Wednesday, April 8, 2015

Ayah Penuh Cinta

Ayah Penuh Cinta


Ada pesan singkat melalui telepon seluler dari seorang istri untuk suaminya tercinta, “Say…, sebenarnya anak kita yang satu itu memang wataknya keras tapi hatinya selembut sutra.”

 Sebelumnya, sang anak menangis tersedu-sedu ketika namanya tak disebut sama sekali dalam pesan singkat dari sang ayah, beda dengan saudaranya yang lain, disebut satu persatu. Ada apa gerangan? Ternyata, sang anak merasa diperlakukan tidak adil dengan saudaranya yang lain. Sang ayah, versi si anak lebih care dengan saudaranya yang lain ketimbang dirinya.

Perlakuan terhadap anak seperti yang dialami sebut saja Nida (7), mungkin pernah kita alami atau mungkin bahkan pernah kita lakukan, baik secara sadar ataupun tidak terhadap anak-anak kita. Pilih kasih, begitu anak-anak kita menyimpulkan.

Bahkan ada banyak kisah yang sangat tragis baik yang kita lihat sendiri dari berbagai media, orang tua dengan kejam membunuh anak kandung sendiri. Adapula seorang anak menjadi brandal dan jauh dari etika karena mendapat perlakuan dan pengajaran yang tidak baik dari orang tua.


Keras Bagai Karang

Orang yang keras hati tidak akan mengenal kasih sayang. Tak ada sedikitpun kelembutan pada mereka. Hati mereka keras bagaikan karang. Kaku, baik ketika memberi maupun menerima. Kurang peka dan tipis rasa kemanusiaan.

Beda halnya dengan orang yang dikaruniakan Allah subhanahu wa ta'ala hati yang lembut, penuh kasih sayang lagi penuh kemurahan. Dialah yang layak disebut pemilik hati yang agung penuh cinta. Hati yang diliputi dengan kasih sayang dan digerakkan oleh perasaan halus.

 Teladan yang agung ini telah diberikan dengan baik oleh sebaik-baik manusia, Nabi r. Beliau bahkan pernah membawa putra beliau, yang bernama Ibrahim, kemudian mengecup dan menciumnya seperti yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu.

 Kasih sayang tersebut tidak hanya bagi kerabat beliau saja, bahkan beliau curahkan juga bagi segenap anak-anak kaum muslimin. Asma’ binti Umais radhiyallahu 'anha menuturkan: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam datang menjengukku, beliau memanggil putra-putra Ja’far. Aku melihat beliau mencium mereka hingga menetes air mata beliau. Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah sampai berita kepadamu berita tentang Ja’far?” Beliau menjawab, “Sudah, dia telah gugur hari ini.” Mendengar berita itu, kami pun menangis. Kemudian beliau pergi sambil berkata, “Buatkanlah makanan bagi keluarga Ja’far, karena telah datang berita musibah yang memberatkan mereka.” (HR. Ibnu Sa’ad, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)


Air Mata Ayah

Ketika air mata Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menetes disebabkan kematian putra beliau bernama Ibrahim, Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu 'anhu bertanya kepada beliau, “Apakah anda juga menangis wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Wahai Ibnu ‘Auf, ini adalah ungkapan kasih sayang yang diiringi tetesan air mata. Sesungguhnya air mata ini menetes, hati ini bersedih, namun kami tidak mengucapkan kecuali yagn diridhai Allah subhanahu wa ta'ala. Sungguh, kami sangat berduka cita berpisah denganmu wahai Ibrahim.” (HR. al-Bukhari)

Akhlak Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang begitu agung memotivasi kita untuk meneladaninya dan menapaki jejak langkah beliau. Pada zaman sekarang, curahan kasih sayang terhadap anak-anak serta menempatkan mereka pada kedudukan yang semestinya sangat langka kita temukan. Padahal mereka adalah calon pemimpin keluarga esok hari, mereka adalah cikal bakal tokoh masa depan dan cahaya fajar yang dinanti-nanti.

Kasih sayang beliau kepada anak tiada batas, meskipun beliau sedang mengerjakan ibadah yang sangat agung, yaitu shalat. Beliau pernah mengerjakan shalat sambil menggendong Umamah putri Zainab bin Rasulullah dari suaminya yang bernama Abul Ash bin ar-Rabi’. Pada saat berdiri, beliau menggendongnya dan ketika sujud beliau meletakkannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Bagaimana kita menyaksikan betapa indahnya pengajaran beliau shallallahu 'alaihi wa sallam kepada anak-anak, “Wahai anak, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat, ‘Jagalah (perintah) Allah, pasti Allah akan menjagamu. Jagalah (perintah) Allah, pasti kamu selalu mendapatkan-Nya dihadapanmu. Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah. Jika kamu memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah.” (HR. at-Tirmidzi)

Semoga kita dapat menghidupkan hati dalam mengarungi bahtera kehidupan. Menghiasi putra-putri kita dengan kasih sayang seorang ayah dan kelembutan seorang ibu. Mereka membutuhkan belaian yang dapat membuat hati mereka bahagia, sehingga mereka dapat tumbuh dengan pribadi yang luhur dan akhlak yang lurus. (AF)



Sumber :
Yaumin fi Baiti Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam, Abdul Malik al-Qashim.