Tim Redaksi Al Jihad
Kalau
kita menengok keadaan umat Islam pada hari ini mereka terkoyak-koyak
dan tercabik-cabik oleh kekuatan musuh. Mereka terjatuh ke dalam lembah
kehinaan, tak ada suatu kekuatanpun yang mampu menolong mereka selain
Allah. Malapetaka ini semakin bertambah parah lagi dengan munculnya
berbagai macam perpecahan yang mengerikan dalam tubuh umat Islam
sendiri. Inilah kenyataan pahit yang tak bisa dipungkiri lagi.
Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam pernah mengabarkan keadaan ini
dalam sabda beliau (yang artinya): "Dikhawatirkan umat-umat (selain
Islam) akan mengerumuni kalian, sebagaimana orang-orang yang kelaparan
mengerumuni (hidangan dalam) piring." Seseorang (lalu) bertanya: "Apakah
karena kami sedikit ketika itu." Beliau menjawab: "Bahkan kalian ketika
itu banyak, akan tetapi kalian itu (ibarat) buih seperti buih di
lautan, Sungguh Allah mencabut rasa takut musuh kalian terhadap kalian
dan meletakkan pada hati kalian penyakit Al-Wahn." Orang itu bertanya
(lagi): "Apa itu Al-Wahn?" Beliau menjawab: "(Al-Wahn) adalah cinta
dunia dan takut mati." (HR. Ahmad, Abu Dawud, Abu Nu’aim, dan Ath-Thabrani dengan sanad yang hasan).
Dalam riwayat lain Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda (yang artinya): "Apabila
kalian berjual beli dengan cara ‘inah (jual beli dengan cara riba),
memegang ekor-ekor sapi (peternakan), ridla dengan bercocok tanam
(pertanian), dan kalian meninggalkan jihad, (maka) Allah akan menimpakan
kepada kalian kehinaan yang tidak akan dicabut sampai kalian (mau)
kembali kepada agama kalian." (HR. Abu Dawud dengan sanad hasan,
sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Ali Hasan dalam buku Al-Arba’in
Haditsan fid Dakwah wad Du’at).
Berangkat
dari kenyataan di atas maka keberadaan dakwah salafiyyah di tengah umat
ini bagaikan pelepas dahaga bagi orang yang kehausan. Hal ini karena
dakwah salafiyyah memiliki peran yang sangat besar dalam menyelamatkan
umat ini dari berbagai malapetaka yang sedang menimpanya. Dakwah
salafiyyah adalah dakwah yang mengajak kepada pemahaman generasi pertama
dan utama dari umat ini, generasi yang membawa kepada kejayaan dan
keemasan Islam. Diharapkan dengan keberadaan dakwah salafiyyah ini, umat
Islam dapat meraih kembali kejayaannya dan terlepas dari berbagai
malapetaka yang menimpa umat ini. Imam Malik berkata: "Tidak akan
menjadi baik akhir generasi umat ini kecuali dengan perkara yang telah
membuat baik generasi awal umat ini." (Mawaridul Aman karya Syaikh Ali
Hasan Abdul Hamid, hal. 265).
Dakwah
salafiyyah merupakan kelanjutan dakwah generasi salaf (para sahabat,
tabi’in, dan tabi’ut tabi’in) sehingga mereka merupakan sumber rujukan
utama dalam memahami ajaran Islam ini, karena mereka adalah orang-orang
yang menerima langsung ajaran Islam ini dari lisan Rasulullah Sholallahu
‘Alaihi Wasallam. Hal inilah yang membedakan dakwah salafiyyah secara
mendasar dengan berbagai macam dakwah yang lainnya.
Lalu
apa faidah kita kembali kepada pemahaman salaf yang selalu diserukan
dakwah salafiyyah ini? Faidahnya tak ada lain kecuali mendapatkan
kejayaan Islam di muka bumi ini, yang hanya bisa dicapai dengan kembali
kepada agama. Adapun faidah lainnya berupa keselamatan dari ancaman api
neraka. Hal ini akan terlihat dalam sabda Rasulullah Sholallahu ‘Alahi
Wasallam berikut ini (yang artinya): "Sesungguhnya dua kelompok
Ahlul kitab (Yahudi dan Nashara) berpecah belah dalam agama mereka
menjadi tujuh puluh dua golongan (pemahaman), dan sesungguhnya umat ini
akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan (pemahaman) –
maksud golongan (pemahaman) di sini adalah hawa nafsu – semuanya masuk
neraka kecuali satu (yang selamat) yaitu Al-Jama’ah." (HR. Ahmad,
Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Abi Ashim, Al-Hakim dalam Mustadraknya, dan
Syaikh Al-Albani menshahihkan riwayat ini). Dalam riwayat lain: "Yaitu orang-orang (yang berada di atas ajaran) seperti ajaran yang aku dan para shahabatku berada di atasnya pada saat ini."
Di
samping itu dakwah salafiyyah memiliki tujuan yang mulia, yaitu
menegakkan tauhid dan sunnah serta memberantas syirik dan bid’ah.
Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu menyatakan dalam buku beliau Minhaj Al-Firqatin Najiyah (Manhaj Golongan yang Selamat -red) hal. 9-11, bahwa di antara ciri-ciri dakwah salafiyyah ialah:
- Al-Firqatun Najiyah (nama lain dari salafiyyah) selalu menegakkan tauhid, yaitu mengesakan Allah dalam ibadah (seperti dalam hal) berdo’a, meminta tolong, meminta keselamatan dari bahaya, baik di waktu lapang atau sempit, menyembelih, bernadzar, bertawakal, dan berhukum dengan hukum yang Allah turunkan, serta jenis-jenis ibadah yang lain. Tauhid adalah dasar yang dibangun di atasnya pemerintahan Islam yang benar. Oleh karena itu, merupakan suatu keharusan (bagi kita) untuk menjauhi kesyirikan dan segala perangkatnya yang ada di kebanyakan negara-negara Islam. Hal ini merupakan konsekuensi tauhid. Tidak akan mendapat pertolongan bagi jama’ah manapun yang mengabaikan tauhid dan tidak memberantas kesyirikan dan segala jenisnya. (Semuanya itu dalam rangka) mentauladai da’wah para Rasul secara keseluruhan dan Rasul kita yang mulia. Semoga shalawat dan salam Allah teruntuk mereka semuanya.
- Al-Firqatun Najiyah memerintahkan kepada yang ma’ruf dan melarang dari yang mungkar. Al-Firqatun Najiyah juga mengingkari thariqat-thariqat bid’ah dan hizb-hizb (partai/kelompok) yang memecah belah umat, mengada-adakan perkara baru dalam agama, menjauhkan umat dari sunnah Rasulullah dan para sahabatnya.
- Al-Firqatun Najiyah mengajak kaum muslimin untuk menjadi orang-orang yang berpegang teguh dengan sunnah Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam dan jejak para shahabatnya, hingga Allah karuniakan kemenangan bagi mereka dan akhirnya masuk ke dalam surga dengan fadhilah-Nya dan dengan syafaat Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam.
Dakwah
salafiyyah yang mulia ini diemban oleh para ulama Ahlus Sunnah dari
satu generasi ke generasi berikutnya di atas manhaj (jalan) yang jelas.
Di atas dasar apakah manhaj salaf ini tegak? Syaikh Muhammad Khalil
Harras menerangkan tentang manhaj salaf ini dalam bukunya Syarah Al-Aqidah Al-Wasithiyyah hal. 179-181: "Manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah ini tegak di atas tiga dasar.
Pertama: Kitabullah
‘Azza wa Jalla yang merupakan sebaik-baik dan sebenar-benar ucapan,
mereka (Ahlus Sunnah) tidak mendahulukan ucapan seorangpun di atas
ucapan Allah.
Kedua:
Sunnah Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam dan semua petunjuk serta
jalan yang diriwayatkan dari beliau (secara shahih). Dan Ahlus Sunnah
tidak mendahulukan ucapan seorangpun di atas ucapan Rasulullah.
Ketiga: Ijma’
(perkara yang disepakati) oleh generasi pertama umat ini sebelum
terjadinya perpecahan dan menyebarnya berbagai ucapan yang baru dalam
perkara agama ini. Dan apa-apa yang datang setelah itu dari
ucapan-ucapan manusia, mereka timbang dengan tiga dasar ini, yaitu
Kitabullah, Sunnah Rasulullah, dan ijma’. Jika ucapan-ucapan tersebut
mencocoki ketiga dasar ini merka terima dan jika menyelisihinya mereka
menolak siapapun yang mengatakannya. Inilah manhaj yang pertengahan dan
jalan yang lurus, tidak akan celaka orang yang mengikutinya. Manhaj ini
pertengahan antara orang-orang yang mempermainkan nash-nash sehingga
menta’wilkannya, mengingkari hadits-hadits shahih, dan tidak
memperdulikan ijma’ salaf; dengan orang yang membabi buta, menerima
semua pendapat, mengambil seluruh ucapan, dan tidak membedakan antara
ucapan yang dusta dengan ucapan yang benar, antara ucapan yang shahih
dan ucapan yang salah."
Demikianlah
keutamaan dan kemuliaan dakwah salafiyyah, sehingga pembawanyapun
orang-orang pilihan umat ini dari kalangan ulama terpercaya. Al-Imam
Abul Hasan bin Manshur Ath-Thabari Al-Lalikai dalam kitab beliau Syarah Ushul I’tiqad Ahlus Sunnah wal Jama’ah jilid
I hal. 29-49 menyebutkan sejumlah nama-nama para imam Ahlus Sunnah dari
masa shahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in, sampai pada masa beliau.
Mereka itulah imam-imam yang adil dan terpercaya, yang membawa dakwah
salafiyyah ini ke berbagai negeri Islam dan ini berlanjut sampai dakwah
kita ini.
Bagaimana
sebenarnya peran para ulama tersebut dalam menyampaikan dakwah
salafiyyah ini? Hal ini dapat kita lihat sebagaimana yang diungkapkan
imam Ahlus Sunnah, Ahmad bin Hanbal: "Segala puji bagi Allah yang telah
menjadikan pada setiap masa yang kosong dari Rasul, adanya para ulama.
Mereka mengajak orang yang sesat kepada petunjuk, mereka bersabar atas
segala gangguan yang datang dari orang-orang yang sesat. Mereka
menghidupkan orang yang mati (hatinya) dengan Kitabullah, memberikan
penglihatan kepada orang yang buta (mata hatinya) dengan cahaya Allah.
Betapa banyak orang yang terbunuh oleh Iblis, mereka hidupkan kembali.
Dan betapa banyak orang yang sesat tak tahu arah, mereka tunjuki.
Alangkah baiknya perlakuan mereka kepada manusia dan alangkah buruknya
perlakuan manusia yang mencela dan merendahkan mereka. Mereka mencegah
(mempertahankan) kitabullah dari perubahan yang dilakukan oleh
orang-orang yang bersikap ghuluw, (berlebih-lebihan dalam agama)
kedustaan yang dilakukan oleh orang-orang yang menginginkan kebathilan,
dan penta’wilan yang dilakukan oleh orang-orang yang jahil…" (Ar-Raddu ‘ala Zanadiqah wal Jahmiyyah hal. 6).
Berdasarkan keterangan di atas berarti dakwah salafiyyah memiliki prinsip untuk mencintai para ulama ahlus sunnah.
Demikianlah
gambaran global dakwah salafiyyah. Semoga kita dapat mengambil manfaat
dari tulisan ini, dan mudah-mudahan Allah swt menunjuki kita dan kaum
muslimin kepada jalan yang lurus, serta mengeluarkan kita dari jalan
yang sesat dan semoga Allah mengokohkan hati-hati kita dalam menempuh
jalan yang lurus ini, Amin ya Rabbal Alamin.