Al Ustadz Abu Karimah Askari bin Jamal Al Bugisi
"Allah
telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan
mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan
menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan
orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan
meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan
Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada
dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan
tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa tetap
kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." (An-Nur: 55)
Penjelasan Beberapa Mufradat Ayat
‘Allah telah berjanji’, maknanya adalah Allah telah menjanjikan. Dan telah menjadi ketetapan Allah bahwa Dia tidak akan mengingkari janji-Nya.
‘Kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan mengerjakan amal-amal yang shalih’,
mereka adalah orang-orang yang tegak dengan keimanannya, yaitu keimanan
yang harus dimiliki setiap muslim berupa tauhid dengan segala
konsekuensinya dan juga beramal shalih. Mereka adalah orang-orang yang
senantiasa beramal dengan mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam.
‘Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi’,
maknanya Allah pasti memberikan khilafah kepada mereka dan dengan
kekhilafahan itu mereka bisa berbuat seperti perbuatan para raja di muka
bumi. (Lihat Tafsir Fathul Qadir, 4/47; Tafsir Al-Baidhawi, 4/197)
‘Sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa’,
yaitu sebagaimana telah diberikan khilafah kepada orang-orang sebelum
mereka dari kalangan Bani Israil dan umat-umat sebelumnya yang lain.
(Lihat Fathul Qadir, 4/47 oleh Al-Imam Asy-Syaukani)
‘Dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka’.
Yang dimaksud dengan tamkin adalah mengokohkan, yaitu menjadikannya
kokoh dengan silih bergantinya mereka dalam menduduki kekuasaan. Tidak
hanya bersifat sebentar dan sementara waktu lalu menghilang dengan
cepat. Yang dimaksud agama yang diridhai adalah Islam, sebagaimana
disebutkan dalam firman Allah (yang artinya): "Dan Aku telah ridha Islam menjadi agama kalian." (Al-Maidah: 5) [Lihat Fathul Qadir, 4/47, karya Al-Imam Asy-Syaukani]
‘Dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa.’
Yaitu dihilangkannya rasa takut yang dahulu mereka rasakan akibat
gangguan para musuh Islam, hingga mereka hanya takut kepada Allah saja.
Penjelasan Makna Ayat
Penjelasan Makna Ayat
Asy-Syaikh
Abdurrahman As-Sa’di berkata: "Ayat ini termasuk di antara janji-janji
Allah yang (pasti) benar, yang telah disaksikan kenyataannya dan
kandungan beritanya. (Allah) telah berjanji kepada orang yang menegakkan
iman dan beramal shalih dari kalangan umat ini bahwa Dia akan
memberikan kepada mereka khilafah di muka bumi. Mereka akan menjadi para
khalifah di atasnya, yang mengatur urusan-urusan mereka dan mengokohkan
agama -yang mereka ridhai- untuk mereka, yaitu agama Islam yang telah
mengalahkan seluruh agama karena keutamaan, kemuliaan dan kenikmatan
Allah atasnya. Mereka leluasa dalam menegakkannya dan menegakkan syariat
baik yang zhahir maupun yang batin baik pada diri mereka maupun selain
mereka. Sebab, orang-orang selain mereka dari kalangan para pemeluk
agama selain (Islam) telah terkalahkan dan terhinakan. Dan Allah
menggantikan keadaan mereka dari rasa takut yang menyebabkan mereka
tidak mampu menampakkan agama dan menegakkan syariat disebabkan gangguan
dari orang-orang kuffar, serta jumlah kaum muslimin yang sangat sedikit
bila dibandingkan dengan selain mereka, dan seluruh penduduk bumi
memusuhi dan menentang mereka dengan berbagai kerusakan.
Allah
menjanjikan hal-hal tersebut untuk mereka pada saat turunnya ayat ini,
namun kekhalifahan di bumi dan kekokohannya belum dapat disaksikan saat
itu. Yang dimaksud dengan kekokohan adalah kekokohan agama Islam,
keamanan yang sempurna di mana mereka hanya menyembah kepada Allah,
tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu dan mereka tidak takut kecuali
hanya kepada Allah. Maka tegaklah generasi awal umat ini, dengan iman
dan amal shalih yang menyebabkan mereka berada di atas umat lainnya,
maka Allah kuasakan kepada mereka berbagai negeri dan manusia, serta
dibukakan kekuasaan dari timur ke barat sehingga terwujud keamanan dan
kekokohan yang sempurna.
Ini
termasuk tanda-tanda kekuasaan Allah yang menakjubkan. Dan hal tersebut
akan senantiasa berlangsung hingga (mendekati) hari kiamat. Selama
mereka menegakkan iman dan amal shalih pasti mereka akan mendapatkan apa
yang telah Allah janjikan untuk mereka.
Namun
terkadang orang kafir dan munafiqin menguasai mereka dan mengalahkan
kaum muslimin disebabkan kelalaian kaum muslimin dalam menegakkan iman
dan amalan yang shalih." (Taisir Al-Karim Ar-Rahman hal. 573)
Al-Imam
Asy-Syaukani berkata: "(Ayat) ini merupakan janji Allah bagi orang yang
beriman dan mengerjakan amal shalih berupa pemberian khilafah bagi
mereka di muka bumi sebagaimana yang telah diberikan kepada orang-orang
sebelum mereka dari umat-umat sebelumnya. Janji ini mencakup seluruh
umat. Ada yang berkata: ‘Ayat ini khusus untuk para shahabat.’ Namun hal
itu tidak benar, karena beriman dan beramal shalih tidaklah terkhusus
untuk mereka. Bahkan hal tersebut mungkin terjadi pada siapa saja dari
kalangan umat ini. Maka barangsiapa yang mengamalkan Kitabullah dan
Sunnah Rasul-Nya maka sungguh dia telah menaati Allah dan Rasul-Nya."
(Fathul Qadir, 4/47)
Ibnul Qayyim berkata: "(Ayat) ini mengabarkan tentang ketetapan dan kebijaksanaan Allah terhadap makhluk-Nya yang tidak akan mungkin berubah, bahwa barangsiapa yang beriman dan beramal shalih maka Allah akan mengokohkannya di muka bumi dan memberikan khilafah kepadanya, tidak membinasakan dan menghancurkan mereka sebagaimana (Allah) membinasakan orang-orang yang mendustakan para rasul dan menyelisihi mereka. Allah mengabarkan kebijaksanaan dan muamalah-Nya terhadap orang yang beriman kepada para rasul dan membenarkan mereka bahwa Allah akan memperlakukan mereka sebagaimana Allah memperlakukan orang-orang sebelum mereka dari para pengikut rasul." (Jala’ul Afham hal. 287, karya Ibnul Qayyim)
Perwujudan Janji Allah di Masa Generasi Salaf
Apa
yang telah dijanjikan pada ayat ini telah dirasakan oleh orang-orang
yang senantiasa menjalankan persyaratan yang disebutkan Allah berupa
iman dan mentauhidkan Allah serta mengikuti Sunnah Rasulullah. Juga
senantiasa berada di atas jejak beliau sehingga Allah memberikan
kekuasaan kepada mereka di berbagai negeri dan menundukkan negara-negara
besar seperti Persia dan Romawi.
Perhatikanlah
sirah (perjalanan hidup, red) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Beliau tidak meninggal dunia kecuali Allah telah memberikan kemenangan
kepada beliau dengan ditaklukkannya kota Makkah, Khaibar, Bahrain,
seluruh negeri Arab dan seluruh negeri Yaman. Beliau memberlakukan
penarikan jizyah (upeti) dari bangsa Majusi di Hajar dan sebagian daerah
pesisir Syam.
Heraklius,
Raja Romawi, meminta berdamai kepada beliau. Demikian pula penguasa
Mesir dan penguasa Iskandariah yang digelari Muqauqis. Juga raja-raja
Oman dan raja Najasyi, penguasa Habasyah yang menjadi raja setelah
‘Ashimah.
Tatkala
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal, pemerintahan
dilanjutkan oleh para khalifah setelah beliau. Tidak lama setelah
kematian beliau, Abu Bakar Ash-Shiddiq melanjutkan kekuasaan dan
mengirim pasukan Islam ke Persia, dipimpin Khalid bin Al-Walid. Kaum
muslimin menaklukkan sebagian wilayah Persia dan membunuh sebagian
tentara mereka. Pasukan lain yang dipimpin Abu Ubaidah dan para pemimpin
lainnya bersamanya menuju Syam. Pasukan ketiga pimpinan ‘Amr bin
Al-’Ash menuju Mesir. Allah memberikan kemenangan bagi pasukan yang
menuju Syam dan berhasil menguasai Bashrah, Damaskus, dan masih tersisa
darinya negeri Hauran dan sekitarnya hingga Allah mewafatkannya dan
memberikan pilihan kemuliaan baginya.
Kemudian
Allah menganugerahi kaum muslimin di mana Ash-Shiddiq diberikan ilham
untuk mengangkat ‘Umar Al-Faruq sebagai penggantinya. ‘Umar pun
menegakkan kekhalifahan dengan penegakan yang sempurna, yang belum
pernah dikenal dalam sejarah yang seperti beliau -setelah para nabi-
dalam kekuatan dan kesempurnaan keadilannya.
Beliau
berhasil menyempurnakan kemenangan di seluruh negeri Syam. Demikian
pula negara-negara Mesir dan sebagian besar wilayah Persia. Beliau
meruntuhkan kekuasaan Kisra (raja Persia) dan menghinakannya dengan
serendah-rendahnya sehingga dia melarikan diri hingga ke ujung
kekuasaannya. Juga beliau meruntuhkan Kaisar (raja Romawi) dan
melepaskan kekuasaannya dari negeri Syam sehingga dia lari menuju
Kostantinopel.
‘Umar
menginfakkan harta keduanya di jalan Allah, sebagaimana yang telah
dikabarkan dan dijanjikan oleh Rasulullah. Lalu berlanjut sampai
kekuasaan di tangan Daulah Utsmaniyah, semakin melebar kekuasaan Islam
hingga ke ujung timur dan barat.
Ditundukkan
pula negeri Maghrib hingga ke ujungnya yaitu Andalus, Qabras, negeri
Qairuwan, negeri Sabtah yang berada di dekat lautan Muhith. Adapun dari
arah timur hingga ke ujung negeri Cina dan berhasil membunuh Kisra serta
meruntuhkan kekuasaannya secara total.
Ditundukkan
pula beberapa kota seperti Irak, Khurasan, Ahwaz, dan kaum muslimin
berhasil membunuh pasukan Turki dalam jumlah yang banyak sekali. Allah
menghinakan raja agung mereka Khaqan dan menarik upeti dari wilayah
timur dan dan barat lalu dibawa ke hadapan Amirul Mu’minin ‘Utsman bin
‘Affan. Yang demikian ini disebabkan barakah dari bacaan Al Qur’an
beliau, mengilmuinya, dan menyatukan seluruh umat dengan disatukan dalam
pemeliharaan Al Qur’an. Oleh karena itu telah shahih bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya): "Sesungguhnya
Allah melipat bagiku bumi ini hingga akupun melihat wilayah timur dan
baratnya, dan kekuasaan umatku akan sampai ke wilayah yang telah
dilipatkan (diperlihatkan) kepadaku darinya." (HR. Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dari Tsauban) [Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 3/301-302]
Tegakkan Daulah Islamiyyah dalam Diri Kalian, Niscaya akan Ditegakkan Daulah Islamiyyah di Negara Kalian!
Tegakkan Daulah Islamiyyah dalam Diri Kalian, Niscaya akan Ditegakkan Daulah Islamiyyah di Negara Kalian!
Berbagai
kelompok yang menyimpang dari jejak para ulama salaf, sering menyerukan
slogan "Dirikan Daulah Islamiyyah", "Tegakkan Syariat Islam", dan yang
semacamnya. Dalam upaya mencapai keinginan tersebut, mereka banyak
membuat trik atau cara yang sesuai dengan hawa nafsu mereka dan jauh
menyimpang dari apa yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya. Di antaranya
ada yang berusaha untuk mendirikan negara di dalam negara dan berupaya
keras untuk meruntuhkan pemerintahan yang sah.
Di
antara mereka ada pula yang menggunakan cara-cara teror dan mengacaukan
keamanan negara muslim dengan alasan pemerintah telah melanggar hukum
Allah, seperti yang telah dilakukan oleh kaum Khawarij sebagai nenek
moyang mereka.
Di
antara mereka ada yang menempuh cara-cara diplomasi dengan ikut serta
duduk di kursi-kursi pemerintahan walaupun harus melanggar sebagian
hukum Allah dan mengakui cara-cara demokrasi dengan dalih memperjuangkan
tegaknya syariat Islam, dan entah dengan cara apa lagi.
Asy-Syaikh
Muhammad Nashiruddin Al-Albani sering berkata: "Tegakkan daulah
Islamiyyah dalam diri kalian, niscaya akan ditegakkan daulah Islamiyyah
di negara kalian!", ketika beliau membantah berbagai kelompok yang
menyimpang dari tuntunan Al Qur`an dan Sunnah Rasulullah serta apa yang
telah menjadi amalan as-salafush shalih. Beliau berkata: "Sungguh aku
kagum terhadap satu kalimat yang diucapkan sebagian para mushlihin
(orang yang melakukan perbaikan) di masa kini, yang menurutku
seakan-akan ini merupakan wahyu dari langit, yaitu perkataan:
"Tegakkanlah Daulah Islam dalam hati kalian, niscaya akan ditegakkan
Daulah Islam di negara kalian." (lihat At-Tashfiyah wat-Tarbiyah hal.
33, transkrip ceramah Asy-Syaikh Al-Albani)
Beliau
pun berkata: "Jika kita menghendaki kemuliaan dari Allah, menghilangkan
kehinaan dari kita, dan memberikan pertolongan-Nya kepada kita dalam
mengalahkan musuh, maka tidaklah cukup untuk itu apa yang telah kami
isyaratkan tadi kewajiban membenarkan pemahaman (yang keliru) dan
menghilangkan berbagai pendapat yang menakwilkan dalil-dalil yang syar’i
yang ada di kalangan ahli ilmu atau ahli fiqih. Namun di sana ada
sesuatu yang sangat penting -yang merupakan hal inti- dalam membenarkan
pemahaman. Yaitu beramal, sebab ilmu adalah jalan untuk beramal. Maka
apabila seseorang telah belajar dan ilmu yang dipelajarinya bersih lagi
suci (dari kesesatan), apabila dia tidak mengamalkannya maka sangat
jelas sekali bahwa ilmu yang ada padanya tidak menghasilkan buah. Maka
haruslah ilmu tersebut ditemani amalan.
Wajib
bagi para ahli ilmu untuk mengurusi pendidikan yang baru tumbuh dari
kaum muslimin berdasarkan pancaran yang shahih dari Al-Kitab dan As
Sunnah. Kita tidak boleh membiarkan manusia tetap berada di atas apa
yang mereka warisi berupa berbagai pemahaman keliru, yang sebagiannya
dipastikan kebatilannya berdasarkan kesepakatan para imam, dan
sebagiannya diperselisihkan, dan masih ada bagian dari pandangan secara
ilmiah, ijtihad, dan pendapat, dan sebagian dari ijtihad serta pemikiran
tersebut menyelisihi As Sunnah.
Setelah
men-tashfiyah (menjernihkan) perkara-perkara ini dan menjelaskan apa
yang harus dijalani serta bertolak darinya, maka kita harus men-tarbiyah
(mendidik) benih yang baru tumbuh tersebut di atas ilmu yang benar ini.
Pendidikan inilah yang akan membuahkan masyarakat Islam yang murni, dan
selanjutnya tegaklah Daulah Islamiyyah.
Tanpa
dua pembukaan ini, yaitu: Ilmu yang benar dan Pendidikan yang benar
yang dibangun di atas ilmu yang benar tersebut, mustahil -menurut
keyakinanku- untuk bisa ditegakkan hukum Islam atau Daulah Islamiyyah."
(At-Tashfiyah wat-Tarbiyah, Asy-Syaikh Al-Albani hal. 29-31)
Camkanlah nasehat beliau, semoga kita termasuk hamba yang mendapatkan hidayah menuju jalan-Nya. Amin.
Sumber:www.asysyariah.com