Al Ustadz Ahmad Hamdani Ibnu Muslim
‘Ali
Radhiyallahu ‘Anhu pernah bertanya kepada Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi
Wasallam. "Apa pendapat anda jika aku mempunyai anak sepeninggalmu lalu
aku beri nama dengan nama dan kunyah anda?". Rasulullah menjawab, "Ya".
Ia
adalah seorang generasi awal dan salah seorang tabi’in yang nama dan
kunyahnya sama dengan Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam. Dialah
Abul Qasim Muhammad Bin ‘Ali Bin Abi Thalib dari suku Quraisy.Dilahirkan
di Madinah pada jaman Khalifah Abu Bakar atau Umar dan ia dikenal
dengan nama Muhammad Bin Al Hanafiyyah. Ia anak ‘Ali Bin Abi Thalib dari
istri ‘Ali yang bernama Khaulah binti J’afar Bin Qais Bin Maslamah Bin
Tsa’labah Bin Yarbu’ Bin Tsa’labah Bin Ad Daul Bin Hanafiyyah. Ibunya
berasal dari Yamamah pada masa khalifah Abu Bakar. Dalam tarikh
Islam tercatat tiga orang yang memakai nama kunyah Rasulullah
Sholallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai keringanan untuk mereka, yaitu
Muhammad Bin Al Hanafiyyah, Muhammad Bin Abu Bakar dan Muhammad Bin
Thalhah Bin Ubaidillah. Sedangkan orang-orang Syi’ah menamakannya Al
Mahdi dan meyakininya masih hidup, menyelisihi kesepakatan Ahlus Sunnah.
Keilmuan dan keagungannya diakui oleh para shahabat lainnya, bahkan
Kaisar Romawi pun mengakuinya. Waktu itu Kaisar Romawi menulis surat
kepada Abdul Malik Bin Marwan yang isi suratnya mengancam dan
menakut-nakuti serta memerintahkan Abdul Malik Bin Marwan menyerahkan
seratus ribu pasukan di darat dan di laut atau menyerahkan upeti
kepadanya. Begitu menerima surat, ia langsung menulis kepada Al Hajjaj
agar ia memerintahkan kepada Muhammad Bin Al Hanafiyyah dan memintanya
memberitahukan cara menjawab surat raja Romawi itu. Al Hajjaj
melaksanakan perintah Abdul Malik. Segera ia mengirim surat kepada
Muhammad Bin Al Hanafiyyah dengan disertai ancaman bunuh jika menolak
permintaan Khalifah.
Maka Muhammad Bin Al
Hanafiyyah menjawab surat Khalifah tersebut. Sesampainya surat itu
kepada Khalifah Abdul Malik, ia menyalin tulisan Muhammad Bin Al
Hanafiyyah untuk memnalas surat pembesar Romawi itu. Selesai membaca
surat Abdul Malik, Kaisar Romawi berkata, "Ini bukan tulisanmu dan tidak
keluar darimu. Akan tetapi ini dari sisi rumah kenabian". Demikian
Kaisar Romawi memuji kepandaian Muhammad Bin Al Hanafiyyah. Dari sini
kita mengetahui ketinggian ilmu dan keutamaannya. Beberapa hadits ia
riwayatkan dari pada shahabat. Namun mayoritas hadits ia terima dari
ayahnya sendiri.
Tatkala ‘Abdullah Bin Zubair
dan Abdul Malik Bin Marwan (yang saat itu keduanya sebagai Amirul
Mukminin di Makkah dan sekitarnya, yang di bai’at hampir bersamaan)
meminta bai’atnya, ia menjawab, "Aku hanyalah seorang muslim. Dimana
kaum Muslimin bersatu pada salah seorang dari anda berdua, maka aku
bai’at". Setelah Ibnu Zubair wafat, ia membai’at Abdul Malik Bin Marwan.
Ahmad
Bin Abdullam Al ‘Ijli menempatkannya sebagai tabi’in yang dipercaya
periwayatannya dan terkenal shalih. Banyak nasihat emas dari tabiin yang
sempat mengalami cobaan kekejaman Yazid Bin Muawiyah yang menewaskan
ribuan muslimin dan hancurnya kehormatan para wanita kala itu.
Muhammad
Bin Al Hanafiyyah berkata, "Tidak bijaksana orang yang tidak
bermuamalah dengan cara yang baik dan tidak bijaksana orang yang
menemukan rintangan pada muamalah saudaranya hingga saudaranya menemukan
jalan keluarnya."
Muhammad Bin Al Hanafiyyah berkata, "Sesungguhnya Allah telah menjadikan al jannah (surga) sebagai suatu harga untuk membeli dirimu, maka janganlah kamu menukar al jannah dengan dunia."
Sufyan
Bin ‘Uyainah berkata, bahwa Muhammad Bin Al Hanafiyyah berkata, "Wahai
Mundzir, segala sesuatu yang bukan untuk mengharap wajah Allah maka akan
sirna."
Muhammad Bin Al hanafiyyah wafat pada
usia 65 tahun dan jenazahnya dikuburkan di Baqi’ bersama dengan jenazah
para shahabat. Semoga Allah meridhai beliau.
Sumber bacaan:
Shifatush Shafwah
Tandzibul Kamal fi Asma Ar Rijal
Shifatush Shafwah
Tandzibul Kamal fi Asma Ar Rijal