بسم
الله الرحمن الرحيم
Kemudian Nabi Sulaiman 'alaihis salam mengancam
mereka, bahwa jika mereka tidak mau masuk Islam, maka ia akan datang kepada
mereka dengan membawa bala tentara yang mereka tidak sanggup melawannya. Maka
para utusan ratu Saba' kembali, dan
setelah sampai, mereka memberitahukan tentang sikap Nabi Sulaiman terhadap
hadiah itu dan perkataannya, mereka juga menyampaikan hal yang mereka lihat,
berupa kekuatan Nabi Sulaiman dan segala yang ditundukkan Allah untuknya, maka
ratu Balqis mengumpulkan para pemuka di kerajaannya untuk meminta masukan dari
mereka tentang masalah Nabi Sulaiman 'alaihis salam, maka mereka memandang
perlunya mereka tunduk segera kepadanya, dan pandangan ini juga merupakan pandangan
ratu Balqis.
Nabi Sulaiman mengetahui bahwa Balqis ratu Saba'
dan kaumnya akan datang kepadanya untuk masuk Islam dan beriman. Oleh karena
itu, Nabi Sulaiman ingin menunjukkan kepadanya tanda-tanda kekuasaan Allah Azza wa Jalla, agar ia (ratu Balqis)
mengetahui bahwa ia adalah utusan Allah. Maka Nabi Sulaiman 'alaihis salam
meminta para pembantunya untuk membawa singgsananya sebelum ratu Balqis dan
kaumnya sampai kepadanya, lalu Ifrit dari kalangan jin menyatakan sanggup
membawa singgasana itu sebelum Beliau berdiri dari tempat duduknya, kemudian
ada lagi orang yang lain yang memiliki ilmu tentang Kitabullah yang menyatakan
sanggup membawa singgasana itu sebelum mata Beliau berkedip. Maka Nabi Sulaiman
'alaihis salam mengizinkan hamba yang saleh ini untuk membawa singgsana itu.
Sekejap kemudian, singgasana itu langsung tampil di hadapan Nabi Sulaiman 'alaihis
salam.
Orang itu adalah
Aashaf juru tulis Nabi sulaiman. Ia adalah seorang mukmin yang shiddiq dan
mengenal Al Ismul A’zham (nama Allah yang agung). Ia pun berdiri dan berdo’a
kepada Allah sambil mengucapkan “Yaa dzal jalaali wal ikraam.” (sebagaimana
diterangkan Al Hafizh Ibnu Katsir)
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah berkata: “Para ulama
mengatakan, “Sesungguhnya singgasana itu dibawa oleh para malaikat untuk dibawa
ke hadapan Sulaiman dari Yaman, sedangkan Sulaiman berada di Syam dalam waktu
sekejap mata. Ini menunjukkan kekuatan para malaikat jauh lebih kuat daripada kekuatan
jin dan kekuatan jin jauh kuat daripada kekuatan anak cucu Adam…dst.” (Lihat Tafsir
Juz ‘Amma karya Ibnu Utsaimin pada tafsir surat An Naazi’at ayat 3)
Maka Nabi Sulaiman 'alaihis salam bersyukur atas
nikmat Allah yang besar itu, yaitu dengan dihadapkan kepadanya singgasana Ratu
Balqis dari Yaman ke Syam dalam sekejap mata.
Ia pun berkata, "Ini Termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku apakah
aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Dan barang siapa yang bersyukur, maka
sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa
yang kufur, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". (Terj.
QS. An Naml: 40)
Sebelum kedatangan ratu Balqis, Nabi Sulaiman 'alaihis
salam telah memerintahkan jin untuk membangunkan istana besar untuknya sebagai
tempat bagi Ratu balqis menghadapnya. Nabi Sulaiman 'alaihis salam juga menyarankan
kepada mereka agar lantai istananya dari kaca yang kuat namun tipis, dimana di
bawahnya mengalir air dan terdapat ikan-ikan di sana, lalu mereka meletakkan
singgasana ratu Balqis di sana setelah dirubah sedikit untuk mengetes ratu
Balqis; apakah ia ingat atau tidak terhadap singgsananya.
Hari pun berlalu dan telah tersiar berita sampainya ratu
Balqis dan kaumnya ke Syam, maka Nabi Sulaiman menyuruhnya masuk ke istana yang
telah ia siapkan untuknya, sedangkan Nabi Sulaiman 'alaihis salam duduk di atas
kursi kerajaannya. Ketika ratu Balqis hendak masuk ke istana itu, maka
pandangan ratu Balqis tertuju kepada singgasana(nya), lalu Nabi Sulaiman
'alaihis salam bertanya kepadanya, "Apakah seperti ini singgasanamu?"
Maka Balqis -dengan keheranan dan keanehan yang dirasakan, dimana singgasananya
telah ia tinggalkan di yaman- berkata, "Sepertinya ia
(singgasanaku)."
Lalu Balqis menghadap untuk masuk ke istana, namun ia
lihat di depannya ada air dan ia tidak melihat adanya kaca, maka ia pun
menyingkapkan kedua betisnya agar tidak basah kainnya, lalu Nabi Sulaiman
memberitahukan, bahwa lantai istana ini terbuat dari kaca. Ketika ratu Balqis
melihat kekuasaan yang besar ini, maka ratu Balqis langsung menyatakan masuk
Islam, ia berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim
terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan
semesta alam." (Terj. QS. An Naml: 44)
Allah Subhaanahu wa Ta'ala menguji Nabi Sulaiman dengan
penyakit keras yang membuat para dokter dari kalangan jin dan manusia kebingungan
terhadap penyakit itu, mereka sempat membawakan kepadanya berbagai obat-obatan,
namun tidak juga sembuh, bahkan penyakit Nabi Sulaiman 'alaihis salam semakin
bertambah parah. Apabila Beliau duduk di atas kursi, maka Beliau duduk
seakan-akan sebagai jasad tanpa ruh.
Sakit tersebut terus dirasakan oleh Nabi Sulaiman dalam
waktu yang cukup lama, namun Beliau tidak keluh kesah dan berputus asa, bahkan
setiap kali bertambah parah sakitnya ia terus berdzikr kepada Allah 'Azza wa
Jalla sambil berdoa dan memohon ampunan kepada-Nya dan meminta kesembuhan
sehingga Allah mengabulkan permohonannya dan mengembalikan kesehatannya. Ketika
itulah, Nabi Sulaiman 'alaihis salam menyadari bahwa kemuliaannya, kerajaannya,
dan kebesarannya tidak menjamin dirinya tetap sehat kecuali jika dikehendaki
Allah 'Azza wa Jalla.
Nabi Sulaiman 'alaihis salam ingin membuat rumah yang
besar untuk dirinya beribadah kepada
Allah Azza wa Jalla, ia menyuruh jin untuk mengerjakan tugas itu, maka
mereka pun menyanggupinya karena mereka ditundukkan untuknya atas perintah
Allah. Ketika Nabi Sulaiman berdiri shalat di mihrabnya dengan bersandar pada
tongkatnya, tiba-tiba Beliau wafat tanpa diketahui oleh jin. Beliau wafat dalam
keadaan bersandar dengan tongkatnya selama setahun, sedangkan jin bekerja keras
sebagaimana biasanya tanpa menyadari wafatnya Beliau. Para jin terus
memperhatikan Beliau dalam keadaan seperti itu, mereka mengira bahwa Beliau
sedang shalat dan berdzikr, sehingga ketika mereka (para jin) melewati Beliau,
mereka melihat bahwa Beliau sedang bersandar di atas tongkat; mereka mengira
bahwa Beliau masih hidup dan hati mereka dipenuhi rasa takut kepadanya, sehingga
para jin terus melanjutkan pekerjaan mereka. Mereka tidak mengetahui bahwa Nabi
Sulaiman telah wafat kecuali setelah datang rayap yang memakan tongkat Nabi
Sulaiman, kemudian jasad Beliau pun jatuh ke tanah.
Allah Subhaanahu wa Ta'ala menampakkan peristiwa ini
kepada manusia, karena para jin menipu mereka dengan memberitahukan, bahwa mereka
mengetahui yang gaib dan mengetahui hal-hal yang tersembunyi, maka Allah
Subhaanahu wa Ta'aala ingin memperlihatkan kepada hamba-hamba-Nya kedustaan
dakwaan mereka.
Setelah Nabi Sulaiman 'alaihis salam wafat, maka jin dan
manusia segera mendatanginya, dan tahulah
jin bahwa ia sudah lama wafat, dan manusia pun mengetahui bahwa pernyataan
bahwa jin mengetahui yang gaib adalah dusta, dan bahwa jin sama sekali tidak
mengetahui yang gaib.
Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman, "Maka
ketika Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan
kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka
ketika ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka
mengetahui yang gaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang
menghinakan." (Terj. QS. Saba': 14)
Orang-orang Yahudi menyangka bahwa Nabi Sulaiman
'alaihis salam adalah seorang pesihir, maka Allah membantah tuduhan mereka
sebagaimana diterangkan dalam surat Al Baqarah: 102.
Allah Subhaanahu wa Ta'ala memuji Nabi Sulaiman
'alaihis salam karena banyaknya ia beribadah dan bertdaharru' kepada Allah
Subhaanahu wa Ta'ala, Dia berfirman,
"Dan Kami karuniakan kepada Dawud,
Sulaiman, dia adalah sebaik- baik hamba. Sesungguhnya Dia sangat taat (kepada
Tuhannya)," (Terj. QS. Shaad:
30)
Wallahu a'lam, wa shallallahu ‘alaa nabiyyinaa
Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji': Al Qur'anul Karim, Mausu'ah Al Usrah Al Muslimah (www.islam.aljayyash.net), Mausu'ah
Haditsiyyah Mushaghgharah, Shahih Qashashil Anbiya' (Ibnu Katsir, Takhrij Salim
Al Hilali), dll.