بسم الله الرحمن الرحيم
Kisah Nabi Ishaq ‘alaihis salam
Setelah Allah mengaruniakan Isma'il
kepada Nabi Ibrahim 'alaihis salam, Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah Subhaanahu
wa Ta'ala agar dikaruniakan anak dari istrinya yang bernama Sarah; istri yang
selalu setia bersamanya dalam menegakkan kalimatullah. Maka Allah mengabulkan
doanya dan mengutus beberapa malaikat dalam bentuk manusia untuk menyampaikan
kabar gembira kepadanya akan lahirnya seorang anak dari istrinya; Sarah. Mereka
juga memberitahukan tujuan mereka yang lain, yaitu pergi mendatangi kaum Luth
untuk menimpakan azab kepada mereka. Ketika para malaikat itu datang kepada
Nabi Ibrahim, maka ia menyambut mereka dengan sebaik-baiknya dan mendudukkan
mereka di ruang tamu, selanjutnya ia segera menyiapkan jamuan makan untuk
mereka. Nabi Ibrahim 'alaihis salam adalah seorang yang selalu memuliakan tamu
di samping sebagai seorang yang dermawan.
Tidak lama kemudian, Nabi Ibrahim
'alaihis salam datang membawa anak sapi yang gemuk yang telah dipanggang serta
menghidangkannya kepada mereka, tetapi mereka tidak makan dan tidak meminum
jamuan yang telah dihidangkan itu, hingga akhirnya Nabi Ibrahim merasa takut
terhadap mereka, maka malaikat-malaikat itu pun menenangkannya dan
memberitahukan kepadanya tentang diri mereka serta memberikan kabar gembira
kepadanya dengan seorang anak yang 'alim (berilmu). Ketika itu, Sarah mendengar
pembicaraan mereka, maka ia datang dalam keadaan heran terhadap kabar gembira
yang mereka sampaikan, bagaimana ia akan melahirkan sedangkan ia seorang wanita
yang sudah tua lagi mandul (ketika itu usianya 90 tahun), sedangkan suaminya juga
sudah lanjut usia (lihat surat Hud: 72). Maka malaikat berkata, "Demikianlah
Tuhanmu memfirmankan. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui."
(Terj.
Adz Dzaariyat: 30)
Mendengar berita itu, Nabi Ibrahim pun menjadi tenang dan
berbahagia; apa yang dinanti-nantikannya ternyata akan tiba.
Selang beberapa waktu, maka datanglah apa yang dinantikan
itu, istrinya yaitu Sarah melahirkan seorang anak yang kemudian diberi nama
Ishaq oleh Nabi Ibrahim 'alaihis salam. Saat itu, usia Nabi Ibrahim 100 tahun.
Ishaq lahir empat belas tahun setelah kelahiran Isma'il.
Al Qur'anul Karim tidak menyebutkan secara panjang lebar
kisah Nabi Ishaq 'alaihis salam, demikian pula tentang kaum yang kepada mereka
diutus Nabi Ishaq. Akan tetapi Allah memuji Nabi Ishaq di beberapa tempat dalam
Al Qur'an, di antaranya:
"Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan
Ya'qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang
tinggi.--Sesungguhnya Kami telah menyucikan mereka dengan (menganugerahkan
kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada
negeri akhirat.--Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar-benar termasuk
orang-orang pilihan yang paling baik." (Terj. QS. Shaad: 45-47)
Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam juga memuji Nabi
Ishaq dalam sabdanya,
الكَرِيمُ، ابْنُ الكَرِيمِ، ابْنِ الكَرِيمِ،
ابْنِ الكَرِيمِ يُوسُفُ بْنُ يَعْقُوبَ بْنِ إِسْحَاقَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِمُ
السَّلاَمُ
"Yang mulia
putera yang mulia, putera yang mulia dan putera yang mulia adalah Yusuf putera
Ya'qub, putera Ishaq, putera Ibrahim." (HR. Bukhari dan Muslim)
Ahli Kitab menyebutkan, bahwa Ishaq ketika menikahi Rafqah
binti Batu'il saat ayahnya (Nabi Ibrahim) masih hidup, saat itu usianya 40
tahun. Istrinya adalah seorang yang mandul, maka Nabi Ishaq berdoa kepada Allah
untuknya, hingga istrinya pun hamil dan melahirkan anak yang kembar; yang
pertama bernama 'Iishuu. Orang-orang Arab menyebutnyta 'Iish; ia adalah nenek
moyang bangsa Romawi. Yang kedua bernama Ya'qub. Disebut Ya'qub karena ia lahir
dalam keadaan memegang tumit saudaranya. Ia juga disebut Israil, yang merupakan
nenek moyang Bani Israil.
Setelah menyelesaikan tugasnya sebagai nabi dan rasul, maka Nabi Ishaq 'alaihis salam wafat.
Selesai dengan pertolongan Allah dan taufiq-Nya, wa shallallahu
‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraaji’:
Al Qur’anul Karim,
Mausu’ah Al Usrah Al Muslimah (dari situs www.islam.aljayyash.net), Shahih
Bukhari, Shahih Qashashil Anbiya’ (Ibnu Katsir, takhrij Syaikh
Salim Al Hilaaliy), dll.