Setan selalu memasukkan bisikan-bisikannya ke dalam qalbu seseorang yang tidak memiliki bashirah (ilmu) dengan pertanyaan yang batil ini. Demikian pula ahlul ilhad, senantiasa melontarkan syubhat ini, yang merupakan sebatil-batil syubhat.
Menepis Bisikan Setan
Tanya:
Apakah
termasuk musibah dan ujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi seorang
hamba bila ia diganggu oleh bisikan-bisikan untuk berpikir menanyakan
keberadaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan penciptaan-Nya. Juga bisikan
yang menakut-nakuti dia akan hal-hal yang tidak disukai atau takut
kehilangan yang dicintai, dijenuhkan dengan banyaknya aturan syariat
yang dibebankan kepadanya sehingga hal tersebut membuatnya sedih, lemas,
dan mengganggu ibadahnya. Namun ia tetap berusaha untuk taat kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala dan ajaran Nabi-Nya. (Natsir-Jayapura)
Jawab:
Alhamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah wa ‘ala alihi wa shahbihi wa man walah.
Apa
yang anda alami adalah bisikan-bisikan setan, sebagaimana dikabarkan
oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu:
يَأْتِي
الشَّيْطَانُ أَحَدَكُمْ فَيَقُوْلُ: مَنْ خَلَقَ كَذَا؟ مَنْ خَلَقَ
كَذَا؟ حَتَّى يَقُوْلَ: مَنْ خَلَقَ اللهَ؟ فَإِذَا بَلَغَهُ
فَلْيَسْتَعِذْ بِاللهِ وَلْيَنْتَهِ. – وَفِي لَفْظٍ: فَلْيَقُلْ: آمَنْتُ
بِاللهِ وَرُسُلِهِ -
“Setan
akan mendatangi salah seorang dari kalian lalu membisikkannya: ‘Siapa
yang menciptakan ini? Siapa yang menciptakan itu?’ Sampai kemudian ia
akan membisikkan: ‘Siapa yang menciptakan Allah?’ Jika dia sampai pada
tingkatan itu maka hendaklah ia memohon perlindungan kepada Allah1 dan
berhenti.” (Muttafaq ‘alaih)2
Dalam riwayat Muslim yang lain dengan lafadz: “Maka hendaklah ia mengatakan: ‘Aku beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya.’”
Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullahu berkata: “Hadits
ini menjelaskan bahwa setan pasti akan melontarkan pertanyaan yang
batil tersebut. Baik sekedar bisikan belaka (yang disusupkan ke dalam
qalbu) atau melalui lisan para setan dari kalangan manusia dan ahlul
ilhad (orang-orang mulhid yang menentang dan mencela agama). Dan
faktanya adalah seperti yang dikabarkan oleh Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam karena dua hal ini benar-benar terjadi.
Setan
selalu memasukkan bisikan-bisikannya ke dalam qalbu seseorang yang
tidak memiliki bashirah (ilmu) dengan pertanyaan yang batil ini.
Demikian pula ahlul ilhad, senantiasa melontarkan syubhat ini, yang
merupakan sebatil-batil syubhat.
Mereka
juga senantiasa berbicara dan membahas tentang penyebab terciptanya
alam serta materi penciptaannya dengan pembahasan-pembahasan yang lemah
dan tidak masuk akal.
Dalam hadits yang agung ini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membimbing bagaimana cara menangkal pertanyaan ini, yaitu dengan tiga cara:
1. Berhenti darinya karena Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi batasan pada akal dan pikiran yang tidak akan mampu dilampaui.
Tidak mungkin akal dan pikiran bisa melampaui batasan tersebut karena
itu adalah sesuatu yang mustahil. Upaya untuk mencapai sesuatu yang
mustahil adalah perbuatan batil dan merupakan kedunguan. Sementara
berantainya pencipta3 tanpa batas akhir merupakan perkara yang paling
mustahil. Karena setiap makhluk memiliki permulaan dan batas akhir, dan
mungkin saja banyak dari perkara-perkara makhluk yang berantai
penciptaannya hingga berakhir pada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang
menciptakan seluruh makhluk, sifat, materi, dan unsur-unsurnya.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَأَنَّ إِلَى رَبِّكَ الْمُنْتَهَى
“Dan sesungguhnya kepada Rabbmulah segala sesuatu berakhir.” (An-Najm: 42)
Jika
jangkauan akal sudah sampai pada batas terakhir (yaitu bahwa Allah
Subhanahu wa Ta’ala yang menciptakan seluruh makhluk), maka dia akan
berhenti dan menyerah (tidak mampu memikirkan lebih lanjut). Karena
Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Dzat yang Awwal (Yang Pertama dan tidak
berpermulaan), yang tidak ada sesuatupun sebelumnya dan Dia-lah yang
akhir dan tidak ada akhirnya, yang tidak ada sesuatupun setelahnya.4
Jadi
keberadaan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah sebagai Dzat yang awal yang
mendahului segala sesuatu dan tidak memiliki batas permulaan, sejauh
manapun kita menarik waktu dan keadaan ke belakang yang bisa
ditakdirkan. Karena Dia-lah Dzat yang menciptakan keberadaan seluruh
waktu dan keadaan serta akal yang merupakan bagian dari kekuatan
(kemampuan) manusia. Jika demikian, bagaimana mungkin akal akan berupaya
memaksakan diri dalam memikirkan pertanyaan yang batil tersebut (siapa
yang menciptakan Allah Subhanahu wa Ta’ala). Yang wajib bagi akal dalam
masalah ini adalah berhenti dan mengakhiri apa yang dipikirkannya.
2. Memohon perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari godaan setan.5
Karena ini merupakan was-was dan bisikan setan yang dimasukkan ke dalam
qalbu manusia guna menimbulkan syak (keraguan) dalam mengimani
Rabb-nya. Wajib bagi setiap hamba jika merasakan hal demikian untuk
memohon perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari godaan setan
dengan kuat dan sungguh-sungguh. Niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan
mengusir setan itu hingga menjauh darinya dan lenyaplah was-was dan
bisikannya yang batil.
3. Menangkalnya dengan iman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan para rasul.
Karena sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala dan para rasul-Nya telah
mengabarkan bahwa Dia-lah yang awal yang tiada sesuatupun sebelumnya.
Dia-lah satu-satunya Dzat yang memiliki keesaan, satu-satunya pencipta
yang menciptakan segala sesuatu yang ada di masa lalu dan masa yang akan
datang.
Keimanan
yang benar disertai keyakinan yang kokoh kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan rasul-Nya akan menangkal seluruh syubhat (pemikiran rancu)
yang bertentangan dengan iman. Karena kebenaran akan menangkal kebatilan
dan syak (keraguan) yang dicampakkan oleh setan tidak akan bisa
menggoyahkan keyakinan yang kokoh.
Inilah
tiga perkara yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang membatalkan syubhat-syubhat yang senantiasa diserukan oleh
ahlul ilhad dengan ungkapan-ungkapan yang beraneka macam. Alhamdulillah,
perkara yang pertama akan mengakhiri kejelekan tersebut saat itu juga.
Perkara yang kedua akan mengakhiri sebab yang akan menyeret kepada
kejelekan tersebut dan perkara yang ketiga akan membentengi serta
melindungi dari segala perkara yang bertentangan dengan iman.
Ketiga
perkara ini merupakan kumpulan sebab-sebab yang akan menangkal setiap
syubhat yang bertentangan dengan iman6. Maka (yang demikian ini)
sangatlah patut dilakukan dalam rangka menangkal setiap syubhat dan
kesamaran yang merongrong iman. Hendaklah seorang hamba menangkalnya
saat itu juga dengan hujjah-hujjah yang menunjukkan batilnya serta
menetapkan al-haq yang tidak ada selainnya kecuali kesesatan.
Kemudian
berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari setan yang senantiasa
mencampakkan ke fitnah syubhat dan syahwat ke dalam qalbu manusia untuk
menggoyahkan keimanan dan menjerumuskan manusia ke dalam berbagai
kemaksiatan. Dengan kesabaran7 dan keyakinan yang dimiliki, seorang
hamba akan selamat dari fitnah-fitnah syubhat dan syahwat. Semoga Allah
Subhanahu wa Ta’ala memberi taufik dan perlindungan kepada kita.
(Bahjatu Qulubil Abrar wa Qurratu ‘Uyunil Akhyar fi Syarhi Jawami’il Akhbar, hal. 18-20)
1 Yaitu dengan membaca:
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
“Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terlaknat.” (pen)
2 Shahih Al-Bukhari (no. 3276) dan Shahih Muslim (no. 134).
3 Artinya bahwa sang pencipta diciptakan oleh pencipta sebelumnya tanpa batas akhir.
4 Sebagaimana dalam hadits Abu Hurairah dalam Shahih Muslim (no. 2713). (pen)
5 Lihat catatan kaki no. 1.
6 Penjelasan berikut ini juga mengandung jawaban terhadap perkara ke-2 dan ke-3 yang dialami oleh sang penanya.
7
Yaitu bersabar dalam melaksanakan perintah-perintah Allah, bersabar
dalam meninggalkan larangan-larangan-Nya dan bersabar dalam menerima
takdir Allah yang digariskan untuknya.
Dikutip dari http://www.asysyariah.con offline Penulis : Al-Ustadz Abu Abdillah Muhammad Al-Makassari, Judul: Hukum Bayi Tabung dan Menepis Bisikan Setan