Tuesday, June 9, 2015

Bahaya Fanatisme Golongan

Bahaya Fanatisme Golongan


Syaikh Dr. Rabi' bin Hadi Al-Madkhali

Pembicaraan kita kali ini tentang perkara yang sangat penting yaitu perkara fanatisme yang tercela serta pengaruhnya. Fanatisme merupakan penyakit kronis yang akan mematikan akal-akal manusia dan meruntuhkan dasar-dasar berpikir. Bahkan dapat membunuh jiwa sekali pun.
Fanatisme merupakan bencana pertama yang menimpa makhluk-makhluk. Iblis yang terlaknat yang merupakan makhluk pertama yang bermaksiat kepada Allah, ternyata penyebab kemaksiatannya adalah fanatisme golongan, ketika iblis mengatakan:
خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ
"Engkau menciptakan aku dari api, sedangkan Engkau menciptakan dia dari tanah." (Al A'raf 12).
Ucapan ini merupakan fanatisme dan kesombongan terhadap jenisnya. Juga kaum Nuh dan umat-umat yang sesat yang mendustakan para Rasul serta golongan-golongan dan aliran-aliran agama dari kalangan Yahudi, Nashrani, Majusi dan kaum berhalaisme, tidaklah mereka dibinasakan kecuali oleh penyakit kronis ini, na'udzubillah.
Firqah-firqah sesat yang masih mengaku sebagai muslimin dulu dan sekarang, juga sama. Mereka tertimpa penyakit ini dalam aqidah dan ibadah mereka.
Kalau begitu, penyakit ini sungguh mematikan. Mematikan pribadi-pribadi maupun kelompok-kelompok yang mengajak untuk mendustakan para Rasul. Membawa mereka untuk berdusta dan menyeleweng dengan menyebarkan kesesatan yang membinasakan, pemikiran-pemikiran yang menyimpang. Maka wajib setiap kita meneliti secara pribadi atau pun kelompok kemungkinan adanya penyakit ini, kemudian menghindarkannya, serta melepaskan penyakit jelek yang terkutuk ini dari diri-diri kita.
Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar memaafkan umat Islam dan menyembuhkan mereka dari penyakit yang mematikan ini dan semoga Allah menyatukan barisan mereka dan kalimat mereka.
Sesungguhnya Islam adalah agama yang haq yang diturunkan oleh Allah, penguasa yang haq, yang menciptakan langit dan bumi dengan haq. Allah yang menurunkan kitab dengan haq dan meletakkan timbangan. Allah yang memerangi kedhaliman dan musuh-musuh dan penyelewengan dengan berbagai macam bentuknya. Dari berbagai macam sumbernya yang semua itu atau hampir semuanya disebabkan oleh penyakit fanatisme ini.
Sesungguhnya fanatik terhadap agama tertentu, suku-suku ataupun pribadi-pribadi tertentu, atau madzhab-madzhab tertentu atau partai-partai tertentu, telah diperangi oleh Islam dengan sekeras-kerasnya. Yang demikian ini, karena fanatisme yang dimurkai tersebut adalah perkara yang terus mengalirkan bau busuk, merupakan sumber yang jelek dari segala macam penyakit yang mematikan. Inilah faktor-faktor yang mendorong partai-partai, golongan kafir yang dhalim untuk berdiri di depan para rasul dan segenap risalah-risalah mereka untuk mendustakannya, menentangnya, menuduhnya, membantahnya, melawannya dengan kebatilan.
مَا يُجَادِلُ فِي ءَايَاتِ اللَّهِ إِلاَّ الَّذِينَ كَفَرُوا فَلاَ يَغْرُرْكَ تَقَلُّبُهُمْ فِي الْبِلاَدِ. كَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوحٍ وَالأَحْزَابُ مِنْ بَعْدِهِمْ ﴿غافر: ٤-٥﴾
"Tidaklah membantah ayat-ayat Allah kecuali orang-orang kafir. Maka janganlah menipu kalian bolak-baliknya mereka di negerinya. Telah mendustakan sebelum mereka kaum Nuh dan umat setelahnya..." (Ghafir 4-5).
Apakah hujah (alasan) mereka dalam menentang dan melawan para Rasul sepanjang sejarah? Jawabannya: Hampir setiap umat berhujjah dengan hujjah yang sama yang merupakan tonggak setiap orang dhalim yang lemah dan fanatik yaitu: sebagaimana Allah kisahkan tentang kaum Nuh dalam surat Al-Mukminun 23-24.
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ فَقَالَ يَاقَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ أَفَلاَ تَتَّقُونَ. فَقَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ مَا هَذَا إِلاَّ بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُرِيدُ أَنْ يَتَفَضَّلَ عَلَيْكُمْ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ َلأَنْزَلَ مَلاَئِكَةً مَا سَمِعْنَا بِهَذَا فِي ءَابَائِنَا الأَوَّلِينَ ﴿المؤمنون: ٢۳-٢٤﴾
"Dan sungguh telah Kami utus Nuh kepada kaumnya, beliau berkata: Wahai kaumku, beribadahlah kepada Allah, tidak ada bagi kalian sembahan kecuali Dia. Tidakkah kalian mau bertakwa? Maka berkatalah kaumnya dari kalangan orang-orang kafir: Dia ini tidak lain kecuali manusia biasa seperti kalian. Hanya saja dia ingin diunggulkan di atas kalian. Kalau saja Allah kehendaki, tentu Dia akan menurunkan malaikat-malaikat. Sungguh kami tidak pernah mendengar yang demikian dari bapak-bapak kami yang terdahulu." (Al Mu`minun: 23-24).
Inilah alasan mereka, yaitu tidak datangnya kepada mereka apa yang dibawa oleh Nabi Nuh alaihis salam melalui tokoh-tokoh pimpinan mereka. Seandainya al-haq itu datang kepada mereka melalui tokoh-tokoh pimpinan mereka tentulah mereka menerimanya, akan tetapi al-haq itu justru datang melalui orang lain. Itulah yang disebut fanatik. Allah Ta'ala berfirman:
وَجَعَلُوا الْمَلاَئِكَةَ الَّذِينَ هُمْ عِبَادُ الرَّحْمَنِ إِنَاثًا أَشَهِدُوا خَلْقَهُمْ سَتُكْتَبُ شَهَادَتُهُمْ وَيُسْأَلُونَ. وَقَالُوا لَوْ شَاءَ الرَّحْمَنُ مَا عَبَدْنَاهُمْ مَا لَهُمْ بِذَلِكَ مِنْ عِلْمٍ إِنْ هُمْ إِلاَّ يَخْرُصُونَ. أَمْ ءَاتَيْنَاهُمْ كِتَابًا مِنْ قَبْلِهِ فَهُمْ بِهِ مُسْتَمْسِكُونَ. بَلْ قَالُوا إِنَّا وَجَدْنَا ءَابَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى ءَاثَارِهِمْ مُهْتَدُونَ. وَكَذَلِكَ مَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلاَّ قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا وَجَدْنَا ءَابَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى ءَاثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ ﴿الزخروف: ١۹-٢۳﴾
"Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah yang Maha Pemurah sebagai orang-orang perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaan malaikat-malaikat itu? Kelak akan dituliskan persaksian mereka dan mereka akan dimintai pertanggungjawaban. Dan mereka berkata: "Jikalau Allah yang Maha Pemurah menghendaki tentulah kami tidak menyembah mereka (malaikat)." Mereka tidak mempunyai pengetahuan sedikitpun tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah menduga-duga belaka. Atau adakah Kami memberikan sebuah kitab kepada mereka sebelum Al-Qur`an, lalu mereka berpegang dengan kitab itu? Bahkan mereka berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka." Dan demikianlah. Kami tidak mengutus sebelum kami seorang pemberi peringatan pun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka." (Az-Zukhruf: 19-23)
Sikap fanatik terhadap para tokoh pimpinan dan pengganti mereka walaupun padanya terdapat kejelekan dan berkumpul di atasnya berbagai kesesatan dan kekufuran. Allah Ta'ala berfirman:
وَإِلَى مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا فَقَالَ يَاقَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَارْجُوا الْيَوْمَ الآخِرَ وَلاَ تَعْثَوْا فِي الأَرْضِ مُفْسِدِينَ. فَكَذَّبُوهُ فَأَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دَارِهِمْ جَاثِمِينَ. وَعَادًا وَثَمُودَ وَقَدْ تَبَيَّنَ لَكُمْ مِنْ مَسَاكِنِهِمْ وَزَيَّنَ لَهُمَ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ وَكَانُوا مُسْتَبْصِرِينَ. وَقَارُونَ وَفِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مُوسَى بِالْبَيِّنَاتِ فَاسْتَكْبَرُوا فِي الأَرْضِ وَمَا كَانُوا سَابِقِينَ. فَكُلاًّ أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ ﴿العنكبوت: ۳٦-٤۰﴾
"Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan, saudara mereka Syu'aib, maka ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah olehmu Allah. Harapkanlah (pahala) hari akhir, dan jangan kamu berkeliaran di muka bumi membuat kerusakan." Maka mereka mendustakan Syu'aib, lalu mereka ditimpa gempa yang dahsyat, dan jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat-tempat tinggal mereka. Dan (juga) kaum 'Aad dan Tsamud. Dan sungguh telah nyata bagi kamu (kehancuran mereka) dari (puing-puing) tempat tinggal mereka. Dan syaithan menjadikan mereka memandang baik perbuatan-perbuatan mereka, lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah). Sedangkan mereka adalah orang-orang berpandangan tajam. Dan (juga) Karun, Fir'aun dan Haman. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi mereka berlaku sombong di (muka) bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari kehancuran itu). Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya. Maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan  ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri." (Al-Ankabut: 36-40)

Akibat Fanatisme
(Dengan keterangan di atas), maka apakah sesungguhnya akibat fanatisme, taklid, penentangan dan kebohongan?
Sesungguhnya Allah Jalla wa 'Ala telah menyebutkan berbagai akibat buruk segala kejelekan tersebut dalam beberapa surat dan kisah-kisah yang banyak di dalam Al-Quranul Karim agar ummat ini dapat mengambil pelajaran berharga dari akibat dan kehancuran yang dialami ummat-ummat sebelumnya. Dan agar ummat ini benar-benar waspada jangan sampai terjatuh ke dalam perkara yang ummat terdahulu juga terjatuh padanya, sehingga mereka akan menerima akibat yang sama seperti orang-orang terdahulu. (Padahal) sunnah Allah yang berlaku pada hamba-hamba-Nya tidak akan berubah dan berganti, sebagai bukti keadilan dan hikmah Allah, dan Dia Maha Mengetahui lagi Maha Mempunyai Hikmah, Hakim Yang Maha Adil.
Allah Ta'ala berfirman dalam surat Al-'Ankabut sesudah menyebutkan kisah Nabi Nuh 'alaihissalam dan kaumnya, Nabi Ibrahim bersama kaumnya dan kisah Nabi Luth dengan kaumnya. Kisah-kisah tersebut mengandung berita tentang kehancuran ummat-ummat yang mendustakan agama Allah, fanatik terhadap para pimpinan mereka dan menentang dakwah yang haq yang datang kepada mereka. Perhatikan firman Allah Ta'ala di dalam surat Al-'Ankabut 36-40 di atas.
Inilah akibat fanatisme di dunia, kebinasaan dan kehancuran, wal 'iyadzu billah. Bencana-bencana yang menimpa umat-umat yang tersebut di ayat tadi dalam surat Al-Ankabut. Mereka seluruhnya mendapatkan akibat yang sama yaitu berakhir dengan bencana dan malapetaka. Wal iyadzu billah.
Adapun akibat-akibat fanatisme dan penentangan di akhirat adalah sebagai berikut:
Pertikaian mereka yang fanatik terhadap tokoh-tokohnya dan antara mereka.
Allah kisahkan tentang mereka dalam surat Saba` ayat 31-33:
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَنْ نُؤْمِنَ بِهَذَا الْقُرْءَانِ وَلاَ بِالَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ مَوْقُوفُونَ عِنْدَ رَبِّهِمْ يَرْجِعُ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ الْقَوْلَ يَقُولُ الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا لَوْلاَ أَنْتُمْ لَكُنَّا مُؤْمِنِينَ. قَالَ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا لِلَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا أَنَحْنُ صَدَدْنَاكُمْ عَنِ الْهُدَى بَعْدَ إِذْ جَاءَكُمْ بَلْ كُنْتُمْ مُجْرِمِينَ. وَقَالَ الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا بَلْ مَكْرُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ إِذْ تَأْمُرُونَنَا أَنْ نَكْفُرَ بِاللَّهِ وَنَجْعَلَ لَهُ أَنْدَادًا وَأَسَرُّوا النَّدَامَةَ لَمَّا رَأَوُا الْعَذَابَ وَجَعَلْنَا الأَغْلاَلَ فِي أَعْنَاقِ الَّذِينَ كَفَرُوا هَلْ يُجْزَوْنَ إِلاَّ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ ﴿سباء: ۳١-۳۳﴾
"Dan orang-orang kafir berkata: "Kami sekali-kali tidak akan beriman kepada Al-Qur`an ini dan tidak (pula) kepada kitab sebelumnya." Dan (alangkah hebatnya) kalau kamu lihat ketika orang-orang yang dhalim itu dihadapkan kepada Tuhannya, sebagian mereka menghadapkan perkataan kepada sebagian yang lain; orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: "Kalau tidaklah karena kamu tentulah kami menjadi orang-orang yang beriman." Orang-orang yang menyombongkan diri berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah: "Kamikah yang telah menghalangi kamu dari petunjuk sesudah petunjuk itu datang kepadamu? (Tidak), sebenarnya kamu sendirilah orang-orang yang berdosa." Dan orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: "(Tidak) sebenarnya tipu daya (mu) di waktu malam dan siang (yang menghalangi kami), ketika kamu menyeru kami supaya kami kafir kepada Allah dan menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya." Kedua belah pihak menyatakan penyesalan tatkala mereka melihat adzab, dan Kami pasang belenggu di leher orang-orang kafir. Mereka tidak dibalas melainkan dengan apa yang telah mereka kerjakan."
Mereka inilah korban-korban fanatik buta dan taqlid serta mengekor hawa nafsu. Allah berfirman dalam ayat lain surat Ghafir ayat 47-48:
وَإِذْ يَتَحَاجُّونَ فِي النَّارِ فَيَقُولُ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا نَصِيبًا مِنَ النَّارِ. قَالَ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُلٌّ فِيهَا إِنَّ اللَّهَ قَدْ حَكَمَ بَيْنَ الْعِبَادِ ﴿غافر: ٤٧-٤۸﴾
"Dan ingatlah ketika mereka berbantah-bantahan dalam neraka, maka orang-orang yang lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri, sesungguhnya kami adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan dari kami sebagian adzab api neraka, berkatalah orang-orang yang menyombongkan diri "Sesungguhnya kita semua sama-sama dalam neraka" karena sesungguhnya Allah telah menetapkan keputusan antara hamba-hamba-Nya."
Dan dalam surat Al-Baqarah ayat 165-167:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ. إِذْ تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُوا مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا وَرَأَوُا الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الأَسْبَابُ. وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا لَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّءُوا مِنَّا كَذَلِكَ يُرِيهِمُ اللَّهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ وَمَا هُمْ بِخَارِجِينَ مِنَ النَّارِ ﴿البقرة: ١٦٥-١٦٧﴾
"Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat dhalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: "Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami." Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka."
Juga firman Allah Ta'ala dalam surat Al-Ahzab 64-68:
إِنَّ اللَّهَ لَعَنَ الْكَافِرِينَ وَأَعَدَّ لَهُمْ سَعِيرًا. خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا لاَ يَجِدُونَ وَلِيًّا وَلاَ نَصِيرًا. يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَالَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولاَ. وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلاَ. رَبَّنَا ءَاتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا ﴿الأحزاب: ٦٤-٦۸﴾
"Sesungguhnya Allah melaknati orang-orang kafir dan menyediakan bagi mereka api yang menyala-nyala (neraka). Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; mereka tidak memperoleh seorang pelindung pun dan tidak (pula) seorang penolong. Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul." Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, berilah kepada mereka adzab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar."
Inilah dia, akhir dari perjalanan orang-orang kafir yang sesat yang telah dibawa oleh fanatisme golongan untuk mendustakan para Rasul dan membawa kepada penentangan serta peperangan, bahkan kepada seluruh kesulitan-kesulitan yang mereka arahkan terhadap para Rasul. Maka akhir dari perjalanan mereka di hari kiamat adalah saling melaknat sesama mereka dan masing-masing kelompok baik dari kalangan pengikut maupun yang diikuti, berharap agar Allah melipat gandakan adzab bagi kelompok shahabatnya, kekasihnya dan yang (dahulu) dicintainya. Padahal mereka di dunia saling mendukung dan saling membela dosa sesama kelompoknya dalam melawan kebenara. Inilah akhir mereka yang amat memilukan. Sungguh sangat disayangkan.
Ketahuilah bagi setiap orang yang fanatik terhadap kelompok atau pribadi, sama saja apakah masih mengaku Islam atau pun tidak, akan mendapatkan bagian dari adzab ini dan bagian dari celaan ini. Mereka akan saling membantah dan menuduh kemudian masing-masingnya berharap, kalau saja ia mengikuti jalan Rasul. Allah Ta'ala berfirman:
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَالَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلاً. يَاوَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلاَنًا خَلِيلاً. لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلإِنْسَانِ خَذُولاً ﴿الفرقان: ٢٧-٢۹﴾
"[27] Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang dhalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. [28] Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadi si fulan itu teman akrab(ku). [29] Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur`an sesudah Al-Qur`an itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaithan itu tidak mau menolong manusia." (Al-Furqan: 27-29).
Dan Allah Ta'ala berfirman:
وَبَرَزُوا لِلَّهِ جَمِيعًا فَقَالَ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا مِنْ عَذَابِ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ قَالُوا لَوْ هَدَانَا اللَّهُ لَهَدَيْنَاكُمْ سَوَاءٌ عَلَيْنَا أَجَزِعْنَا أَمْ صَبَرْنَا مَا لَنَا مِنْ مَحِيصٍ ﴿إبراهيم: ٢١﴾
"Dan mereka semuanya (di padang mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang sombong: "Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan daripada kami adzab Allah (walaupun) sedikit saja?" Mereka menjawab: "Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar, sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri." (Ibrahim: 21)
Mereka tidak akan mencukupi pengikutnya sedikit pun, tidak sesaat, apalagi kurang dari itu. Bahkan tidak pula memberikan sedikit keringanan dari adzab Allah. Apakah Fir'aun dapat memberikan sesuatu pada pengikutnya?! Apakah Abu Jahl dapat membela pengikutnya?! Apakah Namrud dapat mencukupi pengikutnya?! Apakah tokoh-tokoh sesat penganjur kesesatan, apakah dapat mereka membela pengikutnya sedikit saja?! Tidak!!!
Inilah pertikaian yang Allah kisahkan antara para pengikut dengan ikutannya.
Pertikaian antara yang menyembah dan yang disembah.
Allah Ta'ala berfirman:
وَقَالَ الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الأَمْرُ إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ وَمَا كَانَ لِي عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلاَّ أَنْ دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي فَلاَ تَلُومُونِي وَلُومُوا أَنْفُسَكُمْ مَا أَنَا بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنْتُمْ بِمُصْرِخِيَّ إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِ مِنْ قَبْلُ إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ ﴿إبراهيم: ٢٢﴾
"Dan berkatalah syaithan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamu pun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dulu." Sesungguhnya orang-orang yang dhalim itu mendapat siksaan yang pedih." (Ibrahim: 22).
Inilah akhir dari hubungan antara setan dan manusia. Setan yang telah menyesatkan mereka dari awal sampai akhirnya. Kecuali orang-orang yang Allah selamatkan dari jaring-jaringnya, yaitu hamba-hamba-Nya yang ikhlas.
Dikatakan, bahwa di saat itu setan berdiri, berkhutbah di hadapan mereka dengan ucapan ini. Dia berlepas diri dari mereka dan mereka pun berlepas diri darinya. Maka mereka meminta tolong, tapi setan-setan itu tidak dapat membelanya. Dan ia pun tidak mendapati seorang penolong pun dari mereka.
Allah Ta'ala berfirman:
وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا ثُمَّ يَقُولُ لِلْمَلاَئِكَةِ أَهَؤُلاَءِ إِيَّاكُمْ كَانُوا يَعْبُدُونَ. قَالُوا سُبْحَانَكَ أَنْتَ وَلِيُّنَا مِنْ دُونِهِمْ بَلْ كَانُوا يَعْبُدُونَ الْجِنَّ أَكْثَرُهُمْ بِهِمْ مُؤْمِنُونَ. فَالْيَوْمَ لاَ يَمْلِكُ بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ نَفْعًا وَلاَ ضَرًّا وَنَقُولُ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا ذُوقُوا عَذَابَ النَّارِ الَّتِي كُنْتُمْ بِهَا تُكَذِّبُونَ ﴿سباء: ٤۰-٤٢﴾
"Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya kemudian Allah berfirman kepada malaikat: "Apakah mereka ini dahulu menyembah kamu?" Malaikat-malaikat itu menjawab: "Maha suci Engkau. Engkaulah pelindung kami, bukan mereka; bahkan mereka telah menyembah jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu." Maka padi hari ini sebagian kamu tidak berkuasa (untuk memberikan) kemanfaatan dan tidak pula kemudlaratan kepada sebagian yang lain. Dan Kami katakan kepada orang-orang yang dhalim: "Rasakanlah olehmu adzab neraka yang dahulunya kamu dustakan itu." (Saba`: 40-42)
Para malaikat yang diibadahi selain Allah pun berlepas diri (akan tetapi mereka terjaga, tidak akan berbuat demikian, yakni tidak rela diibadahi), hanya saja setanlah yang telah menyesatkan manusia, ia menghiasi pandangan manusia tentang baiknya beribadah kepada para malaikat tersebut, dengan mengatakan kepada manusia: "Sesungguhnya para malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah (Maha Suci Allah dari yang mereka sifatkan, pent), dan mereka juga berhak untuk diibadahi." Akhirnya mereka mendirikan buat para malaikat itu monumen-monumen dan simbol-simbol lalu mengibadahinya, apakah peribadatan seperti ini merupakan peribadatan kepada malaikat? Tidak, sama sekali tidak!! Maka laknat Allah-lah bagi mereka yang berbuat dusta dan kedhaliman.
Allah Ta'ala berfirman:
وَيَوْمَ يُنَادِيهِمْ فَيَقُولُ أَيْنَ شُرَكَائِيَ الَّذِينَ كُنْتُمْ تَزْعُمُونَ. قَالَ الَّذِينَ حَقَّ عَلَيْهِمُ الْقَوْلُ رَبَّنَا هَؤُلاَءِ الَّذِينَ أَغْوَيْنَا أَغْوَيْنَاهُمْ كَمَا غَوَيْنَا تَبَرَّأْنَا إِلَيْكَ مَا كَانُوا إِيَّانَا يَعْبُدُونَ. وَقِيلَ ادْعُوا شُرَكَاءَكُمْ فَدَعَوْهُمْ فَلَمْ يَسْتَجِيبُوا لَهُمْ وَرَأَوُا الْعَذَابَ لَوْ أَنَّهُمْ كَانُوا يَهْتَدُونَ
"Dan (ingatlah) hari (di waktu) Allah menyeru mereka seraya berkata: "Di manakah sekutu-sekutu-Ku yang dahulu kalian katakan?" Berkatalah orang-orang yang telah tetap hukuman atas mereka: "Ya Tuhan kami, mereka inilah orang-orang yang kami sesatkan itu; kami telah menyesatkan mereka sebagaimana kami (sendiri) sesat. Kami menyatakan berlepas diri (dari mereka) kepada Engkau, mereka sekali-kali tidak menyembah kami." Dikatakan (kepada mereka): "Serulah olehmu sekutu-sekutu kamu", lalu mereka menyerunya, maka sekutu-sekutu itu tidak memperkenankan (seruan) mereka, dan mereka melihat adzab. (Mereka itu berkeinginan) kiranya mereka dahulu menerima petunjuk." (Al-Qashash: 62-64)
Yakni, mereka berangan-angan seandainya dahulu mereka berjalan di atas petunjuk; ini tentu saja merupakan akhir yang sangat menyakitkan, bencana dan malapetaka yang sangat besar bagi fanatisme dan taklid buta, semua itu sekaligus merupakan peringatan bagi ummat Islam agar menyelamatkan dirinya dari kejahatan yang merata dimana-mana dan musibah yang membinasakan.
Allah Tabaraka wa Ta'ala memaparkan kepada kita kisah-kisah tersebut agar kita dapat mengambil pelajaran berharga dari kisah itu; seperti kisah para Nabi dengan ummat mereka, dan keterangan tentang pertentangan antara mereka. Semua itu diceritakan kepada kita agar kita mengambil pelajaran dari kisah tersebut sekaligus nasehat dan peringatan agar jangan sampai kita terjatuh ke dalam jurang berbahaya yang ummat-ummat sebelum kita terjatuh ke dalamnya lalu binasa. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Allah Ta'ala:
وَكُلاًّ نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ ﴿هود: ١٢۰﴾
"Dan semua kisah dari Rasul-Rasul yang Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman." (Hud: 120).
Adakah ummat ini mengambil faedah dari adzab yang menimpa umat yang dhalim dahulu?
Akan tetapi, sangat disayangkan bahwa sesungguhnya kebanyakan ummat ini justru terjatuh ke dalam penyakit fanatisme dan taklid buta baik dalam akidah, ibadah, politik, akhlak maupun adat istiadat. Seolah-olah Al-Qur`an itu tidak mencukupi mereka dalam perkara yang dekat maupun yang jauh. Bahkan mereka anggap seolah-olah Al-Qur`an itu tidak pernah mengajak mereka berdialog, tidak membuka penglihatan mereka, bahkan tidak pula memperingatkan mereka ketika menyebutkan kejelekan-kejelekan umat-umat sebelumnya, baik akidah maupun akhlak mereka. Dan apabila telah jelas bagaimana hal-hal tersebut menjadi sebab kehancuran ummat tersebut dan kebinasaan mereka di dunia, serta sebab kesengsaraan abadi bagi mereka juga adzab yang dahsyat yang kekal di akhirat. Maka kamu lihat mereka melakukan segala kejelekan tanpa perduli, takut, apalagi malu terhadap siapapun.
Betapa banyak peringatan yang datang kepada mereka, dan betapa banyak musibah yang menimpa mereka. Namun mereka tidak mengambil pelajaran, bimbingan dan nasehat yang dapat mendorong mereka untuk kembali kepada Allah, lalu berpegang kepada Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam; menjauhi perbuatan-perbuatan dan akidah yang rusak tersebut, serta menjauhi sikap fanatisme yang mencabik-cabik mereka dengan sejelek-jeleknya dan menyebabkan orang-orang kafir berkuasa atas mereka dalam bidang apapun. Dan sungguh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah memberitakan kepada kita hal-hal yang akan membinasakan sebagian besar umat ini, yakni bahwa umat ini akan mengikuti sunnah-sunnah (jalan hidup dan prinsip) ummat-ummat sebelumnya seperti bulu anak panah dimana lembar yang satu mengikuti yang lainnya. Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un.

Umat ini mengikuti sunnah umat sebelumnya
Dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu, ia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَأْخُذَ أُمَّتِي مَأْخَذَ الْقُرُونِ قَبْلَهَا شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ ﴿البخاري: ٧۳١۹﴾
"Tidaklah akan terjadi hari kiamat sampai umatku mengambil apa-apa yang diambil oleh orang-orang sebelumnya sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta." (HSR. Bukhari 7319).
Dari Abu Sa'id Al-Khudri radliyallahu 'anhu, bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
لَتَتَّبِعَنَّ سُنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ سَلَكُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوْهُ. قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى؟ قَالَ: فَمَنْ؟
"Sungguh kalian akan benar-benar mengikuti sunnah-sunnah orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga seandainya mereka masuk ke lubang biawak, niscaya kalian pun benar-benar akan memasukinya pula. Para shahabat berkata: "Wahai Rasulullah, (apakah mereka itu) orang Yahudi dan Nashara?" Rasulullah bersabda lagi: "Siapa lagi (kalau bukan mereka)?" (HSR. Bukhari 7220, dan Muslim 2669).
Dari Abu Waqid Al-Laitsi radliyallahu 'anhu, ia berkata: Kami keluar bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menuju Hunain, sedangkan kami waktu itu baru saja lepas dari kekafiran (baru masuk Islam, pent). Dan waktu itu, orang-orang musyrikin mempunyai sebuah pohon sidr (bidara, red) yang mereka selalu i'tikaf (beribadah) dan menggantungkan senjata-senjata mereka di pohon tersebut. Pohon tersebut dinamakan Dzatu Anwath. Kami pun melintas di dekat pohon itu dan berkata: "Wahai Rasulullah, buatkanlah untuk kami Dzatu Anwath sebagaimana halnya kaum musyrikin juga mempunyai Dzatu Anwath." Maka beliau bersabda:
اللهُ أَكْبَرُ. إِنَّهَا السُّنَنُ. قُلْتُمْ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، كَمَا قَالَتْ بَنُو إِسْرَائِيْلَ لِمُوسَى: ﴿اجْعَلْ لَنَا إِلَهًا كَمَا لَهُم آلِهَةٌ قَالَ إِنَّكُم قَوْمٌ تَجْهَلُونَ﴾ لَتَرْكَبُنَّ سُنَنَ مَنْ قَبْلَكُم.
"Allahu Akbar (Allah Maha Besar). Sungguh ini adalah sunnah-sunnah, yang kalian ucapkan ini. Demi Zat yang jiwaku di Tangan-Nya, sebagaimana yang diucapkan oleh Bani Israil kepada Musa: Buatkanlah untuk kami sesembahan sebagaimana mereka juga mempunyai sesembahan, (lalu Nabi Musa) berkata: "Sesungguhnya kalian orang-orang yang bodoh." Sungguh, kalian benar-benar akan mengikuti sunnah orang-orang sebelum kalian." (HSR. Ahmad, At-Tirmidzi dan beliau menshahihkannya, dan lain-lain, lihat Shahih Sunan At-Tirmidzi 2285).
Dari Anas dan lain-lainnya radliyallahu 'anhum, sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
افْتَرَقَتِ الْيَهُودُ عَلَى اِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَافْتَرَقَتْ النَّصَارَى عَلَى اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَسَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلاَثَ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلاَّ وَاحِدَةٌ. قَالُوا مَنْ هِيَ؟ قَالَ: الْجَمَاعَةُ. ﴿رواه أبو داود ٤/١۹٧، والترمذي ٥/٢٥، وأحمد ٢/٢۳٢ واللفظ له، انظر الصحيحة ٢۰٢﴾
"Orang-orang Yahudi telah terpecah menjadi 71 golongan, dan orang-orang Nashara telah terpecah menjadi 72 golongan, dan ummatku akan terpecah menjadi 73 golongan, semua di neraka kecuali hanya satu golongan yang selamat. Para shahabat berkata: "Siapa golongan yang selamat itu?" Beliau bersabda: "Al-Jama'ah." (HSR. Abu Daud 4/197, At Tirmidzi 5/25, Ahmad 2/332 dan ini lafadh dari beliau, lihat Ash-Shahihah Al-Albani 203).

Rasulullah memperingatkan bahaya dan kejelekan fanatisme buta
Dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ خَرَجَ مِنَ الطَّاعَةِ وَفَارَقَ الْجَمَاعَةَ فَمَاتَ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً، وَمَنْ قَاتَلَ تَحْتَ رَايَةِ عُمْيَةٍ أَوْ يَغْضَبُ لِعَصَبِيَّةٍ أَوْ يَدْعُو إِلَى عَصَبِيَّةٍ، أَوْ يَنْصُرُ عَصَبِيَّةٍ، فَقُتِلَ فَقِتْلَتُهُ جَاهِلِيَّةٌ وَمَنْ خَرَجَ عَلَى أُمَّتِي يَضْرِبُ بِرَّهَا وَفَاجِرَهَا، وَلاَ يَتَحَاشُ مِن مُؤْمِنِهَا، وَلاَ يَفِي لِذِي عَهْدٍ عَهْدَهُ فَلَيْسَ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ.
"Barangsiapa yang keluar (melepaskan diri) dari ketaatan (kepada penguasa) dan menyelisihi Al-Jama'ah, lalu ia mati, maka ia mati dalam keadaan mati jahiliyyah. Dan barangsiapa yang berperang di bawah bendera fanatisme dan marah karena fanatik terhadap kelompoknya, atau mengajak ummat untuk bersikap fanatik terhadap golongannya, ataupun membela kefanatikan, lalu ia terbunuh, maka bangkainya adalah bangkai jahiliyyah. Dan barangsiapa yang keluar memerangi ummatku yang baik maupun yang durhaka dari mereka, dan tidak perduli dengan orang yang beriman di antara mereka, dan tidak menyempurnakan janji kepada orang yang mengikat perjanjian dengannya, maka dia bukan termasuk golonganku, dan akupun bukan golongannya." (HSR. Muslim 1848).
Dan saksi terhadap ucapan beliau ini, adalah: "...dan marah karena fanatik terhadap kelompoknya, atau mengajak ummat untuk bersikap fanatik terhadap golongannya, ataupun membela kefanatikan..., baik itu fanatisme madzhab, suku bangsa atau fanatisme lain yang menafikan prinsip Islam yang mengajak kepada persatuan berdasarkan agama Allah, dan membuang sikap fanatisme dalam bentuk dan corak apapun, maka ini merupakan peringatan bagi ummat ini agar menjauhi sikap fanatisme yang dibenci dan lari daripadanya.
Ketika salah seorang shahabat dari kalangan Muhajirin berkata: "Wahai kaum Muhajirin!" Dan salah seorang shahabat Anshar berkata pula: "Wahai kaum Anshar!" Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
أَدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ وَأَنَا بَيْنَ أَظْهُرِكُم؟ دَعُوهَا ِلأَنَّهَا مُنْتِنَةٌ ﴿رواه مسلم ٢٥۸٤﴾
"Ada apakah (dengan) seruan jahiliyyah ini, sedang aku berada di tengah-tengah kalian? Tinggalkanlah hal ini karena ia itu busuk!" (HSR. Muslim 2584).
Padahal kita ketahui lafadh Anshar adalah lafadh yang terpuji, begitu pula lafadh Muhajirin, dan Allah juga telah memberikan pujian kepada kaum Muhajirin dan Anshar karena upaya mereka yang baik, tindakan mereka yang sempurna dan kuatnya iman mereka. Akan tetapi ketika lafadh tersebut justru membuahkan kefanatikan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menamakannya seruan jahiliyyah, bahkan beliau menyebutnya sebagai barang yang busuk. Dengan demikian ungkapan atau lafadh yang baik dan terhormat apabila membuahkan suatu tujuan yang rendah, maka ia menjadi kehinaan bagi yang mengucapkan. Dan akhirnya, lafadh Islami ini masuk kepada suatu lingkup yang lain yaitu lingkup jahiliyyah (...ada apakah dengan seruan jahiliyyah ini...), ketika mereka mengatakan (Wahai kaum Muhajirin... wahai kaum Anshar), akan tetapi sesungguhnya apakah yang mendorong terjadinya hal itu (ucapan fanatisme tersebut –pent)? Faktor yang mendorong timbulnya ucapan ataupun sikap yang demikian tidak lain adalah sikap fanatik dan bangga dengan jenisnya atau golongannya. Oleh karena itulah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menamakannya jahiliyyah, dan menyifatkan keadaannya sebagai sesuatu yang busuk, dan beliau mengajak ummat ini untuk tetap menjaga rasa persaudaraan, kasih sayang dan persatuan serta saling tolong-menolong di atas kebenaran (al-haq).

Seruan Islam kepada Persaudaraan di antara kaum mukminin
Allah Ta'ala berfirman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ ﴿الحجرات: ١۰﴾
"Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat." (Al-Hujurat: 10).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنَ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا ﴿البخاري ٦۰٢٦، ومسلم ٢٥۸٥﴾
"Seorang mukmin dengan mukmin yang lainnya seperti bangunan yang saling menguatkan satu dengan yang lainnya." (HSR. Bukhari 6026, Muslim 2585).
Sabda Beliau selanjutnya:
الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يَسْلِمُهُ ﴿البخاري ٢٤٤٢﴾
"Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, tidak boleh dia mendhalimi dan tidak boleh pula menyerahkannya kepada musuhnya." (HSR. Bukhari 2442)
Dan hadits-hadits selanjutnya yang datang mengajak kaum muslimin untuk mempererat persaudaraan, saling berkasih sayang, bantu membantu di atas kebenaran, menolak permusuhan, perbuatan dhalim, dan sikap melampaui batas, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits:
أُنْصُر أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا. قَالَ: هَذَا أَنْصُرُهُ مَظْلُوْمًا فَكَيْفَ أَنْصُرُهُ ظَالِمًا؟ قَالَ: تَحْجِزُهُ عَنِ الظُّلْمِ فَذَلِكَ نَصْرُكَ إِيَّاهُ. ﴿البخاري: ٢٤٤٤﴾
"Tolonglah saudaramu dalam keadaan berbuat dhalim ataupun didhalimi!" Shahabat berkata: "Ini, saya menolong saudara yang didhalimi, lalu bagaimana saya menolong orang yang berbuat dhalim?" Rasulullah bersabda: "(Yaitu) engkau menahanya dari perbuatan dhalim (yang sedang/akan dilakukan), maka itulah artinya kau menolong saudaramu yang dhalim." (HSR. Bukhari 2444).
Sementara kebanyakan manusia menganggap bahwa kedhaliman itu hanyalah dalam masalah harta benda semata, atau kehormatan. Padahal kedhaliman itu bisa jadi terdapat dalam masalah akidah (keyakinan atau prinsip), ... bisa jadi pula terhadap Al-Qur`an...juga As Sunnah, ...dan terhadap kaum muslimin...manusia mengajak kepada al haq, perdamaian, kebaikan, lalu didhalimi, maka wajiblah menolongnya karena al-haq. Dan akan dipaparkan keterangan para 'ulama mengenai bagaimana cara bantu-membantu ini dan di atas landasan apa ditegakkan.
Akan tetapi sayang sekali, bangunan nasehat yang agung ini, dikalahkan oleh sikap fanatisme yang rusak, taklid buta, dan hawa nafsu angkara, bahkan sangat sedikit orang-orang yang mengambil faedah dari bimbingan tersebut, yang dicontohkan (orang-orang yang sedikit itu) dengan ath-thaifatun najiyah (golongan yang selamat) yang dipuji oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan beliau menyebutkan bahwa golongan ini akan tetap ada Insya Allah sampai datangnya hari kiamat, Allah-lah yang melestarikan eksistensi mereka dan menolong mereka serta memberi taufiq kepada segenap kaum muslimin untuk kembali kepada golongan tersebut dan berkumpul di sekelilingnya.
Dan sungguh semakin nyata kefanatikan terhadap madzhab, baik dalam masalah akidah, ibadah, politik dan lain-lain. Lalu bagaimana sikap para Imam ummat Islam terhadap fanatisme jahiliyyah yang diliputi kegelapan ini, yang telah mencabik-cabik persatuan kaum muslimin, dan menelantarkan Islam pada masanya?
Jawabnya:
Sesungguhnya para shahabat radliyallahu 'anhum seperti 'Abdullah bin 'Umar telah berlepas diri dari orang-orang yang fanatik terhadap kelompoknya, dan terhadap para pengekor hawa nafsu, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim ketika datang kepada beliau (Ibnu 'Umar) berita orang-orang yang mengada-adakan pemikiran baru yang menolak beriman kepada takdir, beliau berkata:
إِذَا لَقِيْتَ أُولَئِكَ فَأَخْبِرْهُم أَنِّي بَرِيءٌ مِنْهُم وَأَنَّهُم بَرَاءٌ مِنِّي وَالَّذِي يَحْلِفُ بِهِ عَبْدُ اللهِ ابْنُ عُمَرَ لَوْ أَنَّ ِلأَحَدِهِم مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا فَأَنْفَقَهُ مَا قُبِلَ مِنْهُ حَتَّى يُؤْمِنُ بِالْقَدَرِ ﴿صحيح مسلم ١﴾
"Apabila kamu berjumpa dengan mereka, maka sampaikan kepada mereka bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari mereka, dan merekapun berlepas diri dariku. Dan demi Allah Yang 'Abdullah bin 'Umar bersumpah atas nama-Nya, seandainya salah seorang mereka mempunyai emas sebesar gunung Uhud, lalu ia menginfakkannya, niscaya tidak diterima semua itu sampai mereka beriman kepada taqdir." (Shahih Muslim hadits no 1).
Dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menganjurkan ummatnya untuk menumpas orang-orang Khawarij, dan beliau menamakan mereka syarrunnas (sejelek-jelek manusia). Bahkan beliau menyifatkan bahwa mereka adalah manusia yang paling dimurkai Allah, dan mereka juga adalah golongan yang paling jahat di kolong langit. Beliau bersabda: "Bunuhlah mereka di mana pun kalian temui mereka!" Meskipun mereka sangat keras kesungguhannya dalam beribadah yang bahkan tidak ada yang menyamai mereka...bahkan para shahabat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam tidak dapat mencapai kedudukan seperti mereka dalam hal shalat, puasa ataupun membaca Al Quran, sebagaimana dinyatakan oleh beliau shallallahu 'alaihi wa sallam:
تَحْقِرُونَ صَلاَتَكُمْ مَعَ صَلاَتِهِمْ وَصِيَامَكُم مَعَ صِيَامِهِمْ وَعَمَلَكُم مَعَ عَمَلِهِمْ يَقْرَؤُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُم يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّيْنَ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ ﴿البخاري ۳٦١۰، ومسلم ١۰٦٤﴾
"Kalian (para shahabat) akan meremehkan shalat kalian dibandingkan shalat mereka, juga puasa kalian dengan puasa mereka, dan amalan kalian dengan amalan mereka, mereka membaca Al-Qur`an tapi bacaan itu tidak sampai melewati kerongkongan mereka. Mereka lepas dari agama ini seperti lepasnya anak panah dari buruannya." (HSR. Bukhari 3610, Muslim 1064).
Beliau juga mengatakan:
فَأَيْنَمَا لَقِيْتُمُوهُم فَاقْتُلُوهُم فَإِنْ فِي قَتْلِهِم أَجْرًا لِمَنْ قَتَلَهُم يَوْمَ الْقِيَامَةِ ﴿البخاري ۳٦١١، ومسلم ١۰٦٦﴾
"Maka di manapun kalian menemukan mereka maka perangilah mereka, karena sesungguhnya dalam memerangi mereka itu terdapat pahala bagi orang yang membunuh mereka pada hari kiamat." (HSR. Bukhari 3611, Muslim 1066).
Hal ini karena orang-orang Khawarij tersebut meskipun dengan ibadah yang sedemikian tingginya, mereka tetap bergelimang dengan hawa nafsu dan fanatisme yang dibenci. Semua itu mendorong mereka untuk mencerca shahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan menolak kebanyakan nash-nash (dalil) yang sesungguhnya dapat mengobati penyakit dan kefanatikan mereka, akan tetapi mereka tidak mau kembali. Mereka terbawa oleh kokohnya akar fanatisme yang tertanam dalam diri mereka selama ini untuk tidak mungkin kembali kepada kebenaran apalagi menghormati Ahlul Haq, bahkan mereka justru menghalalkan darah dan harta ahlul haq sebelum mereka menghalalkan darah orang-orang kafir, majusi dan lain-lainnya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah menyebutkan tentang mereka dalam banyak hadits yang diriwayatkan oleh 'Ali, Abu Sa'id, dan sekelompok shahabat yang mencapai sekitar 14 hadits, bahkan hadits-hadits tentang mereka ini mencapai derajat mutawatir dalam menyebutkan celaan terhadap mereka dan menyebut mereka sebagai pengekor hawa nafsu, meskipun mereka beribadah dan sangat besar kesungguhannya dalam beribadah, bahkan melampaui para shahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka sesungguhnya semua itu tidak ada harganya apabila tidak ditegakkan di atas landasan yang selamat dan manhaj yang benar.
Adapun Ahlul Kalam, mereka adalah orang-orang yang fanatik terhadap filsafat Yunani yang suka mentakwilkan dan merubah nash-nash Al-Qur`an karena akidah yang rusak itu, dan mereka tetap berpegang dengan kerusakan tersebut dan menolak peringatan para Imam ummat Islam dan ahli-ahli ilmu serta penjelasan mereka tentang rusaknya pemikiran-pemikiran dan keyakinan-keyakinan ini yang mereka suguhkan kepada ummat Islam dan menjerumuskan ummat Islam ke dalam perdebatan yang tidak putus-putusnya, dan pertentangan yang suatu saat mendorong timbulnya peperangan dan pertumpahan darah. Dan sungguh para Imam tersebut telah mencela mereka dengan celaan yang sangat keras, seperti Imam Malik, Asy-Syafi'i, Ahmad, Abu Hanifah, Sufyan bin 'Uyainah, Al-Auza'i, Ats-Tsauri, Ibnul Mubarak, Al-Bukhari dan Muslim, bahkan mereka telah pula menyusun berbagai karya ilmiah yang banyak tentang hal ini, yang semuanya menerangkan kerusakan dan bahaya ilmul kalam, dan balasan apa yang pantas diterima oleh pemiliknya, sampai akhirnya Imam Asy-Syafi'i mengatakan tentang mereka: "Hukuman yang saya berikan untuk ahlul kalam adalah, hendaknya mereka dipukuli dengan pelepah kurma dan sandal, lalu diarak berkeliling ke kabilah-kabilah dan suku-suku, dikatakan: "Inilah balasan bagi orang yang meninggalkan Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam serta cenderung untuk menerima ilmul kalam."
Sedangkan pendapat Imam Ahmad dan Imam ummat Islam yang lainnya sangat banyak, dan mereka mempunyai catatan tersendiri –walhamdulillah- dan di zaman ini semua itu telah tersebar, dan telah diterbitkan oleh berbagai penerbit dan perpustakaan. Maka hendaknya kalian kembali dan memperhatikannya agar mengetahui bagaimana sikap para Imam yang gigih dalam menolak dan memberantas kejahatan ini serta menerangkan kesesatan para pembawa dan pendukungnya, juga memperingatkan ummat agar waspada dari kejahatan dan kesesatan mereka. Namun sangat disayangkan meskipun demikian, hampir-hampir ummat ini bersatu di atas kebatilan manhaj ini dan kerusakan ilmul kalam. Dan seiring perjalanan waktu, akhirnya prinsip Islam pun berubah. Dan filsafat Yunani yang sesat dan penuh dengan kebodohan ini akhirnya menjadi prinsip Islam yang utama bahkan menjadi prinsip Tauhid, sungguh sangat disayangkan!
Dan apakah yang membawa mereka ini untuk sampai kepada ilmu jahili ini sehingga menamakannya ushuluddin?! Semua itu tidak lain adalah akibat fanatisme buta dan hawa nafsu yang mendominasi, yang ditetapkan dengan akal mereka yang jauh dari Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam ketetapan Islam yang paling penting yang mayoritas nash-nash dari Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam itu berbicara tentangnya, bahkan menjelaskan dan menerangkannya dengan keterangan-keterangan yang sangat gamblang. Meskipun demikian mereka begitu berani menunjukkan sikap fanatik dan kedengkian terhadap Ahlus Sunnah wal Jama'ah dan Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan semangat dalam mempelajari dan menetapkannya di berbagai perguruan tinggi dan masjid, sekolah-sekolah dan menamakannya benteng bagi kebenaran dan para pemeluknya: At Tauhid...Ashlul Iman (pokok keimanan)...Ashlul Islam (pokok keislaman)...sungguh amat disayangkan!
Kita memohon kepada Allah Tabaraka wa Ta'ala agar Dia membuka mata mereka ini dan membimbing mereka kepada kebenaran, kebaikan dan kesungguhan untuk kembali berpegang dengan Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Dan muncul sesudah bid'ah Khawarij, Rafidhah, dan ahlul kalam, penyakit yang lebih berbahaya lagi yang berkembang pesat di tengah-tengah ummat Islam bahkan menguasai akal pikiran mereka dalam waktu yang panjang, baik rakyatnya maupun pemerintahannya. Penyakit yang berbahaya itu bernama tasawwuf yang melenyapkan akal pikiran para fuqaha` dan sebagian besar ahli hadits bahkan menggiring ummat menuju tempat-tempat yang membingungkan dan menyesatkan –wal 'iyadzubillah- penyakit ini membawa ummat ini kepada kesesatan dalam akidah yaitu dalam masalah Zat Allah, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya dan peribadatan kepada-Nya. Bahkan kuburan-kuburan semakin banyak bertebaran dan diibadahi, dijadikan tujuan perjalanan, thawaf di sekelilingnya dan malapetaka serta kengerian lainnya yang menimpa kaum muslimin dan akal pikiran serta akidah mereka. Sementara para Imam, ulama-ulama yang terkemuka seperti Ibnu Taimiyyah, Ibnul Qayyim, Adz-Dzahabi, Ibnu Hajar, As-Sakhawi, Al-Biqa'i dan lain-lainnya telah menyusun berbagai keterangan ilmiah yang memberantas kelompok sesat ini bahkan yang ekstrimnya, bahkan memberi stempel kepada mereka sebagai golongan yang sesat dan menyimpang.
Dan apakah yang membawa orang-orang sesat itu berbuat seperti ini? Tidak lain adalah penyakit kronis yang telah membinasakan ummat Islam sejak awal mula sejarahnya, dan ketahuilah bahwa penyakit kronis yang berbahaya itu tidak lain penyakit hawa nafsu dan fanatisme. Penyakit tersebut menyebar menuju aspek ibadah, fikih Islami, kemudian kamu lihat ummat ini akhirnya berpecah belah menjadi beberapa golongan dan tercabik-cabik, masing-masing kelompok fanatik terhadap madzhab tertentu dan tujuan tertentu, hal ini sungguh amat disayangkan. Padahal nash-nash Al Kitab (Al-Qur`an) dan As-Sunnah senantiasa mengajak untuk menjaga persatuan dan kesatuan berdasarkan Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Perhatikanlah, betapa banyak ayat-ayat yang menganjurkan kita agar selalu mengikuti jalan yang lurus (shirathal mustaqim) dan berpegang dengan tali Allah (Al-Islam) serta taat kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan sekaligus memperingatkan kita agar jangan menyelisihi perintah-perintah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, sebagaimana firman Allah Ta'ala:
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ ﴿النور: ٦۳﴾
"Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih." (An-Nur: 63)
Ayat-ayat yang banyak itu tidak saja datang memperingatkan dan menganjurkan kita untuk berpegang kepada Kitab Allah, bahkan semuanya menganjurkan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri terlebih dahulu untuk selalu mengikuti apa yang telah diwahyukan oleh Allah kepadanya, baru kemudian menganjurkan kepada ummat ini untuk mengikuti Kitab Allah dan jangan mengambil wali (pelindung, pemimpin) selain Allah. Dan Ibnu 'Abbas telah melihat adanya kecenderungan untuk fanatik terhadap khalifah yang agung, yaitu Abu Bakr dan 'Umar, maka beliau berkata:
يُوْشِكُ أَنْ تُنَزَّلَ عَلَيْكُم حِجَارَةٌ مِنَ السَمَاءِ، أَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللهِ وَتَقُولُونَ: قَالَ أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرَ؟
"Hampir-hampir kalian dihujani batu dari langit, saya mengatakan: Rasulullah bersabda, (tapi) kalian mengatakan: Abu Bakr dan 'Umar mengatakan demikian."
Imam Ahmad ketika menerangkan firman Allah: "Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa fitnah atau ditimpa adzab yang pedih," mengatakan: "Apakah kamu tahu apakah fitnah yang dimaksud dalam ayat ini? Fitnah di sini adalah syirik. Mungkin saja seseorang apabila ia menolak sebagian saja dari sabda Rasulullah, akan tumbuh di hatinya penyimpangan lalu ia binasa." (Al-Ibanah Al-Kubra, Ibnu Baththah 1/260, no 97). Wal 'iyadzubillah.
Beliau juga mengatakan: "Saya benar-benar heran dengan suatu kaum, mereka mengetahui sanad-sanad hadits dan keshahihannya tetapi mereka masih juga berpegang (bermadzhab) dengan pendapat Sufyan." Dan keterangan seperti ini banyak kita dapatkan dari ulama-ulama lainnya.

Peringatan Para Imam tentang Bahaya Fanatisme
Para Imam yang empat radliyallahu 'anhum telah memperingatkan ummat ini agar menjauh dari sikap fanatik dan taklid terhadap madzhab. Keterangan mereka ini dapat kita temukan dalam berbagai literatur Islam dan referensi lainnya. Segala puji hanya bagi Allah. Apa yang tertutup debu dan sarang laba-laba catatan tersebut, tetap lestari sebagai argumentasi yang tajam terhadap orang-orang yang fanatik terhadap Imam-Imam madzhab tersebut. Para Imam tersebut telah memperingatkan ummat ini dengan peringatan yang sangat keras agar ummat tidak fanatik terhadap mereka. Fanatisme inilah yang membawa kebanyakan ummat ini menolak nash-nash yang jelas dan gamblang dari Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Kerusakan Fanatisme
Di antara kerusakan sikap fanatisme buta ini adalah... nash-nash banyak yang ditolak, dan ini sangat jelas... Apakah penyebabnya? Dan apakah yang mendorong mereka untuk menolak atau mentakwil dan membelokkan nash-nash tersebut? Semua itu tidak lain adalah penyakit yang sangat dibenci, yakni kuman-kuman fanatisme dan kebanggaan terhadap golongan secara membabi-buta. Wal 'iyadzubillah. Sebagian ulama di antaranya adalah Ibnul Qayyim telah menyebutkan berbagai kerusakan yang orang-orang fanatik kepada madzhab itu terjatuh ke dalamnya, beliau mengatakan antara lain:
- Menyelisihi nash-nash yang telah pasti dari Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, karena fanatik terhadap madzhab-madzhab yang ada, bahkan kadang-kadang mendahulukan rasio murni dari nash-nash tersebut.
- Banyaknya hadits-hadits lemah dan palsu yang dijadikan dasar argumentasi dan kesimpulan pengambilan hukum (istinbath), semua itu didorong oleh sikap fanatik terhadap madzhab bahkan sebagian mereka mengadakan kedustaan dan kebohongan dengan mengatasnamakan upaya membela madzhabnya. Di dalam kitab-kitab musthalah hadits (ilmu musthalah hadits) banyak kita dapatkan contoh-contoh ini bagi orang-orang yang fanatik itu.
- Mendahulukan ucapan para ulama yang datang belakangan daripada ulama yang terdahulu. Dan Abu Syamah telah menyerang orang-orang dari madzhabnya sendiri yakni Syafi'iyah dalam kitab beliau Al-Muammilu bil Aimmah, ia mengatakan: "Sesungguhnya kaum Syafi'iyah yang pertama dahulu bersikap fanatik terhadap ucapan-ucapan para Imam mereka, akan tetapi mereka mengambil sebagian perkataan Al-Muzani dan yang lainnya dan kadang mereka menolak perkataan sebagian shahabat dan tabi'in. Kemudian datanglah orang-orang yang belakangan, mereka menolak ucapan Al-Muzani atau yang lainnya dan berpegang kepada ucapan Al-Ghazali dan orang-orang yang seperti dia. Kemudian menyerang mereka dengan celaan. Dalam kitab ini beliau menerangkan bahwa apa yang menyebabkan ditolaknya pendapat-pendapat musuhnya, serta yang membawa mereka ke dalam keadaan yang seperti ini adalah sikap fanatisme buta. Wal 'iyadzubillah.
- Membatasi diri hanya menganut satu madzhab tertentu tanpa mau mengambil faedah ilmu-ilmu, kesungguhan para tokoh dan kitab-kitab dari madzhab yang lain, karena fanatik terhadap madzhab tertentu.
- Kosongnya berbagai kitab suatu madzhab dari dalil-dalil syar'i, banyaknya orang yang tidak senang mempelajari Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah.
- Tersebarnya taklid dan sikap jumud (kaku) dan pernyataan bahwa pintu ijtihad telah tertutup.

Diterjemahkan oleh Ustadz Muhammad Umar As Sewed dan Idral Harits dengan seizin Syaikh Rabi secara langsung.

Sumber: Majalah SALAFY rubrik Nasehati edisi XXXI/1420 H/1999 M