Monday, February 2, 2015

Kisah Nabi Isa 'alaihis salam (bag. 1)

Kisah Nabi Isa 'alaihis salam  (bag. 1)


بسم الله الرحمن الرحيم

Maryam adalah seorang wanita yang salihah, yang dididik dan dibesarkan oleh Nabi Zakariya. Maryam tinggal di mihrab masjid beribadah kepada Allah Ta'ala dan berdzikr kepada-Nya.
Suatu hari, Maryam didatangi oleh para malaikat dalam wujud manusia, mereka menyampaikan pujian Allah kepadanya dan mendorongnya untuk terus taat beribadah dan melakukan shalat, mereka berkata, "Wahai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).--Wahai Maryam! Taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukulah bersama orang-orang yang ruku'." (Terj. QS. Ali Imran: 42-43)
Selanjutnya, para malaikat itu memberitahukan kabar gembira kepadanya dengan kelahiran seorang anak darinya yang akan menjadi Nabi dan Rasul yang mulia yang diperkuat dengan mukjizat, mereka berkata, "Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat[1] (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih[2] Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah),--Dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia termasuk orang-orang yang saleh." (Terj. QS. Ali Imran: 45-46)
Mendengar berita itu, maka Maryam merasa heran, yakni bagaimana dirinya akan melahirkan anak, sedangkan ia tidak mempunyai suami dan tidak ada seorang laki-laki pun yang menyentuhnya, maka Allah memberitahukan, bahwa demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Dia hanya cukup berkata kepadanya, "Jadilah!" lalu jadilah dia (lihat Ali Imran: 47). Ketika itu, Maryam hanya pasrah terhadap ketetapan itu dan berharap agar Allah memberikan jalan keluar baginya karena khawatir kaumnya akan menuduh yang tidak benar kepadanya.
Kelahiran Nabi Isa tanpa seorang bapak tidaklah musathil, bukankah Nabi Adam ‘alaihis salaam lahir tanpa seorang bapak dan seorang ibu dan bukankah Hawaa’ lahir dari laki-laki (tulang rusuk Adam). Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman,
“Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia.” (Terj. QS. Ali Imran: 59)
Pada suatu hari, saat Maryam sedang menyendiri, Allah mengutus Malaikat Jibril kepadanya dalam wujud manusia yang sempurna. Ketika Maryam melihatnya, maka ia segera terperanjat dan takut kepadanya, ia pun segera berlindung kepada Allah dari orang itu, maka malaikat Jibril langsung menenangkannya dan memberitahukan kepadanya, bahwa dia adalah utusan Allah untuk mengaruniakan kepadanya seorang anak yang suci (lihat QS. Maryam: 18-19).
Malaikat Jibril pun langsung meniupkan ruh ke leher baju Maryam, lalu tiupan itu masuk ke farjinya, maka Maryam pun hamil.
Waktu pun berlalu, maka tibalah saatnya bagi Maryam untuk melahirkan anak, maka ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. Dan rasa sakit akan melahirkan anak memaksanya bersandar pada pangkal pohon kurma, Maryam berkata, "Wahai kiranya, aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan."
Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah, "Janganlah kamu bersedih hati, Sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.-Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu,--Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. jika kamu melihat seorang manusia, maka Katakanlah, "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini." (Lihat QS. Maryam: 23-26)
Selanjutnya, Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Lalu kaumnya yang terdiri dari orang-orang Yahudi berkata, "Wahai Maryam, Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang sangat mungkar. Wahai saudara perempuan Harun[3], ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina."
Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka pun berkata, "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?"
Ketika itulah Allah Subhaanahu wa Ta'ala menjadikan Isa putera Maryam berbicara, Beliau berkata,
"Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab  dan Dia menjadikan aku seorang nabi---Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi (mengajarkan kebaikan) di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku  shalat dan  zakat selama aku hidup;---Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikanku seorang yang sombong lagi celaka---Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali." (Terj. QS. Maryam: 30-33)
Meskipun begitu, orang-orang Yahudi tetap saja menuduh Maryam berzina, dan ketika Maryam merasa khawatir terhadap tindakan jahat mereka terhadap dirinya dan anaknya, maka Maryam membawa puteranya ke tempat yang jauh agar mereka tidak menyakitinya.
Ketika Nabi Isa 'alaihis salam sudah besar, maka Maryam membawa lagi Nabi Isa ke tempat kelahirannya Baitlahm (dekat Baitulmaqdis) di Palestina.
Ketika Nabi Isa 'alaihis salam kembali ke kaumnya, maka Beliau melihat ternyata kaumnya telah menyimpang dari jalan yang diajarkan Nabi Musa 'alaihis salam. Mereka sibuk dengan dunia dan tidak mengisi hidupnya dengan beribadah kepada Allah Ta'ala.
Bahkan di antara mereka ada yang mengingkari hari Kiamat, mereka berkata, "Tidak ada hisab dan pembalasan pada hari Kiamat."
Sebagian dari mereka lagi ada yang kelewatan batas dalam mencintai dunia, sehingga mereka dengan tega mengambil harta manusia dengan berbagai cara.
Kondisi Bani Israil ketika itu benar-benar butuh diperbaiki, maka sungguh tepat diutusnya Nabi Isa 'alaihis salam kepada mereka untuk membimbing mereka ke jalan yang lurus. Maka mulailah Nabi Isa 'alaihis salam mengajak mereka beribadah kepada Allah Ta'ala dan meninggalkan kebodohan dan kesesatan yang menimpa mereka.
Allah Ta'ala menguatkan Nabi Isa 'alaihis salam dengan mukjizat yang besar yang sesuai dengan zamannya sebagai bukti bahwa Beliau adalah utusan Allah Ta'ala[4].
Allah Ta'ala memberikan mukjizat kepadanya dengan mampu menghidupkan orang yang telah mati, menyembuhkan orang yang sakit yang tidak sanggup disembuhkan penyakitnya oleh para tabib, Allah juga mengajarkan sebagian ilmu gaib kepadanya. Oleh karena itu, Beliau mengetahui apa yang dimakan orang-orang dan apa yang mereka simpan di rumah. Maka mulailah Nabi Isa 'alaihis salam mengajak kaumnya ke jalan yang lurus serta menguatkan ajakannya itu dengan mukjizat yang Allah berikan, Beliau berkata, "Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa suatu tanda  dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman--Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu. Karena itu bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. (Terjemah QS. Ali Imraan: 49)
Meskipun mukjizat telah ditunjukkan oleh Nabi Isa 'alaihis salam, tetapi tidak ada yang beriman dari mereka kecuali sedikit saja, dan mereka terus-menerus di atas kekafiran dan penentangan di samping mereka menuduhnya sebagai pesihir. Namun demikian, Nabi Isa 'alaihis salam tidak berputus asa dan terus mengajak mereka beribadah kepada Allah Ta'ala, hingga akhirnya Nabi Isa 'alaihis salam meminta kepada kaumnya untuk membantunya menolong agama Allah, lalu Allah menunjuki segolongan kaum fakir dan miskin kepada keimanan, dan mereka inilah yang menjadi pengikut setianya (hawariyyun) yang dipilih Allah Ta'ala untuk mengemban dakwah yang hak dan menolong Nabi Isa 'alaihis salam. Jumlah mereka hanya 12 orang saja.
Ibnu Ishaq berkata: Nabi Isa ‘alaihis salam memiliki hawariy (sahabat setia yang membelanya), yang jumlahnya ada 12 orang, yaitu Petrus, Ya’qub bin Zabda, Yohanes saudara Ya’qub, Andraawes, Falibas, Ibritslima, Mata, Tomas, Ya’qub bin Halqiya, Tadaawus, Fataatiya, Yudas Karyaayota. Dan Yudas inilah (yang murtad) yang menunjukkan orang-orang Yahudi tentang keberadaan Isa.”
Suatu hari para pengikuti setia Nabi Isa 'alaihis salam (kaum hawari) meminta kepada Nabi Isa 'alaihis salam agar Beliau berdoa kepada Allah Ta'ala agar Dia menurunkan hidangan untuk mereka langsung dari langit, lalu Nabi Isa 'alaihis salam menasihati mereka agar bertakwa kepada Allah dalam hal itu, lalu para hawari berkata, "Kami ingin memakan hidangan itu dan agar hati kami tenteram dan agar kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu." (Terj. QS. Al Ma'idah: 113)
Tetapi ketika Nabi Isa 'alaihis salam melihat ternyata para hawari tetap saja meminta hidangan dari langit, maka Nabi Isa 'alaihis salam berdiri shalat dan berdoa, "Ya Tuhan Kami turunkanlah kiranya kepada Kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rezekilah kami, dan Engkaulah pemberi rezeki yang paling utama." (Terj. QS. Al Ma'idah: 114)
Maka Allah 'Azza wa Jalla berfirman, "Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu. Barang siapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan itu), maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia." (Terj. QS. Al Ma'idah: 115)
Tidak berapa lama kemudian, Allah menurunkan hidangan dari langit, dan manusia melihatnya, sedangkan hidangan itu terus mendekat sedikit demi sedikit. Hidangan tersebut pun sampai berada di hadapan Nabi Isa 'alaihis salam, lalu Nabi Isa dan orang-orang yang berada di dekatnya bersujud kepada Allah sambil bersyukur karena dikabulkannya permintaan mereka.
Selanjutnya, Nabi Isa 'alaihis salam membuka penutup hidangan itu, dan ternyata dalam hidangan itu terdapat sesuatu yang disukai jiwa dan enak dipandang mata[5], lalu para hawari memakan hidangan itu. Dan ikut pula bersama mereka ribuan manusia yang datang kepada Nabi Isa agar mereka disembuhkan dari penyakitnya dengan izin Allah. Dan turunnya hidangan itu menjadi hari raya bagi kaum hawari dan para pengikut Nabi Isa 'alaihis salam untuk masa yang panjang.
Bersambung…
Wallahu a’lam, wa shallallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalhihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji’: Al Qur'anul Karim (Terjemah Depag), Mausu'ah Al Usrah Al Muslimah, Fathul Bari (Al Hafizh Ibnu Hajar), Shahih Qashashil Anbiya' (Salim Al Hilaliy), dll.


[1] Maksudnya dengan kalimat kun (jadilah) tanpa bapak, yaitu Nabi Isa 'alaihis salam.
[2] Beliau disebut Al Masih karena apabila Beliau mengusap orang yang berpenyakit niscaya akan sembuh dengan izin Allah. Ada pula yang berpendapat, bahwa Beliau disebut Al Masih, karena perjalanan yang Beliau lakukan di bumi membawa agamanya karena menjaga diri dari fitnah, dimana ketika itu orang-orang Yahudi mendustakannya dan menuduh dusta dirinya dan ibunya.
[3] Maksud “Saudara perempuan Harun” adalah bahwa Maryam seperti halnya Harun seorang ahli ibadah di zamannya, atau seperti Harun saudara Musa ‘alaihis salam karena mirip sekali dengan ibadahnya.
[4] Para ulama menjelaskan, bahwa Allah Ta’ala mengutus setiap nabi dengan membawa mukjizat yang sesuai dengan kondisi zaman itu. Di zaman Nabi Musa, sihir merebak di mana-mana, dan para tukang sihir dimuliakan, maka Allah Ta’ala mengutus Nabi Musa ‘alaihis salaam dengan mukjizat yang membuat mata terbelalak dan membuat heran para tukang sihir, para tukang sihir akhirnya yakin bahwa hal itu dari sisi Allah, mereka pun masuk Islam dan menjadi orang-orang salih. Adapun di zaman Nabi ‘Isa ‘alaihis salaam, ilmu pengobatan sedang masyhur, maka Allah Ta’ala mengutus Nabi ‘Isa ’alaihis salam dengan mukjizat yang tidak bisa ditandingi oleh para dokter, bagaimana bisa dilakukan oleh dokter menghidupkan benda mati, mengobati orang yang buta sejak lahir dan yang terkena penyakit sopak, demikian juga Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, Allah mengutusnya di zaman para fushaha’ (pandai bahasa) dan para syu’araa (ahli sya’ir), Allah Ta’ala memberikan kepada Beliau kitab yang tidak bisa ditandingi oleh siapa pun meskipun jin dan manusia berkumpul untuk membuatnya.
[5] Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ishaq bin Abdullah, bahwa hidangan tersebut turun kepada Nabi Isa putera Maryam, dimana pada hidangan itu ada tujuh buah roti dan tujuh buah ikan besar. Mereka makan sepuasnya.