Sahabat seakidah, para pemuda muslim yang dirahmati Allāh. Kehidupan, memang tak selamanya lurus dan mulus. Ada saja aral melintang, duri yang menusuk, lubang yang menjebak, dan batu sandungan yang mengganjal perjalanan kita menuju kampung keabadian. Di sanalah kelak, kita akan memetik pahit atau manisnya buah sejarah hidup kita di alam dunia yang fana ini.
Pada kesempatan ini, perkenankanlah kami untuk menyampaikan kembali nasehat-nasehat yang telah ditulis oleh Syaikh Abdurrazzaq al-Badr ḥafiẓahullāh dalam sebuah buku mungil yang berjudul “Sepuluh Kaidah Dalam Istiqomah”. Di dalamnya, beliau memaparkan kiat-kiat yang sangat bermanfaat bagi kita yang ingin termasuk golongan orang-orang yang selamat dunia dan akhirat. Kepada Allāh semata kita memohon taufik dan pertolongan…
Kiat Pertama:
Istiqomah Adalah Anugerah Ilahi
Ketahuilah saudaraku -semoga Allāh memberikan taufik kepada kita- sesungguhnya keistiqomahan seorang hamba merupakan karunia dan anugerah dari sisi Allāh ta’ālā. Ia bukanlah semata-mata hasil jerih payah, kecerdasan dan kekuatan dirinya.
Jangan ada yang mengira bahwa keistiqomahan yang dia peroleh semata-mata karena kehebatan dirinya! Jangan ada yang menyangka bahwa keistiqomahan dirinya adalah karena kepandaian ilmunya! Jangan ada yang mengira bahwa keistiqomahan yang dia miliki adalah karena ketekunannya dalam beribadah ataupun berdakwah!
Ingatlah, istiqomah adalah anugerah dan pemberian Allāh kepada hamba-hamba yang dikehendaki-Nya…
Allāh ta’ālā berfirman (yang artinya),
“Allāh mengajak kepada negeri keselamatan, dan Allāh memberikan petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya menuju jalan yang lurus.” (QS. Yunus)
Allāh ta’ālā berfirman (yang artinya),
“Barangsiapa yang Allāh kehendaki maka Allāh akan menyesatkan dirinya dan barangsiapa yang Allāh kehendaki maka Allāh akan jadikan dia berada di atas jalan yang lurus.” (QS. Al-An’ām)
Oleh sebab itulah, diantara doa yang paling sering dipanjatkan oleh Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam adalah doa,
”Yā Muqallibal qulūb, ṡabbit qalbī ‘alā dīnika“
“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.”
Ummu Salamah radhiyallāhu’anhā pun bertanya, “Wahai Rasulullah! Apakah hati manusia itu sering berbolak-balik?”
Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam menjawab,
“Benar. Tidaklah ada seorang pun manusia kecuali hatinya berada diantara dua jari jemari Allāh. Apabila Allāh ‘azza wa jalla berkenan maka Allāh akan meluruskan hati itu dan apabila berkehendak maka Allāh pun akan menyimpangkannya.”
(HR. Aḥmad dan Tirmidzi serta beliau menghasankannya, lihat aṣ-Ṣaḥīḥah [2091])
Syaikh Abdurrazzaq al-Badr ḥafiẓahullāh berkata,
“Oleh sebab itu, keistiqomahan itu ada di tangan Allāh. Barangsiapa yang menginginkannya, hendaklah dia memohon hal itu kepada Allāh dan sudah sepantasnya dia merengek-rengek ketika mengajukan permintaannya itu.” (lihat ‘Asyara Qawā`id fil Istiqāmah, hal. 8 cet. Dār al-Faḍīlah)
Saking besarnya kebutuhan kita kepada hidayah inilah, Allāh perintahkan kita untuk meminta kepada-Nya hidayah kepada jalan yang lurus setiap hari di dalam sholat kita, yaitu dalam surat al-Fatihah yang senantiasa kita baca dalam setiap raka’at sholat kita. Ihdinaṣ ṣirāṭal mustaqīm…
Ini adalah doa yang kita panjatkan untuk memohon hidayah kepada-Nya. Agar kita bisa tegak di atas ṣirāṭal mustaqīm; yaitu jalannya orang-orang yang mengetahui kebenaran dan mengamalkannya. Bukan jalannya orang-orang yang tidak mengenal kebenaran. Bukan pula jalannya orang-orang yang mencampakkan kebenaran setelah dia mengetahuinya.
Adalah Ḥasan al-Baṣrī raḥimahullāh, apabila beliau membaca ayat
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan bahwa Rabb kami adalah Allāhkemudian mereka istiqomah.”
Maka, beliau mengatakan, “Ya Allāh, Engkau adalah Rabb kami! Maka curahkanlah kepada kami ini rizki berupa keistiqomahan.” (lihat ‘Asyara Qawa’id fil Istiqomah, hal. 10)
Demikianlah sekelumit nasehat dan pelajaran yang bisa kami sarikan dari kiat yang pertama ini. Mudah-mudahan bermanfaat.
Kesimpulan:
Dari penjelasan singkat di atas, kita dapat memetik hikmah, bahwa sebagai seorang hamba kita senantiasa membutuhkan pertolongan dan bimbingan Allāh.
Karena Allāh adalah Rabb Yang menguasai langit dan bumi dan karena Allāh adalah Rabb Yang membolak-balikkan hati, semestinya kita menundukkan hati dan pikiran kita kepada-Nya.
Diantara perkara yang paling kita butuhkan di dalam hidup ini adalah hidayah danilmu. Kalau Allāh tidak menolong kita, siapakah yang bisa menyelamatkan kita yang lemah dan penuh dengan dosa ini? Kalau Allāh tidak mencurahkan hidayah-Nya kepada kita, mungkin kita tidak mengenal Islam, tidak mengerjakan sholat, tidak berpuasa, tidak bersedekah, dan tidak berdakwah.
Kalau Allāh tidak selamatkan diri kita, mungkin kita sudah larut dan tenggelam dalam kehidupan ala binatang, kehidupan yang tidak mengenal halal dan haram, kehidupan yang tidak mengenal syari’at Allāh dan Rasul-Nya, kehidupan yang gelap gulita penuh dengan maksiat dan dosa. Syirik, bid’ah dan kekafiran pun merajalela serta mendarah daging dalam jiwa dan raga kita.
Aduhai, saudaraku yang mulia. Kalau bukan karena hidayah Allāh, kita ini bukan apa-apa. Kita tidak mengenal akidah, tidak mengenal tauhid, tidak mengenal yang namanya ketaatan, tidak mengenal yang namanya Sunnah Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam, tidak mengenal yang namanya “mengaji” dan ṭalabul ‘ilmi, tidak mengenal ulama, tidak mengenal dakwah, tidak mengenal al-Qur`ān, tidak mengenal kenikmatan membaca ḥadiṡ-ḥadiṡ nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan kitab-kitab para ulama, serta tidak mengenal manhaj salaf yang mulia ini.
Siapakah kita?
Siapakah kita?
Kita bukan siapa-siapa…
Kita adalah hamba yang lemah dan harus senantiasa bersimpuh dan memohon kepada-Nya…
Agar Allāh menyelamatkan kita dari pedihnya siksa Neraka …
Agar Allāh membebaskan kita dari gelapnya dosa …
Agar Allāh bersihkan kita dari kotoran-kotoran di dalam hati kita …
Agar Allāh menjadikan kita sebagai hamba-Nya …
Bukan hamba harta dan jabatan, bukan hamba popularitas dan kedudukan, bukan hamba dunia atau budak hawa nafsu…
Ya Allāh, berikanlah hidayah kepada kami… Ya Allāh, Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi Hidayah. Sesungguhnya Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penerima Taubat….
artikel: www.pemudamuslim.com
—–
*sumber ilustrasi gambar: http://www.shabab-wayn.tv/archives/600