Monday, March 9, 2015

Kisah Nabi Yunus ‘alaihis salam

Kisah Nabi Yunus ‘alaihis salam
بسم الله الرحمن الرحيم
  
Di daerah Maushil; Irak, terdapat sebuah kampung bernama Ninawa yang penduduknya berpaling dari jalan Allah yang lurus dan malah menyembah patung dan berhala. Allah Subhaanahu wa Ta'ala ingin memberikan petunjuk kepada mereka dan mengembalikan mereka ke jalan yang lurus, maka Dia mengutus Nabi Yunus 'alaihis salam untuk mengajak mereka beriman dan meninggalkan sesembahan selain Allah 'Azza wa Jalla. Akan tetapi mereka menolak beriman kepada Allah dan tetap memilih menyembah patung dan berhala. Mereka lebih memilih kekafiran dan kesesatan daripada keimanan dan petunjuk, mereka mendustakan Nabi Yunus 'alaihis salam, mengolok-olok dan menghinanya. Maka Nabi Yunus pun marah kepada kaumnya dan tidak berharap lagi terhadap keimanan mereka.
Allah Subhaanahu wa Ta'ala pun mewahyukan kepada Yunus untuk memberitahukan kaumnya, bahwa Allah akan mengazab mereka karena sikap mereka itu setelah berlalu tiga hari. Lalu Nabi Yunus menyampaikan perihal azab itu kepada kaumnya dan mengancam kaumnya dengan azab Allah, kemudian ia pergi meninggalkan mereka. Ketika itu, kaum Yunus telah mengetahui, bahwa Nabi Yunus telah pergi meninggalkan mereka sehingga mereka yakin azab akan turun dan bahwa Yunus adalah seorang nabi, maka mereka segera bertobat kepada Allah Subhaanahu wa Ta'ala, kembali kepada-Nya, dan menyesali sikap mereka.
Ketika itu, kaum lelaki, wanita, dan anak-anak menangis karena takut azab menimpa mereka, dan mereka berdoa dengan suara keras kepada Allah 'Azza wa Jalla agar azab itu diangkat dari mereka. Saat Allah melihat jujurnya tobat mereka, maka Dia menghilangkan azab itu dari mereka serta menjauhkannya. Allah Ta'ala berfirman,
  
"Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Ketika mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu." (Terj. QS. Yunus: 98)
Setelah peristiwa itu, Yunus tetap meninggalkan kampung kaumnya karena marah padahal Allah belum mengizinkannya, maka Yunus pergi ke tepi laut dan menaiki kapal. Pada saat Yunus berada di atas kapal, maka ombak laut menjadi dahsyat, angin menjadi kencang dan membuat kapal menjadi oleng hingga hampir saja tenggelam[1].
Ketika itu, kapal yang ditumpangi membawa barang-barang yang berat, lalu sebagiannya dilempar ke laut untuk meringankan beban. Tetapi ternyata, kapal itu tetap saja oleng hampir  tenggelam, maka para penumpangnya bermusyawarah untuk meringankan beban kapal dengan melempar seseorang ke laut, maka mereka melakukan undian dan ternyata undian itu jatuh kepada diri Yunus, tetapi mereka tidak mau jika Yunus harus terjun ke laut, maka undian pun diulangi lagi, dan ternyata jatuh kepada Yunus lagi, hingga undian itu dilakukan sebanyak tiga kali dan hasilnya tetap sama. Maka Yunus bangkit dan melepas bajunya, kemudian melempar dirinya ke laut. Pada saat yang bersamaan, Allah telah mengirimkan ikan besar kepadanya dan mengilhamkan kepadanya untuk menelan Yunus dengan tidak merobek dagingnya atau mematahkan tulangnya, maka ikan itu melakukannya. Ia menelan Nabi Yunus ke dalam perutnya tanpa mematahkan tulang dan merobek dagingnya, dan Yunus pun tinggal di perut ikan itu dalam beberapa waktu dan dibawa mengarungi lautan oleh ikan itu sampai ke dasar laut sehingga Yunus mendengar ucapan tasbih dari kerikil di bawah laut, maka di kegelapan itu Yunus berdoa, "Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim." Yunus berada dalam tiga kegelapan; kegelapan perut ikan, kegelapan lautan dan kegelapan malam. Hal ini sebagaimana yang difirmankan Allah SWT  
"Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap, "Bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim."--Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman." (Terj. QS. Al Anbiyaa': 87-88)
Para ulama berselisih tentang berapa lama Beliau tinggal di dalam perut ikan. Menurut Qatadah, tiga hari. Menurut Abu Ja’far Ash Shaadiq, tujuh hari, sedangkan menurut Abu Malik, empat puluh hari. Mujahid berkata dari Asy Sya’biy, “Ia ditelan di waktu Duha dan dimuntahkan di waktu sore.” Wallahu a’lam.
Kemudian Allah memerintahkan ikan itu memuntahkan Yunus ke pinggir pantai, lalu Allah tumbuhkan di sana sebuah pohon sejenis labu yang memiliki daun yang lebat yang dapat menaungi Nabi Yunus dan menjaganya dari panas terik matahari. Allah Ta'ala berfirman,
* Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit.-- Dan Kami tumbuhkan untuk Dia sebatang pohon dari jenis labu." (Terj. QS. Ash Shaaffaat: 145-146)
Ketika Yunus dimuntahkan dari perut ikan yang keadaannya seperti anak burung yang telanjang dan tidak berambut. Lalu Allah menumbuhkan pohon sejenis labu, dimana ia dapat berteduh dengannya dan makan darinya. Selanjutnya pohon itu kering, lalu Yunus menangis karena keringnya pohon itu. Kemudian Allah berfirman kepadanya, "Apakah kamu menangis karena pohon itu kering. Namun kamu tidak menangis karena seratus ribu orang atau lebih yang ingin engkau binasakan."
Selanjutnya, Allah Subhaanahu wa Ta'ala memerintahkan Yunus agar kembali kepada kaumnya untuk memberitahukan mereka, bahwa Allah Ta'ala telah menerima tobat mereka dan telah ridha kepada mereka. Maka Nabi Yunus 'alaihis salam melaksanakan perintah itu, ia pergi mendatangi kaumnya dan memberitahukan kepada mereka wahyu yang diterimanya dari Allah Subhaanahu wa Ta'ala.
Kaumnya pun telah beriman dan Allah memberikan berkah kepada harta dan anak-anak mereka, sebagaimana yang diterangkan Allah dalam firman-Nya,
  
"Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih.--Lalu mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu." (Terj. QS. Ash Shaaffaat: 147-148)
Allah Subhaanahu wa Ta'ala memuji Nabi Yunus 'ailaihis salam dalam Al Qur'an, Dia berfirman,
ŸDan Ismail, Alyasa', Yunus dan Luth. Masing-masing Kami lebihkan derajatnya di atas umat (di masanya)," (Terj. QS. Al An'aam: 86)
Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam juga memuji Nabi Yunus 'alaihis salam dalam sabdanya,
لاَ يَنْبَغِي لِعَبْدٍ أَنْ يَقُولَ: أَنَا خَيْرٌ مِنْ يُونُسَ بْنِ مَتَّى
"Tidak layak bagi seorang hamba mengatakan, "Saya (Nabi Muhammad shallallahu 'alaihiwa salam) lebih baik daripada Yunus bin Mata." (Muttafaq 'alaih)
Beliau mengucapkan demikian karena tawadhunya. Ada pula yang berpendapat, bahwa Beliau mengucapkan demikian karena sebelumnya Beliau tidak mengetahui bahwa diri Beliau adalah lebih utama di atas para nabi yang lain. Ada pula yang berpendapat, bahwa Beliau mengucapkan demikian untuk menghindari adanya sikap orang bodoh yang merendahkan martabat Nabi Yunus karena kisah yang disebutkan dalam Al Qur'an, wallahu a'lam.
Dan tentang doa Nabi Yunus 'alaihis salam, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
دَعْوَةُ ذِي النُّونِ إِذْ دَعَا وَهُوَ فِي بَطْنِ الحُوتِ: لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ، فَإِنَّهُ لَمْ يَدْعُ بِهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ فِي شَيْءٍ قَطُّ إِلَّا اسْتَجَابَ اللَّهُ لَهُ
"Doa Dzunnun (Nabi Yunus 'alaihis salam) ketika di perut ikan adalah "Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim." Sesungguhnya tidak seorang muslim pun yang berdoa dengannya dalam suatu masalah, melainkan Allah akan mengabulkan doanya." (HR. Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani).
 Selesai dengan pertolongan Allah dan taufiq-Nya, wa shallallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraaji’: Al Qur’anul Karim, Hidayatul Insan bitafsiril Qur'an (Abu Yahya Marwan), Mausu’ah Al Usrah Al Muslimah (dari situs www.islam.aljayyash.net), Shahih Qashashil Anbiya’ (Ibnu Katsir, takhrij Syaikh Salim Al Hilaaliy), Maktabah Syaamilah, dll.





[1] Menurut Ibnu Mas'ud, bahwa saat Yunus masuk ke kapal, maka kapal itu berhenti, sedangkan kapal-kapal yang lain bisa berjalan ke kanan dan kiri, lalu Yunus berkata, "Ada apa dengan kapalmu?" Mereka menjawab, "Kami tidak tahu." Yunus berkata, "Sesungguhnya di dalamnya ada seorang hamba yang lari dari Tuhannya, dan sesungguhnya kapal itu tidak akan berjalan sampai kalian melempar orang itu." Mereka berkata, "Adapun engkau wahai Nabi Allah, demi Allah, kami tidak akan melemparmu." Lalu Yunus berkata kepada mereka, "Kalau begitu adakanlah undian, barang siapa yang keluar namanya, maka hendaklah ia menjatuhkan diri." (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannafnya dan para perawinya adalah tsiqah, Ahmad dalam Az Zuhd, Abd bin Humaid, Ibnu Jarir, Ibnul Mundzir, dan Ibnu Abi Hatim).