Sunday, July 12, 2015

Abu Qasim Muhammad Bin ‘Ali Bin Abi Thalib

Abu Qasim Muhammad Bin ‘Ali Bin Abi Thalib


Al Ustadz Ahmad Hamdani Ibnu Muslim
‘Ali Radhiyallahu ‘Anhu pernah bertanya kepada Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam. "Apa pendapat anda jika aku mempunyai anak sepeninggalmu lalu aku beri nama dengan nama dan kunyah anda?". Rasulullah menjawab, "Ya".
Ia adalah seorang generasi awal dan salah seorang tabi’in yang nama dan kunyahnya sama dengan Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam. Dialah Abul Qasim Muhammad Bin ‘Ali Bin Abi Thalib dari suku Quraisy.Dilahirkan di Madinah pada jaman Khalifah Abu Bakar atau Umar dan ia dikenal dengan nama Muhammad Bin Al Hanafiyyah. Ia anak ‘Ali Bin Abi Thalib dari istri ‘Ali yang bernama Khaulah binti J’afar Bin Qais Bin Maslamah Bin Tsa’labah Bin Yarbu’ Bin Tsa’labah Bin Ad Daul Bin Hanafiyyah. Ibunya berasal dari Yamamah pada masa khalifah Abu Bakar. Dalam tarikh Islam tercatat tiga orang yang memakai nama kunyah Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai keringanan untuk mereka, yaitu Muhammad Bin Al Hanafiyyah, Muhammad Bin Abu Bakar dan Muhammad Bin Thalhah Bin Ubaidillah. Sedangkan orang-orang Syi’ah menamakannya Al Mahdi dan meyakininya masih hidup, menyelisihi kesepakatan Ahlus Sunnah.
Keilmuan dan keagungannya diakui oleh para shahabat lainnya, bahkan Kaisar Romawi pun mengakuinya. Waktu itu Kaisar Romawi menulis surat kepada Abdul Malik Bin Marwan yang isi suratnya mengancam dan menakut-nakuti serta memerintahkan Abdul Malik Bin Marwan menyerahkan seratus ribu pasukan di darat dan di laut atau menyerahkan upeti kepadanya. Begitu menerima surat, ia langsung menulis kepada Al Hajjaj agar ia memerintahkan kepada Muhammad Bin Al Hanafiyyah dan memintanya memberitahukan cara menjawab surat raja Romawi itu. Al Hajjaj melaksanakan perintah Abdul Malik. Segera ia mengirim surat kepada Muhammad Bin Al Hanafiyyah dengan disertai ancaman bunuh jika menolak permintaan Khalifah.
Maka Muhammad Bin Al Hanafiyyah menjawab surat Khalifah tersebut. Sesampainya surat itu kepada Khalifah Abdul Malik, ia menyalin tulisan Muhammad Bin Al Hanafiyyah untuk memnalas surat pembesar Romawi itu. Selesai membaca surat Abdul Malik, Kaisar Romawi berkata, "Ini bukan tulisanmu dan tidak keluar darimu. Akan tetapi ini dari sisi rumah kenabian". Demikian Kaisar Romawi memuji kepandaian Muhammad Bin Al Hanafiyyah. Dari sini kita mengetahui ketinggian ilmu dan keutamaannya. Beberapa hadits ia riwayatkan dari pada shahabat. Namun mayoritas hadits ia terima dari ayahnya sendiri.
Tatkala ‘Abdullah Bin Zubair dan Abdul Malik Bin Marwan (yang saat itu keduanya sebagai Amirul Mukminin di Makkah dan sekitarnya, yang di bai’at hampir bersamaan) meminta bai’atnya, ia menjawab, "Aku hanyalah seorang muslim. Dimana kaum Muslimin bersatu pada salah seorang dari anda berdua, maka aku bai’at". Setelah Ibnu Zubair wafat, ia membai’at Abdul Malik Bin Marwan.
Ahmad Bin Abdullam Al ‘Ijli menempatkannya sebagai tabi’in yang dipercaya periwayatannya dan terkenal shalih. Banyak nasihat emas dari tabiin yang sempat mengalami cobaan kekejaman Yazid Bin Muawiyah yang menewaskan ribuan muslimin dan hancurnya kehormatan para wanita kala itu. 
Muhammad Bin Al Hanafiyyah berkata, "Tidak bijaksana orang yang tidak bermuamalah dengan cara yang baik dan tidak bijaksana orang yang menemukan rintangan pada muamalah saudaranya hingga saudaranya menemukan jalan keluarnya."
Muhammad Bin Al Hanafiyyah berkata, "Sesungguhnya Allah telah menjadikan al jannah (surga) sebagai suatu harga untuk membeli dirimu, maka janganlah kamu menukar al jannah dengan dunia." 
Sufyan Bin ‘Uyainah berkata, bahwa Muhammad Bin Al Hanafiyyah berkata, "Wahai Mundzir, segala sesuatu yang bukan untuk mengharap wajah Allah maka akan sirna."
Muhammad Bin Al hanafiyyah wafat pada usia 65 tahun dan jenazahnya dikuburkan di Baqi’ bersama dengan jenazah para shahabat. Semoga Allah meridhai beliau.
Sumber bacaan:
Shifatush Shafwah
Tandzibul Kamal fi Asma Ar Rijal