Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnad-nya dengan sanad shahih [*], dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata :
إِنَّ فَتًى شَابًّا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، ائْذَنْ لِي بِالزِّنَا“Ada seorang pemuda yang mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian ia berkata : “Wahai Rasulullah, izinkanlah aku berzina!”
فأقبل القوم عليه فزجروه و قالوا : مه مه!“Maka para shahabat pun menghampirinya dan memperingatinya : “Diam kamu! Jangan bicara seperti itu!”
فقال : ادنه ، فدنا منه قريبا قال : فجلس ،Kemudian Nabi berkata : “Dekatkan dia padaku”. Pemuda itupun mendekat kepada Nabi, kemudian duduk di dekat beliau.قال : أتحبه لأمك ؟ قال : لا والله جعلني الله فداءك ، قال : و لا الناس يحبونه لأمهاتهم ،Kemudian Nabi bertanya kepada pemuda tersebut : “Apakah engkau suka kalau ibumu berzina?”Pemuda itu menjawab : “Demi Allah tidak! Semoga Allah menjadikan aku sebagai tebusanmu”Nabi pun menjawab : “Demikian juga orang lain. Mereka tidak mau kalau ibu mereka berzina”
قال : أفتحبه لابنتك ؟ قال : لا والله يا رسول الله جعلني الله فداءك ، قال : و لا الناس يحبونه لبناتهم،Kemudian Nabi bertanya lagi : “Apakah engkau suka kalau putrimu berzina?”Dia menjawab : “Demi Allah tidak ya Rasulullah! Semoga Allah menjadikan aku sebagai tebusanmu”Nabi pun menjawab : “Demikian juga orang lain. Mereka tidak mau kalau anak perempuan mereka berzina”
قال : أفتحبه لأختك ؟ قال : لا والله جعلني الله فداءك ، قال : و لا الناس يحبونه لأخواتهمKemudian Nabi bertanya lagi : “Apakah engkau suka kalau saudari perempuanmu berzina?”Dia menjawab : “Demi Allah tidak! Semoga Allah menjadikan aku sebagai tebusanmu”Nabi pun menjawab : “Demikian juga orang lain. Mereka tidak mau kalau saudari perempuan mereka berzina”
قال : أفتحبه لعمتك . قال : لا والله جعلني الله فداءك ، قال : و لا الناس يحبونه لعماتهم ،Kemudian Nabi bertanya lagi : “Apakah engkau suka kalau saudara perempuan ayahmu berzina?”Dia menjawab : “Demi Allah tidak! Semoga Allah menjadikan aku sebagai tebusanmu”Nabi pun menjawab : “Demikian juga orang lain. Mereka tidak mau kalau saudara perempuan ayah mereka berzina”
قال : أفتحبه لخالتك ؟ قال : لا والله جعلني الله فداءك ، قال : ولا الناس يحبونه لخالاتهم ،Kemudian Nabi bertanya lagi : “Apakah engkau suka kalau saudara perempuan ibumu berzina?”Dia menjawab : “Demi Allah tidak! Semoga Allah menjadikan aku sebagai tebusanmu”Nabi pun menjawab : “Demikian juga orang lain. Mereka tidak mau kalau saudara perempuan ibu mereka berzina”
قال : فوضع يده عليه و قال : اللهم اغفر ذنبه و طهرقلبه و حصن فرجه . فلم يكن بعد ذلك الفتى يلتفت إلى شيءKemudian Nabi meletakkan tangan beliau kepada si pemuda itu seraya mendo’akannya :“Ya Allah, ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya, dan jagalah kemaluannya”Setelah itupun si pemuda sama sekali tidak punya keinginan lagi untuk berzina.
Sedikit faidah dari hadits di atas :
- Hadits di atas menunjukkan jeleknya perbuatan zina karena semua manusia tidak akan ridho kalau kerabat dekat mereka berzina.
- Hadits di atas menunjukkan bagaimana sikap hikmah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam berdakwah dimana beliau tidak langsung memarahi si pemuda tetapi menyikapinya dengan lembut dan mengajaknya berdialog.
- Diantara cara terbaik untuk membentengi diri dari fitnah syahwat adalah dengan berdo’a kepada Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati manusia.
- Diantara cara membentengi diri dari fitnah syahwat juga adalah dengan berkumpul dengan orang shalih, yang tidak suka membicarakan wanita di dalam obrolan mereka.
- Hadits di atas menunjukkan pentingnya memiliki hati yang bersih, bersih dari syahwat dan penyakit hati lainnya. Dan tidak selayaknya kita mengotori hati dengan berbagai kotoran. Allah Ta’alaberfirman,
قد أفلح من زكّاها. و قد خاب من دسّاها
“Sungguh beruntunglah orang yang mensucikan jiwanya. Dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya”
(QS. Asy Syams : 9-10)
Maka kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan nama-nama-Nya yang husnaa dan shifat-shifat-Nya yang tinggi agar mengampuni dosa kita, mensucikan hati kita, dan memelihara kemaluan kita. Innahu Tabaaraka wa Ta’ala samii’un mujiib. Wallahu a’lam.
———————————–
[*] Musnad Imam Ahmad, pentahqiq : Syu’aib Al Arnauth, ‘Adil Musyrif, dan lain-lain. Pentahqiq berkomentar : “Sanadnya shahih. Para perawinya semua tsiqoh dan termasuk perawi kitab Shahih”. Al Maktabah Asy Syamilah.
(Nasihat untuk diri sendiri yang terinspirasi dari ceramah Syaikh Abdurrozzaq bin Abdul Muhsin Al Badr hafizhahumallah yang diterjemahkan oleh Ustadz Firanda hafizhahullah yang berjudul “Sifat Mukmin” dengan tambahan faidah sedikit. Kajiannya bisa di download di kajian.net)
——–
* sumber ilustrasi gambar: http://ht.ly/dUluV