Seorang
muslim yang hanif tentulah sadar bahwa penyakit hasad adalah penyakit
yang harus diatasi mengingat bahaya yang ditimbulkannya teramat besar.
Artikel ini secara singkat berusaha memberikan beberapa kiat untuk
mengatasi penyakit hasad tersebut. Semoga bermanfaat
Pertama
Obat yang paling pertama adalah mengakui bahwa hasad itu merupakan sebuah penyakit akut yang harus dihilangkan.
Tanpa adanya pengakuan akan hal ini, seorang yang tertimpa
penyakit hasad justru akan memelihara sifat hasad yang diidapnya.
Dan pengakuan bahwa hasad adalah sebuah penyakit yang berbahaya
tidak akan timbul kecuali dengan ilmu agama yang bermanfaat.
Kedua
Ilmu yang bermanfaat,
hal ini berarti bahwa seorang yang ingin mengobati hasad yang
dideritanya harus memiliki pengetahuan atau ilmu, dan pengetahuan
ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu secara global dan secara
terperinci.
Secara global,
maksudnya dia mengetahui bahwa segala sesuatu telah ditentukan
berdasarkan qadha dan qadar-Nya; segala sesuatu yang dikehendaki-Nya
akan terjadi dan segala sesuatu yang tidak dikehendaki-Nya, tidak akan
terjadi. Demikian pula, dia menanamkan dalam dirinya bahwa rezeki yang
telah ditetapkan dan diberikan Allah kepada para hamba-Nya, tidak akan
berubah dan tertolak karena ketamakan dan kedengkian seseorang.
Secara terperinci,
yakni dia mengetahui bahwa dengan memiliki sifat hasad, pada hakekatnya
dia membiarkan sebuah kotoran berada di mata air keimanan yang
dimilikinya, karena hasad merupakan bentuk penentangan terhadap
ketetapan dan pembagian Allah kepada para hamba-Nya. Dengan demikian,
hasad merupakan tindakan pengkhianatan kepada saudara-Nya sesama muslim
dan dapat mewariskan siksa, kesedihan, kegalauan yang berkepanjangan.
Demikian pula, hendaklah dia menanamkan kepada dirinya bahwa hasad
justru akan membawa berbagai dampak negatif bagi dirinya sendiri, baik
di dunia dan di akhirat. Sebaliknya, orang yang dihasadi justru
memperoleh keuntungan berupa limpahan pahala akibat hasad yang
dimilikinya [Fatawa Syaikh Jibrin 11/69; Maktabah Asy Syamilah].
Jadi bagaimana bisa seorang berakal membiasakan dirinya untuk dengki (hasad) kepada orang lain?!
Muhammad ibnu Sirin rahimahullah mengatakan,
“Saya tidak pernah dengki kepada orang
lain dalam perkara dunia, karena apabila dia ditetapkan sebagai ahli
jannah, bagaimana bisa saya mendengkinya dalam perkara dunia, sementara
dia berjalan menuju jannah. Sebaliknya, jika dia adalah ahli naar,
bagaimana bisa saya dengki kepadanya dalam perkara dunia, sementara dia
berjalan menuju naar” [Muktashar Minhajul Qashidin 177].
Ketiga
Dengan amal perbuatan yang bermanfaat, yaitu melakukan kebalikan dari perbuatan-perbuatan negatif yang muncul sebagai akibat dari sifat hasad [Fatawa Syaikh Jibrin 11/69; Maktabah Asy Syamilah]. Hal ini diisyaratkan Allah ta’ala dalam firman-Nya,
ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ (٣٤)
Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara
yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada
permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. (Fushshilat: 34).
Jika sifat hasad mendorongnya untuk
mencemarkan dan memfitnah orang yang didengkinya, maka ia harus
memaksakan lidahnya untuk memberikan pujian kepada orang tersebut. Jika
sifat hasad mendorongya untuk bersikap sombong, maka ia harus memaksa
dirinya untuk bersikap tawadhu’ (rendah hati) kepada orang yang
didengkinya, memuliakan, dan berbuat baik kepadanya. Jika di kali
pertama dia bisa memaksa dirinya untuk melakukan berbagai hal tersebut,
maka insya Allah selanjutnya dia akan terbiasa melakukannya, dan kemudian hal itu menjadi bagian dari karakternya.
Keempat
Meneliti dan menelusuri
sebab-sebab yang membuat dirinya menjadi dengki kepada orang lain,
kemudian mengobatinya satu-persatu. Misalnya, sifat sombong diobati dengan sifat tawadhu‘ (rendah hati), penyakit haus kedudukan dan jabatan diobati dengan sifat zuhud, sifat tamak (rakus) diobati dengan sifat qana’ah dan berinfak, dst.
Kelima
Diantara obat hasad yang paling mujarab adalah sebagaimana yang telah diterangkan Allah dalam firman-Nya,
وَلا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ
بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا
وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ
فَضْلِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا (٣٢)
“Dan janganlah kamu iri hati
terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak
dari sebahagian yang lain, (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian
dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada
bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah
sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala
sesuatu.” (An Nisa: 32).
Dalam ayat ini, Allah ta’ala melarang
hamba-Nya iri (dengki) terhadap rezeki yang berada di tangan orang lain,
dan Dia menunjukkan gantinya yang bermanfaat di dunia dan akhirat yaitu
dengan memohon karunia-Nya karena hal tersebut terhitung sebagai ibadah
dan merupakan perantara agar permintaannya dipenuhi apabila Allah
menghendakinya [Fatawasy Syabakah Al Islamiyah 7/278; Maktabah Asy Syamilah].
Keenam
Bersandar kepada Allah, bermunajat serta memohon kepada-Nya agar berkenan mengeluarkan penyakit yang kotor ini dari dalam hatinya.
Ketujuh
Banyak mengingat mati. Abud Darda radhiallahu ‘anhu mengatakan,
من أكثر ذكر الموت قل فرحه وقل حسده
“Seorang yang memperbanyak mengingat mati, niscaya akan sedikit girangnya dan sedikit pula sifat hasadnya” [Hilyatul Auliya 1/220].
Waffaqniyallahu wa iyyakum.