بسم الله الرحمن الرحيم
Kesedihan Ya'qub semakin bertambah dan
bagaimana Beliau tetap tidak berputus asa
Maka ayah mereka pergi meninggalkan
anak-anaknya dan mulai menangisi Yusuf dan saudaranya sampai matanya buta
karena rasa sedih yang mendalam, lalu anak-anak mereka berkata, "Demi
Allah, kamu senantiasa mengingat Yusuf, sehingga kamu mengidapkan penyakit yang
berat atau termasuk orang-orang yang binasa".
Yakni sehingga badannya semakin kurus
dan kekuatannnya semakin lemah.
Ya'qub menjawab, "Sesungguhnya
hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui
dari Allah apa yang kamu tidak mengetahuinya."
Maka Nabi Ya'qub meminta mereka mencari
Yusuf dan saudaranya, ia menyadari sebagai seorang mukmin bahwa dirinya tidak
boleh berputus asa dari rahmat Allah. Selanjutnya anak-anaknya pergi menuju
Mesir pada kesekian kalinya untuk mencari saudara mereka dan mencari sebagian
makanan dengan membawa barang-barang yang kurang berharga. Ketika mereka masuk
ke (tempat) Yusuf, mereka berkata, "Wahai Al Aziz! Kami dan keluarga kami
telah ditimpa kesengsaraan dan kami datang membawa barang-barang yang tidak
berharga, maka sempurnakanlah sukatan untuk kami, dan bersedekahlah kepada
Kami, sesungguhnya Allah memberi balasan kepada orang-orang yang
bersedekah."
Yusuf memberitahukan jati dirinya
Lalu Yusuf menimpali kata-kata mereka
secara tiba-tiba dengan ucapan ini, "Apakah kamu mengetahui (kejelekan)
apa yang telah kamu lakukan terhadap Yusuf dan saudaranya ketika kamu tidak
mengetahui (akibat) perbuatanmu itu?".
Mereka pun balik menjawab, "Apakah
kamu ini benar-benar Yusuf?".
Yusuf menjawab, "Akulah Yusuf dan
ini saudaraku. Sesungguhnya Allah telah melimpahkan karunia-Nya kepada kami.
Sesungguhnya barang siapa yang bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah
tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik."
Maka saudara-saudaranya pun meminta
maaf kepadanya dan mengakui kesalahannya, lalu Yusuf memaafkannya dan
memintakan ampunan kepada Allah untuk mereka, lalu Yusuf bertanya kepada mereka
tentang ayahnya. Dari berita yang disampaikan, Yusuf mengetahui bahwa ayahnya
telah buta matanya karena kesedihannya atas kehilangan Yusuf, lalu Yusuf
berkata kepada mereka, "Pergilah kamu dengan membawa baju gamisku ini,
lalu letakkanlah dia ke wajah ayahku, nanti ia akan melihat kembali; dan
bawalah keluargamu semuanya kepadaku."
Kemudian mereka membawa gamisnya dan
keluar dari Mesir menuju kampung mereka di Palestina. Di tengah perjalanan,
sebelum kafilah itu datang, Nabi Ya'qub telah merasakan wangi Nabi Yusuf, ia
berkata, "Sesungguhnya aku mencium wangi Yusuf, sekiranya kamu tidak
menuduhku lemah akal (tentu kamu membenarkan aku)".
Keluarganya berkata, "Demi Allah, sesungguhnya
kamu masih dalam kekeliruanmu yang dahulu."
Pertemuan Yusuf dengan ayahnya
Setelah berlalu beberapa hari,
saudara-saudara Yusuf kembali kepada ayahnya dan memberitahukan kabar gembira
tentang saudara mereka Yusuf, lalu mereka mengeluarkan gamis Yusuf dan
meletakkan ke wajah ayahnya, maka penglihatannya pun kembali normal.
Ketika itu, saudara-saudara Yusuf
meminta kepada ayahnya agar memintakan ampunan untuk mereka kepada Allah, maka
Nabi Ya'qub menjanjikan akan memintakan ampunan untuk mereka nanti di waktu
sahur, karena waktu tersebut lebih mustajab.
Selanjutnya Ya'qub beserta anak-anaknya
(Bani Israil) pergi meninggalkan Palestina menuju Mesir, dan saat mereka masuk
ke negeri Mesir, maka mereka disambut dengan sambutan yang besar. Yusuf juga
memuliakan kedua orang tuanya dan menempatkannya di kursinya. Ketika itu,
Ya'qub dan istrinya beserta sebelas anaknya tidak sanggup menahan dirinya untuk
sujud sebagai penghormatan kepada Yusuf, dan ingatlah Yusuf akan mimpinya
terdahulu ketika ia masih kecil; dan bahwa matahari dan bulan adalah ibu dan
bapaknya, sedangkan sebelas bintang adalah saudara-saudaranya. Yusuf berkata,
"Wahai ayahku Inilah ta'bir mimpiku yang dahulu itu; sesungguhnya Tuhanku
telah menjadikannya suatu kenyataan. dan sesungguhnya Tuhanku telah berbuat
baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari rumah penjara dan ketika membawa
kamu dari dusun padang pasir, setelah setan merusakkan (hubungan) antaraku dan
saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Mahalembut terhadap apa yang Dia
kehendaki. Sesungguhnya Dialah yang Maha mengetahui lagi Mahabijaksana. (Lihat
Yusuf: 100)
Ketika Nabi Yusuf memegang pemerintahan
Mesir, maka Yusuf menggunakan kesempatan itu untuk mengajak rakyatnya menyembah
Allah dan setelah selesai urusannya dan ia merasa bahwa hidupnya tidak lama, ia
pun berkata sambil mengakui nikmat Allah, menyukurinya dan berdoa agar tetap di
atas Islam sampai akhir hayat, Yusuf berkata, " Wahai Tuhanku, sesungguhnya Engkau
telah menganugerahkan kepadaku sebagian kekuasaan dan telah mengajarkan
kepadaku sebahagian takwil mimpi. (Wahai Tuhan) Pencipta langit dan bumi,
Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan
muslim dan gabungkanlah aku dengan orang yang saleh.” (Lihat QS. Yusuf:
101)
Dalam Shahih Bukhari dan Muslim
disebutkan, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah ditanya tentang
orang yang paling mulia? Beliau menjawab, "Yaitu orang yang paling
bertakwa." Maka para sahabat berkata, "Bukan ini maksud pertanyaan
kami?" Beliau pun bersabda, "Yaitu Yusuf seorang Nabi Allah putera
Nabi Allah putera Nabi Allah putera kekasih Allah."
Kisah Nabi Yusuf ini secara panjang
lebar disebutkan Allah dalam surah Yusuf.
Selesai dengan pertolongan Allah dan taufiq-Nya, wa shallallahu
‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraaji’:
Al Qur’anul Karim,
Hidayatul Insan bitafsiril Qur'an (Abu Yahya Marwan), Mausu’ah
Al Usrah Al Muslimah (dari situs www.islam.aljayyash.net),
Shahih Qashashil Anbiya’ (Ibnu Katsir, takhrij Syaikh
Salim Al Hilaaliy), dll.