بشرى المشتاق بصحة حديث الافتراق:
Kebenaran adalah mutiara kehidupan yang sangat berharga bagi setiap insan.
Titian jalannya mengantarkan kepada kebahagiaan. Keberadaannya di
tengah kehidupan, laksana pelita dalam kegelapan. Cahayanya
terang-benderang menerangi lorong-lorong kehidupan sepanjang zaman.
Berpegang teguh dengannya adalah kemuliaan, sedangkan mengabaikannya
adalah kebinasaan. Kebenaran adalah anugerah agung dari Allah Subhanahu
wata’ala untuk para hamba-Nya yang beriman. Allah Subhanahu wata’ala
berfirman,yang artinya..., “Kebenaran itu (datang) dari Rabbmu, karena
itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.” (Qs:
al-Baqarah: 147)
Kebenaran yang datang dari Allah Subhanahu
wata’ala itu tercermin pada agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam dan diterapkan oleh para sahabat yang
mulia. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,َartinya...,
“Dialah
(Allah Subhanahu wata’ala) yang telah mengutus Rasul-Nya dengan
(membawa) petunjuk dan agama yang benar, agar Allah memenangkan agama
tersebut atas semua agama yang ada, walaupun orang-orang musyrik tidak
menyukainya.” (Qs: ash-Shaff: 9)
“Barang siapa menentang Rasul
setelah jelas baginya petunjuk, dan mengikuti selain jalan orang-orang
yang beriman, Kami biarkan ia leluasa bergelimang dalam kesesatan dan
Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk
tempat kembali.”(Qs: an-Nisa’: 115)
'Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda,artinya..,“Umatku akan terpecah belah menjadi
73 golongan. Semuanya masuk neraka, kecuali satu golongan. Beliau
ditanya, ‘Siapakah dia wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘(Golongan)
yang berada di atas jalan hidup (manhaj) yang aku dan para sahabatku
berada’.” (HR. at-Tirmidzi dalam Sunan-nya; “Kitabul Iman”, bab
“Iftiraqul Hadzihil Ummah”, dari ‘Abdullah bin Amr bin al-’Ash
radhiyallahu ‘anhu)
Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam juga
bersabda,artinya...“Sesungguhnya siapa saja di antara kalian yang hidup
sepeninggalku nanti, niscaya akan melihat perselisihan yang banyak
(dalam memahami agama ini). Maka dari itu, kalian wajib berpegang teguh
dengan sunnah (bimbingan)ku dan sunnah al-Khulafa ar-Rasyidin yang
terbimbing. Gigitlah ia dengan gigi-gigi geraham kalian (maksudnya,
berpeganglah erat-erat dengannya,)… (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi,
ad-Darimi, Ibnu Majah, dan yang lainnya dari al- ‘Irbadh bin Sariyah
radhiyallahu ‘anhu. Lihat Irwaul Ghalil, hadits no. 2455).
'Allah ta'ala berfirman, yang artinya...,
“Orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama (masuk Islam) dari
kalangan sahabat Muhajirin dan Anshar, serta orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha
kepada Allah, dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga (al-Jannah)
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal abadi di dalamnya.
Itulah kesuksesan yang agung.” (Qs: at-Taubah: 100).
Maka dari
itu, Allah Subhanahu wata’ala menyeru seluruh umat manusia untuk
mengikuti kebenaran tersebut dengan sebaikbaiknya. Allah Subhanahu
wata’ala berfirman,artinya....
“Wahai manusia, sesungguhnya telah
datang Rasul (Muhammad) itu kepada kalian dengan (membawa) kebenaran
dari Rabb kalian maka berimanlah kalian, itulah yang lebih baik bagi
kalian. Jika kalian kafir, (kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikit
pun) karena sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah
kepunyaan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.”
(Qs: an-Nisa’: 170).
Mengetahui kebenaran, mengikutinya, dan istiqamah di atasnya
menghadirkan konsekuensi besar dalam kehidupan. Secara sunnatullah,
siapa saja yang mengetahui kebenaran, mengikutinya, dan istiqamah di
atasnya pasti akan mendapatkan ujian dan cobaan. Allah Shallallahu
‘alaihi wasallam berfirman,artinya..., "Alif Laam Miim. Apakah manusia
mengira dibiarkan berkata, “Kami telah beriman’ sedangkan mereka tidak
diberi ujian?”
(Qs: al-‘Ankabut: 1—2)
Ujian dan cobaan itu
pun beragam bentuknya. Terkadang dalam bentuk keburukan dan terkadang
pula dalam bentuk kebaikan. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
artinya...,
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan
menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang
sebenar-benarnya), dan hanya kepada Kamilah kalian dikembalikan.” (Qs:
al-Anbiya’: 35)
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahumallah berkata,
“Maksudnya, Kami (Allah Subhanahu wata’ala) akan menguji kalian, kadang
dengan musibah dan kadang dengan kenikmatan, untuk Kami nilai siapa yang
bersyukur dan siapa pula yang kufur, siapa yang bersabar dan siapa pula
yang berputus asa. Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu
Abbas radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, ‘Maksud dari ayat (yang
artinya) [Kami akan menguji kalian] adalah Kami akan menguji kalian
dengan kesulitan dan kelapangan, sehat dan sakit, kecukupan dan
kemiskinan, halal dan haram, ketaatan dan kemaksiatan, petunjuk dan
kesesatan…’.” (Tafsir Ibnu Katsir).
Kebenaran adalah mutiara kehidupan yang sangat berharga bagi setiap insan.
Titian jalannya mengantarkan kepada kebahagiaan. Keberadaannya di
tengah kehidupan, laksana pelita dalam kegelapan. Cahayanya
terang-benderang menerangi lorong-lorong kehidupan sepanjang zaman.
Berpegang teguh dengannya adalah kemuliaan, sedangkan mengabaikannya
adalah kebinasaan. Kebenaran adalah anugerah agung dari Allah Subhanahu
wata’ala untuk para hamba-Nya yang beriman. Allah Subhanahu wata’ala
berfirman,yang artinya..., “Kebenaran itu (datang) dari Rabbmu, karena
itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.” (Qs:
al-Baqarah: 147)
Kebenaran yang datang dari Allah Subhanahu
wata’ala itu tercermin pada agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam dan diterapkan oleh para sahabat yang
mulia. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,َartinya...,
“Dialah
(Allah Subhanahu wata’ala) yang telah mengutus Rasul-Nya dengan
(membawa) petunjuk dan agama yang benar, agar Allah memenangkan agama
tersebut atas semua agama yang ada, walaupun orang-orang musyrik tidak
menyukainya.” (Qs: ash-Shaff: 9)
“Barang siapa menentang Rasul
setelah jelas baginya petunjuk, dan mengikuti selain jalan orang-orang
yang beriman, Kami biarkan ia leluasa bergelimang dalam kesesatan dan
Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk
tempat kembali.”(Qs: an-Nisa’: 115)
'Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda,artinya..,“Umatku akan terpecah belah menjadi
73 golongan. Semuanya masuk neraka, kecuali satu golongan. Beliau
ditanya, ‘Siapakah dia wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘(Golongan)
yang berada di atas jalan hidup (manhaj) yang aku dan para sahabatku
berada’.” (HR. at-Tirmidzi dalam Sunan-nya; “Kitabul Iman”, bab
“Iftiraqul Hadzihil Ummah”, dari ‘Abdullah bin Amr bin al-’Ash
radhiyallahu ‘anhu)
Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam juga
bersabda,artinya...“Sesungguhnya siapa saja di antara kalian yang hidup
sepeninggalku nanti, niscaya akan melihat perselisihan yang banyak
(dalam memahami agama ini). Maka dari itu, kalian wajib berpegang teguh
dengan sunnah (bimbingan)ku dan sunnah al-Khulafa ar-Rasyidin yang
terbimbing. Gigitlah ia dengan gigi-gigi geraham kalian (maksudnya,
berpeganglah erat-erat dengannya,)… (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi,
ad-Darimi, Ibnu Majah, dan yang lainnya dari al- ‘Irbadh bin Sariyah
radhiyallahu ‘anhu. Lihat Irwaul Ghalil, hadits no. 2455).
'Allah ta'ala berfirman, yang artinya...,
“Orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama (masuk Islam) dari
kalangan sahabat Muhajirin dan Anshar, serta orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha
kepada Allah, dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga (al-Jannah)
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal abadi di dalamnya.
Itulah kesuksesan yang agung.” (Qs: at-Taubah: 100).
Maka dari
itu, Allah Subhanahu wata’ala menyeru seluruh umat manusia untuk
mengikuti kebenaran tersebut dengan sebaikbaiknya. Allah Subhanahu
wata’ala berfirman,artinya....
“Wahai manusia, sesungguhnya telah
datang Rasul (Muhammad) itu kepada kalian dengan (membawa) kebenaran
dari Rabb kalian maka berimanlah kalian, itulah yang lebih baik bagi
kalian. Jika kalian kafir, (kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikit
pun) karena sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah
kepunyaan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.”
(Qs: an-Nisa’: 170).
Mengetahui kebenaran, mengikutinya, dan istiqamah di atasnya
menghadirkan konsekuensi besar dalam kehidupan. Secara sunnatullah,
siapa saja yang mengetahui kebenaran, mengikutinya, dan istiqamah di
atasnya pasti akan mendapatkan ujian dan cobaan. Allah Shallallahu
‘alaihi wasallam berfirman,artinya..., "Alif Laam Miim. Apakah manusia
mengira dibiarkan berkata, “Kami telah beriman’ sedangkan mereka tidak
diberi ujian?”
(Qs: al-‘Ankabut: 1—2)
Ujian dan cobaan itu
pun beragam bentuknya. Terkadang dalam bentuk keburukan dan terkadang
pula dalam bentuk kebaikan. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
artinya...,
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan
menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang
sebenar-benarnya), dan hanya kepada Kamilah kalian dikembalikan.” (Qs:
al-Anbiya’: 35)
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahumallah berkata,
“Maksudnya, Kami (Allah Subhanahu wata’ala) akan menguji kalian, kadang
dengan musibah dan kadang dengan kenikmatan, untuk Kami nilai siapa yang
bersyukur dan siapa pula yang kufur, siapa yang bersabar dan siapa pula
yang berputus asa. Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu
Abbas radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, ‘Maksud dari ayat (yang
artinya) [Kami akan menguji kalian] adalah Kami akan menguji kalian
dengan kesulitan dan kelapangan, sehat dan sakit, kecukupan dan
kemiskinan, halal dan haram, ketaatan dan kemaksiatan, petunjuk dan
kesesatan…’.” (Tafsir Ibnu Katsir).