Syaikh Shalih bin Abdul Aziz As Sindi
Semenjak
berlalunya tahun-tahun yang panjang, dalam kurun waktu yang lama,
kontroversi tentang Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah dan
dakwahnya masih terus berjalan. Antara yang mendukung dan yang
menentang, atau yang menuduh dan yang membela.
Yang
perlu diperhatikan mengenai ucapan orang-orang yang menentang Syaikh
yang melontarkan kepada beliau dengan bebagai tuduhan, bahwa perkataan
mereka tak disertai dengan bukti. Apa yang mereka tuduhkan tidak
mempunyai bukti dari perkataan Syaikh, atau didasarkan pada apa yang
telah ditulis dalam kitabnya, tapi hanya sekedar tuduhan yang
dilontarkan oleh pendahulu, kemudian diikuti oleh orang setelahnya.
Saya
yakin tak ada seorangpun yang berfikir objektif kecuali dia mengakui
bahwa cara terbaik untuk mengetahui fakta yang sebenarnya adalah dengan
melihat kepada yang bersangkutan, kemudian mengambil informasi langsung
dari apa yang telah disampaikannya.
Kitab-kitab
Syaikh dapat kita temui, perkataan-perkataannya pun juga masih terjaga.
Dengan mengacu kepada itu semua akan terbukti apakah isu-isu tersebut
benar atau salah. Adapun tuduhan-tuduhan yang tidak disertai dengan
bukti hanyalah fatamorgana yang tak ada kenyataanya.
Dalam
lembaran-lembaran ini, berisi catatan-catatan ringan perkataan Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab dengan amanah dinukil dari kitab-kitabnya yang
valid. Saya telah mengumpulkannya dan yang dapat saya lakukan hanyalah
sekedar menyusun.
Catatan
berisi jawaban-jawaban langsung dari Syaikh tehadap tuduhan-tuduhan
kepada beliau yang dilancarkan oleh para penentangnya. Dengan jelas
ditepisnya segala apa yang dituduhkan. Saya yakin –dengan taufiq dari
Allah .- hal itu cukup untuk menjelaskan kebenaran bagi siapa yang
benar-benar mencarinya.
Adapun
yang membangkang terhadap Syaikh dan dakwahnya, senang menyebarkan
kedustaaan dan kebohongan, perlu saya katakan kepada mereka :
kasihanilah dirimu sesungguhnya kebenaran akan jelas, agama Allah akan
menang dan matahari yang bersinar terang tak akan bisa ditutupi dengan
telapak tangan.
Inilah
perkataan Syaikh menjawab tuduhan-tuduhan tersebut, kalau Anda
mendapatkan perkataan Syaikh yang mendustakannya maka tampakkan dan
datangkanlah jangan Anda sembunyikan…..! Namun kalau tidak –dan Anda
tidak akan mendapatkannya- maka saya menasehati Anda dengan satu hal :
hendaklah Anda menghadapkan diri kepada Allah dengan menanggalkan segala
hawa nafsu dan fanatisme, meminta kepada-Nya untuk memperlihatkan al
haq dan membimbingmu kepadanya, kemudian Anda fikirkan apa yang telah
dikatakan oleh orang ini (Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab), apakah dia
membawa sesuatu yang bukan dari firman Allah dan sabda Rasul-Nya
Sholallahu ‘Alaihi Wasallam.
Lalu
fikirkan sekali lagi: apakah ada jalan keselamatan selain perkataan
yang benar dan membenarkan al haq. Bila telah tampak bagi Anda kebenaran
maka kembalilah kepada akal sehat, menujulah kepada al haq,
sesungguhnya hal itu lebih baik dari pada terus menerus berada dalam
kebatilan, hanya kepada Allah saja segala perkara dikembalikan.
HAKEKAT DAKWAH SYAIKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHAB
HAKEKAT DAKWAH SYAIKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHAB
Sebagai
permulaan pembahasan kita akan lebih baik kalau kita menukil beberapa
perkataan ringkas Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah dalam
menjelaskan apa yang beliau dakwahkan, jauh dari awan gelap propaganda
yang dilancarkan para penentangnya yang mereka menghalangi kebanyakan
manusia agar jauh dari dakwah tersebut. Beliau mengatakan :
"Aku
katakan –hanya bagi Allah segala puji dan karunia dan dengan Allah
segala kekuatan- : sesungguhnya Tuhanku telah menunjukkanku ke jalan
yang lurus, agama lurus agama Ibrahim yang hanif dan dia tidak termasuk
orang-orang musyrik. Dan aku –Alhamdulillah-, tidak mengajak kepada
madzhab salah seorang sufi, ahli fikih, filosof, atau salah satu
imam-imam yang aku muliakan…..
Aku
hanya mengajak kepada Allah Yang tiada sekutu bagi-Nya, aku mengajak
kepada sunnah Rasulullah . yang beliau menasehatkan ummatnya dari yang
awal sampai yang akhir untuk selalu mengikutinya. Aku berharap semoga
aku tidak menolak segala kebenaran bila telah sampai kepadaku, bahkan
aku persaksikan kepada Allah, para malaikat dan semua makhluk-Nya,
siapapun diantara kalian yang menyampaikan kebenaran kepadaku, pasti
akan aku terima dengan sepenuh hati, dan aku akan memukulkan ke tembok
setiap perkataan para imamku yang bertentangan dengan kebenaran,
kecuali Rasulullah . karena beliau tidak mengatakan kecuali kebenaran".
(Ad Durarus Saniyyah: jilid 1, hal: 37,38).
"Dan
aku –segala puji hanya milik Allah-, hanyalah mengikuti, bukan
mengada-ada". (Mu’allafat Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, jilid 5,
hal: 36).
"Gambaran
mengenai permasalahan yang sebenarnya adalah aku katakan : tidak ada
yang boleh didoai kecuali Allah saja tiada sekutu bagi-Nya, sebagaimana
Allah berfirman (yang artinya): "maka janganlah kamu berdoa kepada seorangpun bersamaan dengan Allah" (Q.S. Al Jin : 18).
Allah juga berfirman berkaitan dengan hak Nabi-Nya (yang artinya): Katakanlah : "Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudharatan-pun kepadamu dan tidak (pula) sesuatu kemanfaatan" (Q.S. Al Jin : 21)
Demikianlah
firman Allah dan apa yang disampaikan dan diwasiatkan Rasulullah kepada
kita, ….. inilah antaraku denganmu, kalau ada yang menyebutkan
tentangku di luar daripada itu, maka itu adalah dusta dan kebohongan".
(Ad Durarus Saniyyah : 1/90-91).
Masalah Pertama : I’TIQAD BELIAU TENTANG NABI
Masalah Pertama : I’TIQAD BELIAU TENTANG NABI
Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab difitnah para musuhnya dengan berbagai
tuduhan keji berkaitan dengan i’tiqadnya terhadap Nabi, tuduhan itu
berupa :
Pertama : beliau tidak menyakini bahwa Nabi Sholallahu ‘Alaihi Wasallam adalah nabi penutup.
Pertama : beliau tidak menyakini bahwa Nabi Sholallahu ‘Alaihi Wasallam adalah nabi penutup.
Dikatakan
demikian, padahal semua kitab-kitab beliau penuh berisi tentang
bantahan terhadap syubhat itu. Berikut ini menunjukkan kebohongan
tuduhan tersebut, diantaranya dalam perkataan beliau :
"Aku beriman bahwa Nabi kita Muhammad . adalah penutup para nabi dan rasul. Tidak akan sah iman seorang hamba pun sampai dia beriman dengan diutusnya beliau serta bersaksi akan kenabiannya". (Ad Durarus Saniyyah, jilid 1, hal 32)
"Aku beriman bahwa Nabi kita Muhammad . adalah penutup para nabi dan rasul. Tidak akan sah iman seorang hamba pun sampai dia beriman dengan diutusnya beliau serta bersaksi akan kenabiannya". (Ad Durarus Saniyyah, jilid 1, hal 32)
"Makhluk
paling beruntung, paling agung kenikmatannya dan paling tinggi
derajatnya adalah yang paling tinggi dalam mengikuti dan mencocoki
beliau (Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam) dalam ilmu dan
amalannya". (Ad Durarus Saniyyah, jilid 2, hal:32)
Kedua : Dia telah menghancurkan hak Nabi Sholallahu ‘Alaihi Wasallam, tidak meletakkan beliau pada kedudukannya yang pantas.
Untuk
melihat hakikat beliau sebagai tertuduh, saya nukilkan sebagian
perkataan yang telah beliau tegaskan berkaitan dengan apa yang diyakini
tentang hak Nabi Sholallahu ‘Alaihi Wasallam, beliau berkata:
"Tatkala
Allah berkehendak menampakkan tauhid dan kesempurnaan agama-Nya, agar
kalimat-Nya adalah tinggi dan seruan orang-orang kafir adalah rendah,
Allah mengutus Muhammad Sholallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai penutup para
nabi dan kekasih Tuhan semesta alam. Beliau terus menerus dikenal dalam
setiap generasi, bahkan dalam Taurat dan Injil telah disebutkan, sampai
akhirnya Allah mengeluarkan mutiara itu, antara Bani Kinanah dengan
Bani Zuhrah. Maka Allah mengutusnya pada saat terhentinya pengutusan
para rasul, lalu menunjukkannya kepada jalan yang lurus. Beliau
mempunyai tanda-tanda dan petunjuk tentang kebenaran kenabian sebelum
diangkat menjadi nabi, yang tanda-tanda tersebut tidak terkalahkan oleh
orang-orang yang hidup pada masanya. Allah membesarkan beliau dengan
baik, mempunyai kehormatan tertinggi pada kaumnya, paling bagus
akhlaknya, paling mulia, paling lembut dan paling benar dalam berucap,
akhirnya kaumnya memberikan julukan dengan Al Amin, karena Allah telah
menciptakan pada beliau keadaan-keadaan bagus dan budi pekerti yang
diridhai-Nya". (Ad Durarus Saniyyah, jilid 2, hal: 90-91).
"Dan
beliau adalah pemimpin para pemberi syafa’at, pemilik Al Maqamul
Mahmud (kedudukan hamba yang paling mulia di hari kiamat), sedang Nabi
Adam . dan orang-orang sesudahnya akan berada di bawah panjinya". (Ad
Durarus Saniyyah, jilid 1, hal: 86).
"Utusan
yang pertama adalah Nabi Nuh Alaihis Salam dan yang paling akhir serta
paling mulia adalah Muhammad Sholallahu ‘Alaihi Wasallam". (Ad Durarus
Saniyyah, jilid 1, hal:143)
"Beliau
telah menyampaikan penjelasan dengan cara terbaik dan paling sempurna,
manusia yang paling menginginkan kebaikan bagi hamba-hamba Allah, belas
kasih terhadap orang-orang yang beriman, telah menyampaikan risalah,
menunaikan amanah, berjihad di jalan Allah dengan sebenar-benarnya jihad
dan terus menerus menyembah Allah sampai beliau wafat. (Ad Durarus
Saniyyah, jilid 2, hal:21).
Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah juga mengambil kesimpulan dari
sabda Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam (yang artinya): Tidaklah sempurna iman salah seorang diantara kamu sampai aku lebih dia cintai daripada bapaknya, anaknya dan semua manusia.
Beliau mengatakan : "Kewajiban mencintai Rasulullah . melebihi cinta
terhadap diri sendiri, keluarga maupun harta". (Kitabut Tauhid, hal :
108).
Ketiga : mengingkari syafaat Rasululullah Sholallahu Alaihi Wasallam.
Syaikh
berkenan menjawab syubhat ini, beliau mengatakan : "Mereka menyangka
bahwa kami mengingkari syafaat Nabi Sholallahu ‘Alaihi Wasallam. Maha
suci Engkau Allah, ini adalah tuduhan yang besar. Kami mempersaksikan
kepada Allah . bahwa Rasulullah . adalah pemberi syafaat dan diberi
kekuasaan oleh Allah untuk memberi syafaat, pemilik Al Maqamul Mahmud.
Kita meminta kepada Allah Yang Maha Mulia, Tuhan Arsy yang agung untuk
memberikan syafaat kepada beliau untuk kita, dan mengumpulkan kita di
bawah panjinya". (Ad Durarus Saniyyah, jilid 1, hal: 63-64)
Syaikh
telah menjelaskan sebab penyebaran propaganda dusta ini, beliau
berkata: "Mereka itu ketika aku sebutkan apa yang telah disebutkan Allah
dan Rasul-Nya . serta semua ulama dari segala golongan, tentang
perintah untuk ikhlas beribadah kepada Allah, melarang dari menyerupakan
diri dengan Ahlul Kitab sebelum kita yang mereka itu menjadikan ulama
dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, mereka mengatakan :
kamu merendahkan para nabi, orang-orang shalih dan para wali!". (Ad
Durarus Saniyyah, jilid 2, hal: 50)
Masalah Kedua : TENTANG AHLUL BAIT
Masalah Kedua : TENTANG AHLUL BAIT
Termasuk
tuduhan yang diarahkan kepada Syaikh : beliau tidak mencintai Ahlul
Bait Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam dan menghancurkan hak
mereka. Jawaban atas pernyataan ini : Apa yang dikatakan itu
bertentangan dengan kenyataan, bahkan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
rahimahullah mengakui akan hak mereka untuk dicintai dan dimuliakan.
Beliau konsisten dengan hal ini bahkan mengingkari orang yang tidak
seperti itu. Beliau rahimahullah berkata :
"Allah
telah mewajibkan kepada manusia berkaitan dengan hak hak terhadap ahlul
bait. Tidak boleh bagi seorang muslim menjatuhkan hak-hak mereka dengan
mengira ini adalah termasuk tauhid, padahal hal itu adalah perbuatan
yang berlebih-lebihan. Kita tidak mengingkari kecuali apa yang mereka
lakukan berupa penghormatan terhadap ahlul bait disertai dengan
keyakinan mereka pantas untuk disembah, atau penghormatan terhadap
mereka yang mengaku dirinya pantas disembah". (Mu’allafatus Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab, jilid 5, hal:284)
Dan
bagi siapa saja yang mau memperhatikan biografi Syaikh Muhammad bin
Abdul Wahhab akan membuktikan apa yang telah dia katakan. Cukuplah
diketahui beliau telah menamai enam dari tujuh putranya dengan nama para
ahlul bait yang mulia –semoga Allah merahmati mereka. Keenam putra itu
adalah : Ali, Abdullah, Husain, Hasan, Ibrahim dan Fatimah. Ini
merupakan bukti yang jelas menunjukkan betapa besar kecintaan dan
penghargaannya terhadap ahlul bait.
Masalah Ketiga : KAROMAH PARA WALI
Masalah Ketiga : KAROMAH PARA WALI
Beredar
isu di kalangan orang bahwa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
mengingkari karomah para wali. Menepis kebohongan ini, di beberapa
tempat Syaikh rahimahullah telah merumuskan aqidah beliau yang tegas
berkaitan dengan masalah ini, berbeda jauh dengan apa yang selama ini
tersebar. Diantaranya terdapat di dalam sebuah perkataannya tatkala
beliau menerangkan tentang aqidah beliau :
"Dan aku meyakini tentang karomah para wali". (Ad Durarus Saniyyah, jilid 1, hal:32)
Bagaimana
mungkin beliau dituduh dengan tuduhan tersebut, padahal dia mengatakan
bahwa orang yang mengingkari karomah para wali adalah ahli bid’ah dan
kesesatan, beliau berkata:
"Dan
tidak ada seorangpun mengingkari karomah para wali kecuali dia adalah
ahli bid’ah dan kesesatan". (Muallafatus Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab, jilid 1, hal: 169)
Masalah Keempat : TAKFIR (Pengkafiran -red)
Masalah Keempat : TAKFIR (Pengkafiran -red)
Termasuk
perkara terbesar yang disebarkan berkenaan dengan Syaikh dan
orang-orang yang mencintainya adalah dikatakan mengkafirkan khalayak
kaum muslimin dan pernikahan kaum muslimin tidak sah kecuali kelompoknya
atau yang hijrah kepadanya. Syaikh telah menepis syubhat ini di
beberapa tempat, diantara pada perkataan beliau :
"Pendapat
orang bahwa saya mengkafirkan secara umum adalah termasuk kedustaan
para musuh yang menghalangi manusia dari agama ini, kita katakan : Maha
Suci Engkau Allah, ini adalah kedustaan besar". (Ad Durarus Saniyyah,
jilid 1, hal: 100)
"Mereka
menisbatkan kepada kami berbagai macam kedustaan, fitnah pun semakin
besar dengan mengerahkan terhadap mereka pasukan syetan yang berkuda
maupun yang berjalan kaki. Mereka menebarkan berita bohong yang seorang
yang masih mempunyai akal merasa malu untuk sekedar menceritakannya
apalagi sampai tertipu. Diantaranya apa yang mereka katakan bahwa aku
mengkafirkan semua manusia kecuali yang mengikutiku dan pernikahan
mereka tidak sah. Sungguh suatu keanehan, bagaimana mungkin perkataan
ini bisa masuk kedalam pikiran orang waras. Dan apakah seorang muslim
akan mengatakan seperti ini. Aku berlepas diri kepada Allah dari
perkataan ini, yang tidak bersumber kecuali dari orang yang berpikiran
rusak dan hilang kesadarannya. Semoga Allah memerangi orang-orang yang
mempunyai maksud-maksud yang batil". (Ad Durarus Saniyyah, jilid 1, hal
80)
"Aku
hanya mengkafirkan orang yang telah mengetahui agama Rasulullah .
kemudian setelah dia mengetahuinya lantas mengejeknya, melarang manusia
dari memeluk agama tersebut dan memusuhi orang yang berpegang dengannya.
Tetapi kebanyakan umat –alhamdulillah- tidaklah seperti itu". (Ad
Durarus Saniyyah : 1/73)
Masalah Kelima : ALIRAN KHAWARIJ
Masalah Kelima : ALIRAN KHAWARIJ
Sebagian
orang ada yang menuduh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab bahwa dia
berada di atas aliran khawarij yang mengkafirkan manusia hanya karena
kemaksiatan biasa. Untuk menjawabnya kita ambil dari redaksi perkataan
Syaikh rahimahullah sendiri. Beliau rahimahullah berkata :
"Aku
tak menyaksikan seorang pun dari kaum muslimin bahwa dia masuk surga
atau masuk neraka kecuali orang yang telah disaksikan Rasulullah
Sholallahu ‘Alaihi Wasallam. Akan tetapi aku mengharapkan kebaikan bagi
orang yang berbuat baik, dan mengkhawatirkan orang yang berbuat jahat.
Aku tidak mengkafirkan seorang dari kaum muslimin pun hanya karena dosa
biasa dan aku tak mengeluarkannya dari agama Islam". (Ad Durarus
Saniyyah, jilid 1, hal:32)
Masalah Keenam : TAJSIM (Menjisimkan/ menyerupakan Allah dengan makhluk)
Termasuk
yang digembar-gemborkan juga tentang Syaikh adalah beliau dianggap
mujassim, yaitu menyerupakan sifat-sifat Allah dengan sifat-sifat
makhluk. Beliau telah menerangkan keyakinan dia tentang masalah ini dan
ternyata sangat jauh dengan apa yang telah dituduhkan padanya, beliau
berkata :
"Termasuk
beriman kepada Allah adalah: beriman dengan apa yang Allah sifati
terhadap Dzat-Nya di dalam kitab-Nya, atau melalui sabda Rasul-Nya,
tanpa adanya tahrif (merubah teks maupun makna dari nash aslinya -pent)
ataupun ta’thil (menafikan sebagian atau semua sifat-sifat Allah yang
telah Allah tetapkan terhadap diri-Nya -pent), bahkan aku beri’tikad
bahwa tidak ada sesuatupun yang menyerupai Allah ., Dia Maha Mendengar
dan Maha Melihat. Maka aku tidak menafikan dari Allah sifat yang telah
Dia tetapkan terhadap diri-Nya, aku tidak merubah perkataan Allah dari
tempat-tempatnya, aku tidak menyimpang dari kebenaran dalam nama dan
sifat-sifat Allah. Aku tidak menggambarkan bagaimana sebenarnya
sifat-sifat Allah dan juga tidak menyamakannya dengan sifat-sifat
makhluk, karena Dia Maha Suci, tiada yang menyamai, tiada yang setara
dengan-Nya, tidak memiliki tandingan dan tidak pantas diukur dengan
makhluk-Nya. Karena Allah. Yang paling mengetahui tentang diri-Nya dan
tentang yang selain-Nya. Dzat Yang paling benar firman-Nya dan paling
bagus dalam perkataan-Nya. Allah menyucikan diri-Nya dari dari apa yang
dikatakan oleh para penentang yaitu ahli takyif (menggambarkan hakikat
sifat-sifat Allah) maupun ahli tamtsil (menyerupakan Allah dengan
makhluk-Nya). Juga mensucikan diri-Nya dari pengingkaran ahli tahrif
maupun ahli ta’thil, maka Dia berfirman (yang artinya): Maha Suci
Tuhanmu Yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan, dan
kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Dan segala puji bagi Allah
Tuhan seru sekalian alam (Q.S. As Shaffat : 180-182) (Ad Durarus Saniyyah, jilid 1, hal:29)
"Dan
sudah dimaklumi bahwa ta’thil adalah lawan dari tajsim, ahli ta’thil
adalah musuh ahli tajsim, sedang yang haq adalah yang berada di antara
keduanya". (Ad Durarus Saniyyah, jilid 11, hal:3)
Masalah Ketujuh : MENYELISIHI PARA ULAMA
Masalah Ketujuh : MENYELISIHI PARA ULAMA
Sebagian
manusia mengatakan bahwa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab telah
menyelisihi semua ulama dalam dakwahkannya, tidak melihat kepada
perkataan mereka, tidak mengacu kepada kitab-kitab mereka dan beliau
membawa barang baru serta membuat madzhab kelima.Orang yang paling bagus
dalam menjelaskan bagaimana hakikatnya adalah beliau sendiri. Beliau
berkata :
"Kami
mengikuti Kitab dan Sunnah serta mengikuti para pendahulu yang shalih
dari umat ini dan mengikuti apa yang menjadi sandaran perkataan para
imam yang empat : Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit, Malik bin Anas,
Muhammad bin Idris (As Syafi’i) dan Ahmad bin Hanbal semoga Allah
merahmati mereka". (Muallafatus Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, jilid
5, hal: 96)
"Bila
kalian mendengar aku berfatwa dengan sesuatu yang dengannya aku keluar
dari kesepakatan (ijma’) ulama, sampaikan perkataan itu kepadaku". (Ad
Durarus Saniyyah, jilid 1, hal: 53)
"Bila
kalian menyangka bahwa para ulama bertentangan dengan apa yang aku
jalani, inilah kitab-kitab mereka ada di depan kita". (Ad Durarus
Saniyyah jilid 2, hal: 58)
"Aku
membantah seorang bermadzhab hanafi dengan perkataan ulama-ulama akhir
dari madzhab hanafi, demikian juga penganut madzhab Maliki, Syafi’i dan
Hanbali, semua saya bantah hanya dengan perkataan ulama-ulama
mutaakhirin yang menjadi rujukan dalam madzhab mereka". (Ad Durarus
Saniyyah, jilid 1, hal:82)
"Secara
global yang saya ingkari adalah : keyakinan terhadap selain Allah
dengan keyakinan yang tidak pantas bagi selain Allah. Bila Anda dapati
aku mengatakan sesuatu dari diriku sendiri, maka buanglah. Atau dari
kitab yang kutemukan sedang disepakati untuk tidak diamalkan, buanglah.
Atau saya menukil dari ahli madzhabku saja, buanglah. Namun bila aku
mengatakannya berdasarkan kepada perintah Allah dan Rasul-Nya . atau
berdasarkan ijma’ ulama dari segala madzhab, maka tidaklah pantas bagi
seorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir berpaling darinya hanya
karena mengikuti seorang ahli di zamannya atau ahli daerahnya, atau
hanya karena kebanyakan manusia di zamannya berpaling darinya". (Ad
Durarus Saniyyah, jilid 1, hal:76)
PENUTUP
PENUTUP
Sebagai penutup, disini ada dua nasehat yang disampaikan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab :
Pertama :
bagi orang yang berusaha menentang dakwah ini berikut semua
pengikutnya, serta mengajak manusia untuk menentangnya lalu melontarkan
beraneka ragam tuduhan dan kebathilan. Bagi mereka Syaikh berkata :
"Saya
katakan bagi yang menentangku, bahwa sudah menjadi kewajiban bagi semua
manusia untuk mengikuti apa yang telah diwasiatkan oleh Nabi . terhadap
umatnya. Aku katakan kepada mereka : kitab-kitab itu ada pada kalian,
perhatikanlah kandungannya, jangan kalian mengambil perkataanku
sedikitpun. Hanya saja apabila kalian telah mengerti sabda Rasulullah
Sholallahu ‘Alaihi Wasallam di dalam kitab-kitabmu itu maka ikutilah
meskipun berbeda dengan kebanyakan manusia… Janganlah kalian mentaatiku,
dan jangan mentaati kecuali perintah Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi
Wasallam yang ada di dalam kitab-kitab kalian…
Ketahuilah
tidak ada yang bisa menyelamatkan kalian kecuali mengikuti Rasulullah
.. Dunia akan berakhir, namun surga dan neraka jangan sampai ada orang
berakal yang melupakannya". (Ad Durarus Saniyyah, jilid 1, hal:89-90)
"Aku
mengajak orang yang menyelisihiku kepada empat perkara : kepada
Kitabullah, kepada sunnah Rasulullah ., atau kepada ijma’ kesepakatan
ahli ilmu. Apabila masih membangkang aku mengajaknya untuk mubahalah".
(Ad Durarus Saniyyah : 1/55)
Kedua :
bagi yang masih bimbang. Syaikh berkata : "Hendaklah Anda banyak
merendah dan menghiba kepada Allah, khususnya pada waktu-waktu yang
mustajab, seperti pada akhir malam, di akhir-akhir shalat dan setelah
adzan.
Juga
perbanyaklah membaca doa-doa yang diajarkan Rasulullah Sholallahu
‘Alaihi Wasallam, khususnya doa yang tercantum dalam As Shahih bahwa
Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam berdoa dengan mengucap (yang
artinya): Wahai Allah Tuhannya Jibril, Mikail dan Israfil, Pencipta
langit dan bumi, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nampak, Engkaulah
Yang Memutuskan hukum diantara hamba-hamba-Mu yang berselisih,
tunjukkanlah kepadaku mana yang haq diantara yang diperselisihkan dengan
izin-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Menunjukkan ke jalan yang lurus bagi
siapa yang Engkau kehendaki. Hendaklah Anda melantunkan doa ini dengan
sangat mengharap kepada Dzat Yang Mengabulkan doa orang kesulitan yang
berdoa kepada-Nya, dan Yang telah Menunjukkan Ibrahim Alaihis Salam
disaat semua manusia menentangnya. Katakanlah : "Wahai Yang telah
mengajari Ibrahim, ajarilah aku".
Apabila Anda merasa berat dikarenakan manusia menyelisihimu, pikirkanlah firman Allah Subahahu Wata’ala (yanga artinya) : Kemudian
Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan
(agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa
nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. Sesungguhnya mereka sekali-kali
tidak akan dapat menolak dari kamu sedikitpun dari (siksaan) Allah. (Q.S. Al Jatsiyah : 18-19)
Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah (Q.S. Al An’am : 118)
Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah (Q.S. Al An’am : 118)
Ingatlah sabda Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam dalam As Shahih (yang artinya): "Agama Islam bermula dengan keadaan dianggap asing dan akan kembali dianggap asing seperti saat bermulanya".
Juga sabda Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam (yang artinya) : "Sesungguhnya Allah tidak mengambil ilmu …." Sampai akhir hadits [1], juga sabda beliau (yang artinya): "Hendaklah kalian mengikuti sunnahku dan sunnah khulafaur rasyidin yang mendapatkan petunjuk sesudahku", juga sabdanya : "Hati-hatilah dengan perkara yang diada-adakan, karena setiap bid’ah adalah kesesatan". (Ad Durarus Saniyyah, jilid 1, hal: 42-43)
"Jika
telah jelas bagimu bahwa ini adalah al haq yang tidak diragukan lagi,
dan sudah merupakan kewajiban untuk menyebarkan al haq itu serta
mengajarkannya kepada para wanita maupun pria, maka semoga Allah
merahmati orang yang menunaikan kewajiban itu dan bertaubat kepada Allah
serta mengakui al haq itu pada dirinya. Sesungguhnya orang yang telah
bertaubat dari dosanya seperti orang yang tak mempunyai dosa sama
sekali. Semoga Allah menunjukkan kami dan Anda sekalian dan semua
saudara-saudara kita kepada apa yang dicintai dan diridhai-Nya.
Wassalam…" (Ad Durarus Saniyyah, jilid 2, hal:43)2.
Catatan Kaki
[1] Lengkapnya adalah: "Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu dari dada manusia secara serta merta, akan tetapi mencabutnya dengan memwafatkan para ulama. Sampai apabila tidak menyisakan seorang yang alim, manusia akan menjadikan orang-orang bodoh sebagai pemimpin. Mereka ditanya dan menjawab tanpa ilmu maka mereka tersesat dan menyesatkan manusia" (HR. Bukhari Muslim).
[1] Lengkapnya adalah: "Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu dari dada manusia secara serta merta, akan tetapi mencabutnya dengan memwafatkan para ulama. Sampai apabila tidak menyisakan seorang yang alim, manusia akan menjadikan orang-orang bodoh sebagai pemimpin. Mereka ditanya dan menjawab tanpa ilmu maka mereka tersesat dan menyesatkan manusia" (HR. Bukhari Muslim).
Makalah ini diterjemahkan oleh Muhammad Hamid Alwi,
dari teks aslinya berjudul: "Tashihu Mafahim Khati’ah"
dari teks aslinya berjudul: "Tashihu Mafahim Khati’ah"
Sumber: http://www.salafyoun.com/forumdisplay.php?f=35&langid=5
Sebuah Situs yang diasuh oleh Syaikh Muhammad Bin Ramzan Al Hajiry Hafidzahullah
Risalah Syaikh Muhammad Bin Ramzan pernah dimuat dalam Majalah An Nashihah
Sebuah Situs yang diasuh oleh Syaikh Muhammad Bin Ramzan Al Hajiry Hafidzahullah
Risalah Syaikh Muhammad Bin Ramzan pernah dimuat dalam Majalah An Nashihah