Oleh :
Ustadz Aan Chandra Thalib ﺣﻔﻈﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ
Sahabat…
Kita mungkin pernah membaca kisah saat Rasulullah -shalahu alaihi wasallam- sholat di depan ka’bah, lalu tiba-tiba seorang Quraisy mengambil isi perut onta dan menghamburkannya ke atas tengkuk beliau –shallallahu alaihi wasallam- ,kala itu beliau dalam keadaan sujud.
Atau kisah tentang lorong-lorong Makkah yang pernah menjadi saksi saat orang-orang Quraisy menyakiti beliau dengan beragam siksaan, mulai dari siksaan mental hingga siksaan fisik. Pemandangan itu membuat sang putri tercinta Fatimah -radhiallahu anha- tak kuasa membendung tangis karenanya. Namun senyum ketegaran tetap saja terukir diwajah beliau -shallahu alaihi wasalam-, seraya berucap,” Wahai anakku, janganlah engkau menangis, sesungguhnya Allah akan melindungi ayahmu”.
Atau mungkin tentang kisah kesaksian Uhud saat rantai besih menghujam pipi dan memecahkan rahang beliau -shallahu alaihi wasallam-. Demikian juga kisah tentang penolakan penduduk Thaif, serta kisah pahit lainnya yang membuat jemari ini tak kuasa menuliskannya.
Tentunya kisah-kisah tersebut bukan sekedar penggalan sejarah yang hanya dibaca sebagai pelengkap wawasan saja. Lebih dari itu, kisah-kisah diatas mengajari kita tentang sikap yang harus diambil sebagai konsekuensi pilihan hidup kita, agar kita tetap tegar dihadapan mereka yang tak mengerti jalan yang kita pilih.
Disana juga ada penegasan lain, bahwa perjuangan dalam konteks apapun selalu berat, karena hidup di jalan Allah lebih berat ketimbang mati dijalan yang sama.
Ketegaran Rasulullah shallahu alaihi wasallam juga memberi arti, bahwa perjuangan dakwah bukan sekedar berat dan bebannya saja, tapi juga tentang sebuah ekspektasi kebahagiaan jiwa. Artinya, perjuangan yang dilakukan sesuai dengan manhaj yang benar akan memberi kebahagiaan tersendiri ditengah pahit getirnya ujian, ia akan memberi keberartian ditengah keterasingan dan pengusiran, memberi pengharapan yang penuh dan kepasrahan mendalam kepada Allah azza wa jalla ditengah penindasan dan kesewenang-wenangan orang yang tak mengerti pilihan kita
Harus kita fahami, bahwa perjuangan dalam mendakwahkan agama ini, baik dakwah kepada tauhid maupun dakwah menghidupkan sunnah ibarat sungai bahagia yang amat panjang. Hulunya adalah janji dan jaminan Allah dan hilirnya adalah kemenangan. Dan kita hanya perlu bersabar sejenak.
Ingat…
Di jalan dakwah ini.. tak ada yang lebih menderita melebihi Rasulullah –shallallahu alaihi wasallam-. Kisah tentang prahara Makkah, Thaif dan Uhud yang dilaluinya semestinya menjadi cermin perjuangan kita. Supaya tak ada lagi keluh, tak ada lagi tanya mengapa mereka menolak dakwahku…? Mengapa mereka begini dan begitu terhadapku..? Sebab apapun pertanyaanmu tentang dakwah, jawabannya hanya satu,
“KARENA JALAN DAKWAH TAK BERALASKAN PERMADANI”.
Selamat berjuang kawan…
Untukmu yang tengah berdakwah di pelosok negeri.