Friday, March 13, 2015

Menghafalkan Al-Qur’an di Usia 82 Tahun

,
Menghafalkan Al-Qur’an di Usia 82 Tahun


Ummu Shalih, Seorang Nenek yang Menghafalkan Al-Qur’an
di Usia 82 Tahun 

Alhamdulillah, Allah berfirman: 
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quraan untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS Al-Qamar [54] : 32) 

Banyak orang di seluruh dunia menghafal Al-Qur’an, dan tidak aneh melihat seorang anak menghafal Al-Qur’an dan di usia yang sangat muda. Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan Al-Qur’an mudah untuk dihafalkan, telah menjadikanya mudah bagi Ummu Shalih yang berusia 82 tahun. Dalam wawancara bersama Ummu Shalih, ia ditanyai sejumlah pertanyaan berikut: 


Pertanyana: “Alasan apa yang mendorong anda untuk menghafal Al-Qur’an setelah sekian tahun berlalu?” 

Ummu Shalih: “Aku selalu berharap menghafalkan Al-Qur’an sejak aku masih muda. Ayaku selalu berdoa kepada Allah bagiku agar menjadi orang yang menghafal Al-Qura'n sebagaimana dirinya dan saudaras-saudara laki-laki yang lebih tua di dalam keluargaku yang menghafalkan Al-Qur’an. Maka aku mulai menghafal tiga bagian dan menamatkannya di usia 13 tahun. Aku menikah dan menjadi sibuk dengan urusan rumah tangga dan anak-anak. Setelah memiliki tujuh orang anak, suamiku meninggal. Anak-anakku mash kecil maka aku menghabiskan waktu untuk membesarkan dan mendidik mereka, dan setelah mereka dewasa dan menikah, aku memiliki lebih banyak waktu untuk diriku sendiri. Oleh karena itu, hal pertama yang aku lakukan adalah memusatkan pertahian pada Al-Qur’an. 

Pertanyaan: Ceritakanlah kepada kami perjalanan anda bersama Al-Qur’an." 

Ummu Shalih: “Anak perempuanku yang paling kecil masuk SMA dan dia adalah anak yang paling dekat denganku dan yang paling kucintai, karena dia tinggal bersamaku setelah kakak-kakak perempuannya menikah dan sibuk dengan kehidupan mereka sendiri, dan karena dia adalah gaids pendiam, shalihah dan penuh cinta dan baik. Apalagi, dia tertarik mempeelajari Al-Qur’anul Karim, dan guru-gurunya mendorongnya. Ditambah lagi dia sangat antusias dan selalu menceritakan kepadaku banyak wanita yang terdorong oleh motivasi besar untuk menghafal Al-Qur’an, dan disinilah aku memulai.” 

Pertanyaan: “Ceritakanlah bagaimana cara anda menghafal.” 

Ummu Shalih: “Kami menetapkan 10 ayat (maksudnya dia dan anak perempuannya yang masuk SMA). Setiap hari setelah Ashar kami duduk bersama. Dia membaca dan aku mengulanginya tiga kali. Kemudian dia menerangkan artinya kepadaku, dan setelah beberapa saat dia mengulanginya tiga kali. Pada hari yang berikutnya, dia mengulanginya tiga kali sebelum berangkat ke sekolah. Dia juga merekam bacaan Syaikh al-Husary rahimahullah, mengulangi setiap ayat tiga kali dan begitulah aku melanjutkan mendengarkannya hampir sepanjang waktu. Kemudian pada hari berikutnya kami akan melanjutkan pada 10 ayat berikutnya jika hafalanku baik. Jika tidak, kami akan menunda menghafal ayat berikutnya sampai hari berikutnya lagi. Lebih lanjut, kami menetapkan hari Jum’at untuk meninjau kembali hafalan selama satu minggu. Dan inilah perjalanan dari awal” 

Kemudian Ummu Shalih berkata: “Setelah 4,5 tahun aku telah menghafal 12 juz menurut cara yang aku jelaskan kepada anda. Kemudian anakku menikah. Ketika suaminya mengetahui kegiatan kami mengenai hafalan, dia menyewa rumah dekat denganku, dekat dengan rumahku, sehingga memungkinkan untuk melanjutkan kegiatan hafalan. Lebih lanjut, dia, semoga Allah memberikan pahala baginya, selalu mendorong kami dan kadang-kadang duduk bersama kami mendengarkan, menjelaskan, dan mengajarkan. Kemudian setelah tiga tahun perkawinannya, anakkmu mulai sibuk dengan anak-anak dan urusan rumah tangganya, dan jadwal kami pun terganggu, akan tetapi hal itu tidak membuatnya menyerah. Bahkan, dia melihat hasratku untuk menghafal masih tetap ada, dia mencarikan guru khusus untuk melanjutkan kegiatan tersebut di bawah pengawasannya. Akhirnya aku menamatkan hafalan dengan pertolongan Allah, dan anakku masih berusaha menamatkan hafalannya terhadap Al-Qur’anul Adzim. Dia masih ketinggalan sedikit insya Allah. 

Peertanyaan: “Motivasimu (untuk menghafal –pent.), apakah mempengaruhi wanita-wanita lain di sekelilingmu?" 

Ummu Shalih: “Itu benar-benar memberikan dampak baik yang kuat. Anak-anak perempuanku dan anak-anak perempuan (dari suami terdahulu) semuanya terdorong dan berussaha untuk belajar dan mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anak mereka dan belajar bagi diri mereka sendiri. 

Pertanyaan: “Setelah menamatkan Al-Qur’an, tidakkah anda berpikir untuk mulai menghafalkan hadits?” 

Ummu Shalih: “Sekarang aku telah menghafalkan 90 hadits dan insya Allah aku akan terus melakukannya. Hafalanku tergantung pada rekaman dan siaran radio Qur’an. Di akhir setiap minggu, anak perempuanku datang dan mengecek tiga hadits fahalanku, dan aku sekarang mencoba menghafalkan lebih banyak lagi. 

Pertanyaan: “Selama menghafalkan Al-Qur’an, apakah hidup anda berubah? Apakah hal itu mempengaruhi hidupmu?” 

Ummu Shalih: “Ya, aku mengalami perubahan besar dan aku selalu mencoba, segala puji bagi Allah, untuk taat kepada Allah sebelum mulai menghafal. Namun demikian, setelah aku mulai tugas menghafalkan, aku mulai merasakan kepercayaan diri, kepercayaan diri yang besar dan semua kekhawatiran perlahan-lahan sirna. Aku bahkan mencapai tingkat membebaskan diriku dari semua kekhawatiran yang berlebihan akan ketakutan mengenai anak-anakku dan urusan mereka, dan semangatku bertambah. Aku memiliki tujuan mulia untuk dilaksanakan dan ini adalah nikmt yang besar dari Allah subhanahu wa ta’ala kepadaku, karena kita mengetahui bahwa sebagian wanita, ketika mereka beranjak tua dan tidak memiliki suami, dan anak-anak mereka menikah, mungkin dihancurkan oleh waktu dan pikiran kosong, kecemasan, dan seterrusnya. Akan tetapi, Alhamdulillah, aku tidak melaluinya dan aku menyibukkan diri dengan tugas yang besar, dan tujuan yang besar. 

Peranyaan: “Tdakkah anda berpikir pada saat tertentu, untuk bergabung dengan majelis yang memusatkan perhatian untuk mengajarkan Al-Qur’an?” 

Ummu Shalih: “Ya, sebagian wanita menyarankan hal ini kepadaku, akan tetapi aku adalah wanita yang terbiasa tinggal di rumah, dan aku tidak suka keluar setiap hari dan Alhamdulillah, anak perempuanku mencukupiku dari semua kesulitan dan aku merasa bahagia ketika belajar darinya. Anakku telah memberikan teladan dalam kebaikan dan ketaatan yang jarang ditemukan di masa kita ini. Dia memulia tugas dan kegiatan ini bersamaku ketika dia masih remaja, dan ini adalah usia rawan yang banyak dikeluhkan orang. Dia selalu menekan dirinya agar dia dapat meluangkan waktu untuk mengajariku, dan dia mengajariku dengan baik dan bijaksana. Suaminya adalah penolong yang baik baginya dan dia telah berusaha keras. Aku memohon kepada Allah subhanau wa ta’ala agar memberikan mereka kebahagiaan dan menjadikan anak-anak mereka anak-anak yang shalh. 

Pertanyaan: “Apa yang anda katakana kepada wanita di usia anda yang ingin belajar dan menghafalkan Al-Qur’an namun merasa khawatir dan merasa tidak mampu melakukannya?” 

Ummu Shalih: “Aku katakana kepadanya, tidak aka nada keputusasaan dengann tekat yang teguh, ikhlas dan benar. Mulailah dengan ikhlas, keteguhan pendirian dan tawakkal kepada Allah setiap saat. Dan ingatlah, pada usia sekarang ini anda seharusnya memiliki waktu untuk diri anda sendiri. Namun jangan gunakan waktu anda hanya untuk keluar atau tidur dan seterusnya, Sebaliknya, sibukkanlah diri anda dengan kebajikan. 

Tanya: “Apa yang akan anda katakan kepada wanita yang masih muda? Apa yang akan anda nasihatkan kepadanya?” 

Ummu Shalih: “Jagalah Allah maka Dia akan menjagamu. Gunakanlah nikmat yang Allah berikan kepadamu dari kesehatan dan jalan dan kenyamanan hidup. Gunakanlah untuk menghafalkan Kitabullah. Inilah cahaya yang akan menghidupkan hatimu, hidupmu dan kuburmu setelah engkau mati. Dan jika engkau memiliki seorang ibu, maka berusahalah untuk mengajarinya, dan tidak ada nikmat yang lebih baik bagi seorang ibu darpada seorang anak shalih yang menolongnya untuk lebih dekat kepada Allah.”
Dipublikasikan pertama kali pada majalah Ad-Da’qah, no. 1552, 17 Rabiul Awal 1417 (1 Agustus 1996) 
Transkrib dalam bahasa Inggris oleh: Ummu Maahir al-Amreekiyyah 
Alih bahasa: Ummu Abdillah al-Buthoniyah.