Disusun oleh Syekh Muhammad Al-Amin bin Muhammad Al-Mukhtar Asy-Syinqithi (1305 H–1393 H) Diterjemahkan oleh Ustadz Muslim Atsari
5. Keadaan Sosial di Masyarakat
Dalam masalah ini, Alquran telah memuaskan orang yang kehausan dan telah menerangi jalan. Lihatlah perkara yang diperintahkan Allah kepada seorang pemimpin besar, agar dia lakukan kepada masyarakatnya,
وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ {215}
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.” (Q.s. Asy-Syu’ara [26]:215)
فَبِمَا
رَحْمَةٍ مِّنَ اللهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ
لاَنفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ
وَشَاوِرْهُمْ فِي اْلأَمْرِ
“Maka disebabkan
rahmat dari Allah-lah, kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam
urusan itu.” (Q.s. Ali Imran [3]:159)
Juga lihatlah perintah yang Allah tetapkan kepada masyarakat umum, agar mereka lakukan kepada pemimpin-pemimpin mereka,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَطِيعُوا اللهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِى اْلأَمْرِ مِنكُمْ
“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah serta taatilah Rasul(-Nya) dan ulil amri di antara kalian.” (Q.s. An-Nisa’ [4]:59)
Lihatlah pula hal yang
diperintahkan Allah kepada seorang (kepala rumah tangga), agar dia
lakukan kepada “masyarakatnya yang khusus”, yaitu anak dan istrinya,
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا
النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلآئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادُُ
لاَّيَعْصُونَ اللهَ مَآأَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَايُؤْمَرُونَ {6}
“Wahai orang-orang
yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya adalah
malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah
terhadap perintah yang disampaikan oleh-Nya kepada mereka, dan yang
selalu mengerjakan semua hal yang diperintahkan kepada mereka.” (Q.s. At-Tahrim [66]:6)
Perhatikanlah juga, cara Allah
mengingatkan kepala rumah tangga agar waspada dan teguh dalam membimbing
“masyarakatnya yang khusus” (keluarganya. ed.). Namun, Allah juga memerintahkan, jika dia menemui perkara yang tidak pantas, agar dia memaafkan dan tidak menghukum.Pertama, Allah memerintahkannya agar teguh dan waspada. Kedua, dengan memberi maaf dan tidak menghukum. Allah berfirman,
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلاَدِكُمْ عَدُوًّا
لَّكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ وَإِن تَعْفُوا وَتُصْفِحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ
اللهَ غَفُورُُ رَّحِيمٌ {14}
“Wahai orang-orang
yang beriman, sesungguhnya, di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada
yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka;
dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka)
maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.s. At-Taghabun [64]:14)
Lihatlah perkara yang Allah perintahkan kepada warga masyarakat umum dalam bermuamalah sesama mereka,
إِنَّ اللهَ
يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى
عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُونَ {90}
“Sesungguhnya, Allah
menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum
kerabat; dan Allah melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran.” (Q.s. An-Nahl [16]:90)
Allah juga berfirman,
يُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ
الظَّنِّ إِثْمُُ وَلاَتَجَسَّسُوا وَلاَيَغْتَب بَّعْضُكُمْ بَعْضًا
“Wahai orang-orang
yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya, sebagian
prasangka itu adalah dosa. Janganlah pula kamu mencari-cari kesalahan
orang lain, dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebagian yang
lain.” (Q.s. Al-Hujurat [49]:12)
Allah juga berfirman,
لاَيَسْخَرْ
قَوْمُُ مِّن قَوْمٍ عَسَى أَن يَكُونُوا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلاَنِسَآءُُ
مِّن نِّسَآءٍ عَسَى أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ وَلاَتَلْمِزُوا
أَنفُسَكُمْ وَلاَتَنَابَزُوا بِاْلأَلْقَابِ بِئْسَ اْلإِسْمُ الْفُسُوقُ
بَعْدَ اْلإِيمَانِ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُوْلاَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
{11}
“Janganlah suatu
kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang
diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). Jangan pula
wanita-wanita (mengolok-olok) wanita lain (karena) boleh jadi
wanita-wanita (yang diperolok-olok) lebih baik dari wanita (yang
mengolok-olok). Juga, janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan
janganlah kamu saling panggil dengan gelar-gelar yang
buruk.Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah
iman,; dan barang siapa yang tidak bertobat maka mereka itulah
orang-orang yang zalim.” (Q.s. Al-Hujurat [49]:11)
Allah juga berfirman,
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَتَعَاوَنُوا عَلَى اْلإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
“Dan saling
tolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebajikan dan ketakwaan, dan jangan
saling tolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (Q.s. Al-Maidah [5]:2)
Allah juga berfirman,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
“Sesungguhnya, orang-orang mukmin itu bersaudara.” (Q.s. Al-Hujurat [49]:10)
Allah juga berfirman,
وَأَمْرُهُمْ شُورَى بَيْنَهُمْ
“Sedangkan urusan mereka (diputuskan) melalui musyawarah antara mereka ….” (Q.s. Asy-Syura [42]:38)
Beserta ayat-ayat lainnya.Seorang anggota masyarakat –siapa pun dia– tidak akan selamat dari penentang yang menentangnya, dari musuh yang memusuhinya, dari kalangan masyarakatnya sendiri, baik masyarakat manusia atau pun jin. Sebagaimana dikatakan dalam sebuah sya’ir,
ليس يخلو المرء من ضد ولو
حاول العزلة في رأس الجبل
Seseorang tidak akan selamat dari musuh Walau dia berusaha menyepi di puncak gunung
Setiap individu memerlukan terapi terhadap penyakit yang menyebar ini. Allah ta’ala menjelaskan terapinya dalam tiga tempat di Alquran. Di sana, Allah menjelaskan bahwa terapi untuk menghadapi permusuhan manusia terhadap diri kita adalah dengan berpaling dari perbuatan keburukannya dan membalasnya dengan berbuat kebaikan. Adapun permusuhan dari kalangan setan dari jin maka tidak ada terapi terhadap penyakitnya, kecuali memohon perlindungan kepada Allah dari kejahatannya.
Dalil pertama
Firman Allah ta’ala di bagian akhir surat Al-A’raf tentang gangguan dari manusia,
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ {199}
“Jadilah pemaaf, perintahlah orang lain mengerjakan perbuatan yang ma’ruf, dan berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (Q.s. Al-A’raf [7]:199)
Sebanding dengan itu, tentang gangguan dari setan-setan jin,
وَإِمَّا يَنزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ باِللهِ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ {200}
“Jika kamu ditimpa godaan setan, berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.s. Al-A’raf [7]:200)
Dalil keduaDi dalam surat Al-Mukminun, Allah berfirman di dalam ayat,
ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ السَّيِّئَةَ نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَايَصِفُونَ {96}
“Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. Kami lebih mengetahui apa saja yang mereka sifatkan.” (Q.s. Al-Mukminun [23]:96)
Sebanding dengan itu, Allah berfirman,
وَقُل رَّبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ {97} وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَن يَحْضُرُونِ {98}
“Dan katakanlah, ‘Ya
Rabbku, aku berlindung kepada-Mu dari bisikan-bisikan setan. Aku
berlindung (pula) kepada-Mu, ya Rabbku, dari kedatangan mereka
kepadaku.” (Q.s. Al-Mukminun [23]:97–98)
Dalil ketigaDi dalam surat Fushshilat –dan di sini Allah menambahkan bahwa ini merupakan terapi dari langit yang akan menghentikan penyakit dari setan tersebut–. Allah juga menambahkan bahwa terapi dari langit ini tidaklah Allah berikan kepada setiap orang. Bahkan, terapi ini hanya diberi kepada orang yang memiliki bagian yang banyak dan besar.
Allah berfirman,
ادْفَعْ
بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ
كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ {34} وَمَايُلَقَّاهَآ إِلاَّ الَّذِينَ
صَبَرُوا وَمَايُلَقَّاهَآ إِلاَّ ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ {35}
“Tolaklah (kejahatan
itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga tiba-tiba saja orang yang
terlibat permusuhan denganmu seolah telah menjadi teman yang sangat
setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada
orang-orang yang sabar serta tidak dianugerahkan melainkan kepada
orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.” (Q.s. Fushshilat [41]:35)
Sebanding dengan itu, Allah berfirman,
وَإِمَّا يَنزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ {36}
“Dan jika setan
mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada
Allah. Sesungguhnya, Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.s. Fushshilat [41]:36)
Pada tempat-tempat yang lain di dalam
Alquran, Allah menjelaskan bahwa sikap lemah-lembut dan pekerti yang
halus itu dilakukan khusus untuk umat Islam, bukan kepada orang-orang
kafir. Allah berfirman,
فَسَوْفَ يَأْتِي اللهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ
“Maka kelak Allah
akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun
mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang-orang mukmin,
yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir.” (Q.s. Al-Maidah [5]:54)
Allah juga berfirman,
مُّحَمَّدُُ رَّسُولُ اللهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّآءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ
“Muhammad itu adalah
utusan Allah; dan orang-orang yang bersama dia memiliki sikap keras
terhadap orang-orang kafir tetapi berkasih sayang sesama mereka.” (Q.s. Al-Fath [48]:29)
Allah juga berfirman,
يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِم
“Wahai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka!” (Q.s. At-Taubah [9]:73; At-Tahrim [66]:9)
Melancarkan sikap keras –saat
kelembutan yang justru dibutuhkan– merupakan sebuah kebodohan dan
kehancuran. Akan tetapi, bersikap lembut –saat sikap keras yang
seharusnya ditonjolkan– merupakan sebuah kelemahan. Dikatakan dalam
sebuah sya’ir,
إذا قيل حلم قل فللحلم موضع
وحلم الفتى في غير موضعه جهل
Jika dikatakan, ”Hendaklah engkau bersikap lembut,” maka jawablah, kelembutan itu ada tempatnya.
Sikap lembut seorang pemuda yang bukan pada tempatnya
merupakan kebodohan.