Monday, March 9, 2015

Kisah Nabi Sulaiman ‘alaihis salam (bag. 1)

Kisah Nabi Sulaiman ‘alaihis salam (bag. 1)
بسم الله الرحمن الرحيم

Nabi Sulaiman 'alaihis salam adalah salah satu di antara nabi-nabi Allah. Allah Subhaanahu wa Ta'ala mengutusnya kepada Bani Israil. Ia memegang kerajaan ayahnya, yaitu Nabi Dawud 'alaihis salam setelah Beliau wafat.

Nabi Sulaiman 'alaihis salam adalah seorang pemimpin yang adil; ia memutuskan masalah yang terjadi di antara manusia mengikuti apa yang diturunkan Allah Ta'ala. Allah Ta'ala menundukkan segala sesuatu untuk Beliau, seperti manusia, jin, hewan, burung, angin, dan lain-lain. Mereka semua bekerja untuk Nabi Sulaiman 'alaihis salam sesuai kehendaknya dengan izin Tuhannya, dan mereka tidak berani keluar dari ketaatan kepadanya. Apabila salah seorang di antara mereka ada yang berani durhaka kepadanya, maka Nabi Sulaiman menyiksanya dengan siksaan yang pedih.

Allah Subhaanahu wa Ta'ala juga menundukkan setan-setan kepada Beliau. Oleh karena itu, mereka datang kepadanya membawa sesuatu yang Beliau perlukan, bahkan mereka membuatkan untuk Beliau gedung-gedung yang tinggi, piring-piring yang besarnya seperti kolam, dan periuk yang tetap berada di atas tungku. Allah Ta'ala berfirman,
"Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan, dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula)[1], dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala.--Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendaki-Nya dari gedung-gedung yang tinggi, gambar-gambar dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah wahai keluarga Dawud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih." (Terj. QS. Saba': 12-13)
Allah Subhaanahu wa Ta'ala juga mengajarkan kepada Nabi Sulaiman 'alaihis salam bahasa burung dan hewan-hewan lainnya. Bahkan Beliau memiliki pasukan besar yang terdiri dari manusia, jin, dan burung. Allah Ta'ala berfirman,
"Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan)." (Terj. QS. An Naml: 17)
Oleh karena nikmat-nikmat Allah begitu banyak dan besar dilimpahkan kepada Nabi Sulaiman 'alaihis salam, maka Nabi Sulaiman selalu bersyukur dan berdzikr kepada Allah 'Azza wa Jalla, Beliau banyak melakukan shalat, banyak bertasbih, dan banyak beristighfar. Bahkan ketika Beliau disibukkan oleh pertunjukan kuda sehingga membuatnya lalai dari mengingat Allah, maka Beliau sembelih kuda-kuda itu karena Allah, sehingga Allah menggantinya dengan angin yang tunduk mengikuti perintahnya.
Sejak kecil, Nabi Sulaiman 'alaihis salam dianugerahi kecerdasan oleh Allah 'Azza wa Jalla. Suatu hari ia pergi seperti biasa bersama ayahnya, Nabi Dawud 'alaihis salam ke tempat pengadilan, lalu ada dua orang yang masuk. Yang satu adalah pemilik tanah yang terdapat tanaman di dalamnya, sedangkan yang satu lagi penggembala kambing. Keduanya datang untuk meminta keputusan, maka pemilik tanaman berkata, "Sesungguhnya orang ini memiliki kambing yang ia gembalakan, tetapi masuk ke kebunku di malam hari dan merusak tanaman yang ada di dalamnya, maka putuskanlah masalah kami dengan adil." Tetapi Dawud tidak langsung memberikan keputusan sampai ia mendengar orang yang satu lagi. Ketika itulah, Nabi Dawud 'alaihis salam dapat mengetahui benarnya kata-kata pemilik tanaman, maka Nabi Dawud memutuskan bahwa kambing-kambing itu harus diserahkan kepada yang punya tanaman sebagai ganti tanam-tanaman yang dirusak. Tetapi Nabi Sulaiman 'alaihis salam memutuskan agar kambing-kambing itu diserahkan sementara kepada yang punya tanaman untuk diambil manfaatnya. Dan orang yang punya kambing diharuskan mengganti tanaman itu dengan tanam-tanaman yang baru. Apabila tanaman yang baru telah dapat diambil hasilnya, maka yang mempunyai kambing itu boleh mengambil kambingnya kembali. Keputusan Nabi Sulaiman alaihis salam ini adalah keputusan yang tepat. Maka mereka berdua setuju atas keputusan itu dan menerimanya dengan senang hati. Nabi Dawud 'alaihis salam kagum dengan kecerdasan anaknya terhadap masalah ini padahal ia masih kecil dan setuju dengan keputusan anaknya. Allah 'Azza wa Jalla menyebutkan kisah ini dalam Al Qur'an di surat Al Anbiya' ayat 78-79.
"Dan (ingatlah kisah) Dawud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberikan keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu,--Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat); dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Dawud. dan kamilah yang melakukannya." (Terj. QS. Al Anbiya': 78-79)
Contoh lain keputusan Nabi Sulaiman 'alaihis salam adalah sebagaimana disebutkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " كَانَتِ امْرَأَتَانِ مَعَهُمَا ابْنَاهُمَا، جَاءَ الذِّئْبُ فَذَهَبَ بِابْنِ إِحْدَاهُمَا، فَقَالَتْ لِصَاحِبَتِهَا: إِنَّمَا ذَهَبَ بِابْنِكِ وَقَالَتِ الأُخْرَى: إِنَّمَا ذَهَبَ بِابْنِكِ، فَتَحَاكَمَتَا إِلَى دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ فَقَضَى بِهِ لِلْكُبْرَى، فَخَرَجَتَا عَلَى سُلَيْمَانَ بْنِ دَاوُدَ عَلَيْهِمَا السَّلاَمُ فَأَخْبَرَتَاهُ، فَقَالَ: ائْتُونِي بِالسِّكِّينِ أَشُقُّهُ بَيْنَهُمَا، فَقَالَتِ الصُّغْرَى: لاَ تَفْعَلْ يَرْحَمُكَ اللَّهُ هُوَ ابْنُهَا فَقَضَى بِهِ لِلصُّغْرَى " قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ: «وَاللَّهِ إِنْ سَمِعْتُ بِالسِّكِّينِ قَطُّ إِلَّا يَوْمَئِذٍ، وَمَا كُنَّا نَقُولُ إِلَّا المُدْيَةَ»
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Dahulu ada dua orang wanita yang masing-masingnya bersama anaknya, lalu ada serigala yang membawa anak salah seorang dari keduanya, maka wanita itu berkata kepada temannya, "Sesungguhnya serigala itu membawa anakmu," wanita yang satu lagi berkata, "Serigala itu yang membawa anakmu." Akhirnya keduanya membawa masalah itu kepada Nabi Dawud 'alaihis salam, lalu Dawud memutuskan, bahwa anak itu untuk wanita yang tua, maka keduanya keluar dan mendatangi Nabi Sulaiman bin Dawud 'alaihimas salam lalu memberitahukan kejadian itu, maka Nabi Sulaiman berkata, "Bawalah kepadaku sikkin (pisau), agar aku membelah untuk keduanya." Wanita muda menjawab, "Jangan kamu lakukan itu, semoga Allah merahmatimu. Dia adalah anaknya." Maka Nabi Sulaiman memutuskan bahwa anak itu untuk wanita muda." Abu Hurairah berkata, "Demi Allah, aku tidak mendengar kata "sikkin" (pisau) kecuali pada hari itu. Sebelumnya kami biasa menyebutnya "Mudyah (pisau)." (HR. Bukhari dan Muslim)
Suatu hari, Nabi Sulaiman 'alaihis salam berangkat bersama pasukannya yang terdiri dari jin dan manusia, sedangkan di atas mereka ada burung yang menaungi mereka, maka Nabi Sulaiman mendengar suara semut yang berkata kepada kawan-kawan mereka, "Wahai semut-semut! Masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari." (Terj. QS. An Naml: 18)
Maka Nabi Sulaiman tersenyum saat mendengar ucapan semut itu, lalu berdoa, "Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang ibu-bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh." (Terj. QS. An Naml: 19)
Suatu hari, Nabi Sulaiman 'alaihis salam berangkat bersama pasukannya, dan sebagaimana biasa burung-burung berada di posisi depan pada setiap kelompok pasukan dan hadir di hadapan Nabi Sulaiman 'alaihis salam secara bergantian. Di antara burung-burung itu ada burung hudhud yang tugasnya mencarikan tempat yang di bawah tanahnya terdapat air yang cukup, namun tidak dilihatnya burung hudhud itu padahal Nabi Sulaiman 'alaihis salam sedang membutuhkannya. Ternyata burung hudhud telah meninggalkan posisinya tanpa sepengetahuan Nabi Sulaiman 'alaihis salam, maka Nabi Sulaiman marah dan berkata, "Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika dia benar-benar datang kepadaku dengan membawa alasan yang jelas." (Terj. QS. An Naml: 21)
Kemudian burung hudhud pun datang, lalu burung-burung yang lain memberitahukan perkataan Sulaiman kepadanya, maka burung hudhud segera datang menemui Sulaiman dan berkata kepadanya, "Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini.--Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar.--Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan setan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak mendapat petunjuk," (Terj. QS. An Naml: 22-24)
Burung Hudhud mendapati kaum Saba' yang sujud kepada matahari dan menyembahnya selain Allah, maka ia (Hudhud) bersedih atas hal itu, dimana sebelumnya tidak terbayang ada manusia yang sujud kepada selain Allah. Kemudian Nabi Sulaiman ingin memastikan berita burung Hudhud ini, ia pun menulis surat singkat yang di sana ia mengajak ratunya dan kaumnya tunduk kepadanya dengan masuk kepada Islam dan beriman kepada Allah Azza wa Jalla serta meninggalkan apa yang mereka sembah selama ini, yaitu matahari. Isi surat itu adalah,
"Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.---Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri." (Terj. QS. An Naml: 30-31)
Kemudian surat itu ia berikan kepada burung Hudhud agar ia membawanya ke kerajaan Saba sambil menunggu jawaban. Lalu burung hudhud membawa surat itu ke kerajaan Saba dan masuk ke ruang ratu Saba' bernama Balqis, kemudian menjatuhkan surat itu kepadanya, lalu ia berdiri agak jauh darinya sambil memperhatikannya dan memperhatikan kaumnya, yakni apa yang akan mereka  lakukan setelah membaca surat itu.
Maka ratu Balqis mengambil surat itu dan membacanya, ia pun kagum terhadapnya, namun ia enggan mengambil keputusan sampai bermusyawarah dengan para pembesar kaumnya. Ia kemudian mengajak mereka untuk datang ke majlisnya, lalu memberitahukan isi surat itu dan meminta masukan dari mereka. Maka mereka mengusulkan untuk melawan Nabi Sulaiman 'alaihis salam karena mereka adalah orang-orang yang kuat. Akan tetapi ratu Saba' (Balqis) tidak menerima ide untuk menyerang Nabi Sulaiman, ia merasakan kuatnya Nabi Sulaiman, bahkan ia mengusulkan kepada kaumnya agar mengirimkan hadiah kepadanya sambil menunggu balasannya. Mungkin saja menurutnya, Nabi Sulaiman 'alaihis salam mau menerimanya dan tidak memerangi mereka.
Setelah berlalu beberapa hari, maka sampailah utusan Ratu Balqis dengan membawa hadiah yang besar dan banyak, lalu mereka menemui Nabi Sulaiman dan meletakkan hadiah-hadiah itu di hadapannya, tetapi Nabi Sulaiman 'alaihis salam menolaknya dan tidak mau menerimanya, ia berkata, "Apakah (patut) kamu membantuku dengan harta? Apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu." (Terj. QS. An Naml: 36)
Bersambung…
Wallahu a'lam, wa shallallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji': Al Qur'anul Karim, Mausu'ah Al Usrah Al Muslimah (www.islam.aljayyash.net), Mausu'ah Haditsiyyah Mushaghgharah, Shahih Qashashil Anbiya' (Ibnu Katsir, Takhrij Salim Al Hilali), dll.



[1] Maksudnya, apabila Nabi Sulaiman mengadakan perjalanan dari pagi sampai tengah hari, maka jarak yang ditempuhnya sama dengan jarak perjalanan unta yang cepat dalam sebulan. Begitu pula apabila ia mengadakan perjalanan dari tengah hari sampai sore, maka kecepatannya sama dengan perjalanan sebulan.