بسم
الله الرحمن الرحيم
Yahya 'alaihis salam adalah salah seorang
di antara nabi-nabi Bani Israil. Lahirnya Yahya termasuk tanda di antara
tanda-tanda kekuasaan Allah Ta'ala. Hal itu, karena ayahnya, yaitu Nabi
Zakariya alaihis salam adalah adalah orang yang sudah sangat tua, sedangkan
ibunya adalah wanita yang mandul, dimana dari kedua orang tua yang seperti itu
biasanya tidak mungkin lahir seorang anak.
Nabi Yahya 'alaihis salam dari sejak
kecil sangat cinta kepada ilmu, bahkan Allah Ta'ala memerintahkan Beliau untuk
mempelajari kitab Taurat dengan tekun. Oleh karena itu, Yahya berhasil
menguasainya dan menghapalnya serta mengamalkan isinya. Allah Ta'ala berfirman,
"Wahai Yahya! Ambillah Al kitab (Taurat) itu[1]
dengan sungguh-sungguh." Dan Kami berikan kepadanya hikmah[2]
selagi ia masih kanak-kanak," (Terj. QS. Maryam: 12)
Sejak kecil, Yahya menghindari bermain
dengan anak-anak pada umumnya. Disebutkan, bahwa ketika Yahya kecil ada
anak-anak yang mendatanginya untuk mengajaknya bermain, lalu mereka berkata,
"Wahai Yahya! Kemarilah, mari kita bermain." Maka Yahya menjawab,
"Kita tidaklah diciptakan untuk bermain, tetapi diciptakan untuk beribadah
kepada Allah."
Nabi Yahya adalah seorang yang tawadhu,
sangat sayang kepada kedua orang tuanya. Beliau merupakan teladan dalam
berbakti dan bersikap sayang kepada kedua orang tuanya. Allah Subhaanahu wa
Ta'ala berfirman menerangkan tentang Nabi Yahya 'alaihis salam,
وَحَنَانًا مِّن
لَّدُنَّا وَزَكَاةً وَكَانَ تَقِيًّا-- وَبَرًّا بِوَالِدَيْهِ وَلَمْ يَكُن
جَبَّارًا عَصِيًّا
"Dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan
kesucian (dari dosa). Dan ia adalah seorang yang bertakwa,--Dan seorang yang
berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi
durhaka." (Terj. QS. Maryam: 13-14)
Nabi Yahya berdakwah membawa bendera
tauhid bersama ayahnya, ia mengajak manusia dari kegelapan syirk kepada cahaya
tauhid, dari gelapnya kesesatan kepada cahaya petunjuk, dan Beliau sangat
perhatian terhadap umatnya dan menasihati mereka agar menjauhi
penyimpangan-penyimpangan yang ada ketika itu.
Pada suatu hari, Nabi Yahya
mengumpulkan Bani Israil di Baitulmaqdis, lalu Beliau menaiki mimbar dan
berkhutbah:
إِنَّ اللَّهَ أَمَرَنِي بِخَمْسِ
كَلِمَاتٍ أَنْ أَعْمَلَ بِهِنَّ، وَآمُرَكُمْ أَنْ تَعْمَلُوا بِهِنَّ: أَوَّلُهُنَّ
أَنْ تَعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَإِنَّ مَثَلَ مَنْ أَشْرَكَ
بِاللَّهِ كَمَثَلِ رَجُلٍ اشْتَرَى عَبْدًا مِنْ خَالِصِ مَالِهِ بِذَهَبٍ أَوْ وَرِقٍ،
فَقَالَ: هَذِهِ دَارِي وَهَذَا عَمَلِي فَاعْمَلْ وَأَدِّ إِلَيَّ، فَكَانَ يَعْمَلُ
وَيُؤَدِّي إِلَى غَيْرِ سَيِّدِهِ، فَأَيُّكُمْ يَرْضَى أَنْ يَكُونَ عَبْدُهُ كَذَلِكَ؟
وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ، فَإِذَا صَلَّيْتُمْ فَلَا تَلْتَفِتُوا
فَإِنَّ اللَّهَ يَنْصِبُ وَجْهَهُ لِوَجْهِ عَبْدِهِ فِي صَلَاتِهِ مَا لَمْ يَلْتَفِتْ،
وَآمُرُكُمْ بِالصِّيَامِ، فَإِنَّ مَثَلَ ذَلِكَ كَمَثَلِ رَجُلٍ فِي عِصَابَةٍ مَعَهُ
صُرَّةٌ فِيهَا مِسْكٌ، فَكُلُّهُمْ يَعْجَبُ أَوْ يُعْجِبُهُ رِيحُهَا، [ص:149] وَإِنَّ
رِيحَ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ المِسْكِ، وَآمُرُكُمْ بِالصَّدَقَةِ
فَإِنَّ مَثَلَ ذَلِكَ كَمَثَلِ رَجُلٍ أَسَرَهُ العَدُوُّ، فَأَوْثَقُوا يَدَهُ إِلَى
عُنُقِهِ وَقَدَّمُوهُ لِيَضْرِبُوا عُنُقَهُ، فَقَالَ: أَنَا أَفْدِيهِ مِنْكُمْ بِالقَلِيلِ
وَالكَثِيرِ، فَفَدَى نَفْسَهُ مِنْهُمْ، وَآمُرُكُمْ أَنْ تَذْكُرُوا اللَّهَ فَإِنَّ
مَثَلَ ذَلِكَ كَمَثَلِ رَجُلٍ خَرَجَ العَدُوُّ فِي أَثَرِهِ سِرَاعًا حَتَّى إِذَا
أَتَى عَلَى حِصْنٍ حَصِينٍ فَأَحْرَزَ نَفْسَهُ مِنْهُمْ، كَذَلِكَ العَبْدُ لَا يُحْرِزُ
نَفْسَهُ مِنَ الشَّيْطَانِ إِلَّا بِذِكْرِ اللَّهِ "
"Sesungguhnya Allah menyuruhku mengerjakan lima perkara,
dan aku menyuruh kalian juga untuk mengerjakannya. Yang pertama adalah agar
kalian beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu. Dan
sesungguhnya perumpamaan orang yang menyekutukan Allah adalah seperti orang
yang membeli budak dari hartanya yang murni dengan sebuah emas atau perak, lalu
ia berkata, "Ini adalah tempatku dan seperti inilah pekerjaanku. Maka
bekerjalah dan serahkanlah (hasilnya) kepadaku." Ia pun bekerja, tetapi
malah menyerahka hasilnya kepada selain tuannya, maka siapakah di antara kalian
yang ridha jika budaknya berbuat seperti itu?" Allah juga memerintahkan
kalian melakukan shalat. Jika kalian shalat, maka janganlah kalian menoleh,
karena Allah menghadapkan wajah-Nya kepada wajah hamba-Nya dalam shalatnya
selama ia tidak menoleh. Aku juga menyuruh kalian melakukan puasa. Sesungguhnya
perumpamaannya adalah seperti orang yang berada dalam sebuah golongan, ia
memiliki kantong yang di dalamnya terdapat kesturi, maka masing-masing mereka
merasa takjub atau dibuat takjub oleh wanginya. Dan sesungguhnya bau orang yang
berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada wangi kesturi. Aku juga menyuruh
kalian bersedekah. Sesungguhnya perumpamaannya adalah seperti orang yang
ditawan oleh musuh, lalu mereka mengikat tangannya ke lehernya, kemudian mereka
membawanya untuk dipenggal lehernya, maka ia berkata, "Saya siap menebus
dari kalian dengan sedikit (harta) dan banyak." Lalu ia menebus dirinya
dari mereka. Aku juga memerintahkan kalian untuk berdzikr kepada Allah.
Sesungguhnya perumpamaannya adalah seperti seorang yang dikejar cepat oleh
musuh, sehingga ketika ia menemukan benteng yang kokoh, lalu ia melindungi
dirinya dari musuh itu. Demikianlah seorang hamba, ia tidak dapat melindungi
dirinya dari setan kecuali dengan Dzikrullah." [3]
(Diriwayatkan oleh Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Al Albani)
Nabi Yahya 'alaihis salam adalah seorang
yang suka mengasingkan diri dan Beliau sama sekali tidak ada keinginan untuk
berbuat dosa apalagi mengerjakannya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
pernah bersabda,
مَا مِنْ أَحَدٍ مِنْ وَلَدِ
آدَمَ، إِلا قَدْ أَخْطَأَ، أَوْ هَمَّ بِخَطِيئَةٍ، لَيْسَ يَحْيَى بْنُ زَكَرِيَّا،
"Tidak
ada seorang pun dari anak cucu Adam melainkan pernah berbuat dosa atau
berkeinginan berbuat dosa selain Yahya bin Zakariya." (HR. Ahmad, Ibnu Abi
Syaibah, Abu Ya'la, Thabrani, Al Bazzar, Hakim, Baihaqi, dan Ibnu Asakir.
Hadits ini dinyatakan shahih oleh Syaikh Salim Al Hilali, isnad hadits ini
adalah dha'if karena ada Ali bin Zaid bin Jud'an seorang yang dha'if, namun
hadits ini memiliki jalan dan syahid sebagaimana yang dikumpulkan dan
disebutkan oleh Syaikh Al Albani dalam Ash Shahiihah (6/2984). Oleh
karena itu, Syaikh Salim menghukuminya shahih).
Beliau juga seorang yang hashur,
yakni tidak memiliki kecenderungan kepada wanita.
Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam berisra-mi'raj, maka Beliau bertemu Yahya di langit kedua dalam keadaan
duduk bersama Nabi Isa putera Maryam.
Disebutkan dalam riwayat, bahwa Nabi
Isa 'alaihis salam wafat dalam keadaan dibunuh oleh Bani Israil. Ibnu Katsir
menyebutkan sebab mengapa Nabi Yahya 'alaihis salam dibunuh, yang paling
masyhurnya adalah ketika Raja pada zaman itu yang tinggal di Damaskus ingin
menikah dengan salah seorang mahramnya atau wanita yang tidak halal dinikahi,
lalu Nabi Yahya 'alaihis salam melarangnya. Antara raja dengan wanita itu telah
terjalin rasa cinta, maka si wanita itu meminta kepada raja agar diberikan
kepadanya darah Nabi Yahya, maka raja pun mengirimkan beberapa orang untuk
membunuh Nabi Yahya dan membawa kepala dan darahnya dalam sebuah wadah kepada
wanita itu, tetapi kemudian wanita itu langsung binasa.
Para Ahli Sejarah berselisih tentang
tempat terbunuhnya Nabi Yahya; apakah di Masjidil Aqsha atau di tempat yang
lain?
Ats Tsauriy meriwayatkan dari Al
A'masy, dari Syamr bin 'Athiyyah, ia berkata, "Telah dibunuh di atas Shakhrah
yang berada di Baitul Maqdis tujuh puluh Nabi, di antaranya adalah Yahya bin
Zakariyya 'alaihis salam."
Abu 'Ubaid Al Qasim bin Salam
meriwayatkan dari Sa'id bin Al Musayyib, ia berkata, "Raja Bukhtanasher
pernah datang ke Damaskus. Ternyata dilihatnya ada darah Yahya bin Zakariyya
yang menggelegak, lalu ia bertanya tentang darah itu? Lalu orang-orang
memberitahukan kepadanya, maka karena darah itu, raja Bukhtasaher membunuh
tujuh puluh ribu (Bani Israil), lalu darah itu pun tenang."
Ibnu Katsir menjelaskan, bahwa isnad
ini shahih sampai kepada Sa'id bin Al Musayyib, dan hal ini menunjukkan, bahwa
Nabi Yahya dibunuh di Baitul Maqdis.
Wallahu a’lam, wa shallallahu ‘alaa nabiyyinaa
Muhammad wa ‘alaa aalhihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji’: Al Qur'anul Karim, Mausu'ah Al Usrah Al
Muslimah, Shahih Qashashil Anbiya', dll.
[3] Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi
wa sallam juga memerintahkan kita lima perkara di samping memerintahkan juga
lima hal tadi, yaitu: mendengar dan taat kepada pemimpin, berjihad, berhijrah,
serta tetap berjamaah.