Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu
Alquran, hadits shohih dan naluri serta cara berpikir yang sehat akan mendukung kenyataan bahwa Allah berada di atas Arsy.
Allah berfirman (yang artinya), "Allah yang maha pengasih itu ‘istiwa’ di atas Arsy" (Taha:4). Sebagaimana diterangkan dalam hadits Bukhary, para tabiin menafsirkan istiwa dengan naik dan meninggi.
Allah berfirman (yang artinya), "Apakah kamu merasa aman terhadap Yang di Langit? Dia akan menjugkir-balikkan bumi bersama kamu" (Al Mulk:16). Menurut Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu yang dimaksud dengan ‘Yang di langit’ adalah Allah seperti yang dituturkan dalam kitab tafsir Ibnul Jauzy.
Firman Allah (yang artinya), "Orang-orang takut kepada Tuhannya yang di atas mereka" (An Nahl:150).
Firman Allah tentang Nabi ‘Isa Alaihis Salam (yang artinya),"Tetapi Allah mengangkatnya kepada-Nya"(Annisa 150). Maksudnya Allah menaikkan nabi ‘Isa Alaihis Salam ke langit.
Allah berfirman (yang artinya), "Ialah Allah yang ada di langit-langit"
(Al An’am:3). Ibnu Katsir mengomentari ayat ini sebagai berikut,
"mufassirin sependapat bahwa kita tidak akan berkata seperti ucapan
bahwa kita tidak akan berkata seperti perkataan Jahmiyah (golongan
sesat) yang mengatakan bahwa Allah berada di setiap tempat. Mahasuci
Allah dari ucapan mereka."
Adapun firman Allah (yang artinya), "Dan Allah selalu bersamamu dimana kamu berada"
(Al-Hadid:4). Yang dimaksud adalah Allah itu selalu bersama kita
(pengawasan-Nya) dimana Allah mendengar dan melihat kita, seperti
keterangan dalam tafsir Ibnu Katsir dan kitab Jalalain.
Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam
mi’raj ke langit ke tujuh dan berdialog dengan Allah serta diwajibkan
untuk melakukan sholat 5 waktu (riwayat Bukhari dan Muslim).
Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda (yang artinya), "Kenapa kamu tidak mempercayaiku? Padahal aku ini dipercaya oleh Allah yang berada di atas langit" (Riwayat Bukhari dan Muslim).
Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda (yang artinya), "Sayangilah orang-orang yang ada di bumi maka yang di langit(Allah) akan menyayangimu" (Riwayat Tirmidzi).
Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam pernah menanyai seorang budak wanita, "dimanakah Allah?".Jawabnya,"Di langit !". Rasulullah bertanya," Siapa saya?". Dijawab lagi, "Kamu Rasulullah". Lalu Rasulullah bersabda, "merdekakanlah ia, karena dia seorang mukminah".
Sabda Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam (yang artinya), "Arsy berada di atas, dan Allah berada di atas arsy. Allah mengetahui keadaan kamu."
Abu Bakar As Shidiq Radhiyallahu ‘Anhu
berkata (yang artinya), "Barang siapa menyembah Allah maka Allah berada
di langit,ia hidup dan tidak mati" (riwayat Imam Ad Darimy dalam Al Radd Alal Jahmiyah).
Abdullah
bin Mubarak pernah ditanya (yang artinya), "Bagaimanakah kita
mengetahui Tuhan kita?". Maka Beliau Menjawab,"Tuhan kita di atas
langit, di atas Arsy, berbeda dengan makhluk-Nya". Maksudnya Dzat Allah
berada di atas arsy, berbeda dan berpisah dengan makhluk-Nya, dan
keadaannya di atas arsy tersebut tidak sama dengan makhluk.
Iman
Abu Hanifah menulis kitab kecil berjudul "Sesungguhnya Allah itu di
atas Arsy". Beliau Rahimahullah menerangkan hal itu dalam kitabnya Al Ilm wal Muta’allim.
Orang yang sedang sholat selalu mengucapkan, "subhana Robbiyal ‘Ala…". (maha suci Tuhanku Yang Maha Tinggi). Ketika berdoa ia juga mengangkat tagannya dan menengadahkan ke langit.
Anak kecil ketika ditanya dimana Allah, mereka akan segera menjawab berdasarkan naluri mereka bahwa Allah berada di langit.
Otak
yang sehat juga mendukung kenyataan bahwa Allah berada di langit.
Seandainya Allah berada di semua tempat (dimana-mana), niscaya
Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam pernah menerangkan dan
mengajarkan kepada para sahabatnya. Kalau Allah berada di SEGALA TEMPAT,
berarti Allah juga berada di tempat-tampat yang najis dan kotor. Maha
suci Allah dari semua anggapan itu.