebagai masjid (baca: tempat untuk beribadah), karena ibadah kepada Alloh di
dekat kubur orang-orang shalih merupakan hal yang dapat menjerumuskan ke dalam
peribadatan kepada mereka. Tatkala Ummu Habibah dan Ummu Salamah menceritakan
kepada Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa
sallam tentang gereja yang ada di Habasyah (Ethiopia)
yang di dalamnya terdapat gambar-gambar, beliau berkata, “Sesungguhnya mereka itu ketika seorang shalih di kalangan mereka
meninggal, mereka membangun masjid di atas kuburnya, kemudian membuat gambar di
dalamnya.
Merekalah sejelek-jelek makhluk di sisi Alloh pada hari
kiamat.” (HR. Bukhori, Muslim). Bahkan Rosululloh
shollallohu ‘alaihi wa sallam
memperingatkan umatnya tatkala di akhir hayatnya. Beliau berkata, “Alloh melaknat orang-orang Yahudi dan Nasrani. Mereka menjadikan
kubur para nabi mereka sebagai masjid”. Aisyah berkata,
“Beliau memperingatkan dari perbuatan
mereka.” (HR. Bukhori, Muslim). Beliau juga bersabda
sebelum wafat, “Ketahuilah bahwa sesungguhnya
orang-orang sebelum kalian menjadikan kubur para nabi dan orang shalih sebagai
masjid (baca: tempat beribadah), maka sesungguhnya aku melarang kalian dari hal
tersebut.” (HR. Muslim)
Menjadikan Kubur Sebagai Tempat
Beribadah
Rosululloh mengingatkan umatnya agar tidak
menjadikan kubur beliau sebagai berhala yang disembah selain Alloh, terlebih
lagi apabila kubur itu kubur selain beliau. Beliau berkata, “Ya Alloh janganlah Kau jadikan kuburku sebagi berhala yang
disembah. Sungguh besar kemurkaan Alloh terhadap orang yang menjadikan kubur
nabi mereka sebagai masjid.” (HR. Malik, Abu
Nu’aim)
Bandingkan dengan realita kaum muslimin
sekarang ini. Mereka lebih senang untuk membaca Al Quran di kuburan, akan tetapi
di rumahnya sendiri kosong dari bacaan Al Quran. Bukankah Rosululloh bersabda,
“Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian
sebagai kuburan…” (HR. Abu Daud, Ahmad)
Menerangi Kubur (Memberinya Lentera, Lilin
dll) dan Membangun Kubah di Atasnya
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam
memperingatkan umatnya bahaya menerangi kubur. Hal ini karena mendirikan
bangunan dan memberi penerangan di atas kubur, mengapur, memberi tulisan dan
menjadikannya sebagai masjid adalah termasuk perkara-perkara yang dapat
menjerumuskan ke dalam kesyirikan. Ibnu Abbas radhiyallohu ‘anhuma berkata, “Rosululloh melaknat para wanita yang banyak berziarah ke kubur,
orang-orang yang menjadikannya sebagai masjid dan orang yang memberi penerangan
di atasnya.” (HR. An Nasai, Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu
Majah)
Rosululloh membersihkan bumi ini dari
perkara-perkara yang menjerumuskan ke dalam kesyirikan. Beliau pun telah
mengutus beberapa sahabatnya untuk merobohkan kubah-kubah tinggi yang ada di
atas kubur dan menghancurkan gambar-gambar ataupun. Abu Al Hayyaj Al Asady
berkata, Ali bin Abi Tholib berkata kepadaku, “Maukah
engkau kuutus membawa tugas seperti Rosululloh telah mengutusku, yaitu janganlah
engkau biarkan gambar atau patung kecuali engkau hancurkan, dan janganlah engkau
biarkan kubur yang tinggi kecuali engkau ratakan.” (HR.
Muslim). Wallohu A’lam bish Showab.
***
Penulis: Abu Yusuf Johan Lil
Muttaqin
Artikel www.muslim.or.id
Artikel www.muslim.or.id