Monday, March 9, 2015

Kisah Nabi Zakariya 'alaihis salam

Kisah Nabi Zakariya 'alaihis salam
بسم الله الرحمن الرحيم

Ada sebuah keluarga saleh yang sampai disebut namanya dalam Al Qur'an. Itulah keluarga Imran.

Imran dan istrinya ingin sekali mempunyai anak. Keduanya pun berdoa kepada Allah Subhaanahu wa Ta'ala agar Dia mengaruniakan kepada keduanya keturunan yang saleh, maka Allah mengabulkan permohonannya, sehingga istri Imran pun mengandung, dan ia bernadzar agar anaknya yang masih di perut itu setelah lahirnya menjadi anak yang berkhidmat (memberikan pelayanan) di Masjid Al Aqsha dan mengurusnya. Tetapi ketika anaknya yang lahir itu ternyata wanita, maka istri Imran berkata,

"Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai Dia Maryam dan aku mohon perlindungan-Mu untuknya serta anak-anak keturunannya dari setan yang terkutuk." (Terj. QS. Ali Imran: 36)

Selanjutnya, istri Imran membawa Maryam ke Masjidil Aqsha agar dibesarkan di sana serta dibina di atas takwa, akhlak yang mulia dan beribadah kepada Allah Ta'ala dari sejak kecil.

Lalu Nabi Zakariya maju untuk mengurusnya dan mendidiknya. Ketika itu, Nabi Zakariya adalah seorang tukang kayu yang makan dari hasil pekerjaannya itu, akan tetapi orang-orang tidak setuju terhadapnya, bahkan masing-masing orang menginginkan untuk mengurus Maryam, masing-masing mereka merasa lebih berhak untuk mengurusnya, maka bangkitlah salah seorang Ahli ibadah untuk melerai perselisihan ini, ia berkata, "Saya menyarankan kepada kalian untuk pergi bersama-sama ke sungai lalu melempar pena-pena kalian  ke dalamnya, pena yang berjalan melawan arus itulah yang pemiliknya berhak mengurus Maryam dan memperoleh keutamaan mengurusnya."

Orang-orang pun sepakat dengan usulan ini dan mereka pun pergi ke sungai serta melempar pena-penanya, maka pena-pena itu hilang terbawa arus selain milik Nabi Zakariya. Pena miliknya saja yang berjalan melawan arus, dan ternyata Nabi Zakariya yang berhak mengurus Maryam.

Mulailah Nabi Zakariya mengurus Maryam, ia pun memberikan tempat khusus baginya di masjid untuk membesarkannya, demikian pula memberikan mihrab khusus baginya untuk ia beribadah di masjid. Maryam pun beribadah dalam masjid itu dalam waktu yang lama dan tidak meninggalkan tempat itu kecuali sedikit.

Nabi Zakariya sering mengunjunginya untuk mengurusnya, dan setiap kali Nabi Zakariya masuk menjenguknya, maka Beliau menemukan ada makanan di dekat Maryam, ia mendapatkan di sana buah-buahan dan aneka macam makanan yang tidak ada di waktu itu, maka Nabi Zakariya heran terhadapnya dan bertanya kepada Maryam, "Wahai Maryam, dari makanan makanan ini?" Maryam menjawab, "Makanan itu dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab." (lihat QS. Ali Imran: 37)[1]

Ketika itu, Nabi Zakariya telah berusia tua dan tidak memiliki keturunan, akan tetapi ketika ia melihat bahwa Allah memberikan kepada Maryam berbagai makanan yang tidak ada di waktu itu, maka ia pun mengetahui, bahwa Allah Mahakuasa mengaruniakan kepadanya seorang anak meskipun istrinya sebagai seorang yang mandul dan dirinya sudah tua. Nabi Zakariyya pun berpaling dari Maryam dan menghadap kepada Allah Ta'ala untuk berdoa, ia berkata, "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa." (Lihat Ali Imran: 38)
Maka pada suatu hari, saat Nabi Zakariyya beribadah dan bertasbih di mihrabnya, turunlah malaikat kepada Beliau memberitahukan tentang pengabulan Allah terhadap doanya, dan bahwa Allah akan mengaruniakan kepadanya seorang anak yang bernama Yahya, dan ia akan menjadi Nabi yang saleh. Maka Nabi Zakariya merasa heran terhadap berita itu, yakni bagaimana ia dapat memperoleh anak sedangkan usianya telah tua dan istrinya seorang yang mandul? Maka malaikat memberitahukan,

Allah berfirman, "Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan sesunguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali." (Lihat Maryam: 9)

Selanjutnya Nabi Zakariya meminta kepada Allah suatu tanda yang menunjukkan bahwa istrinya akan hamil, maka Allah memberikan tanda itu, yaitu dengan menjadikan lisannya tidak dapat berbicara selama tiga hari padahal Beliau dalam keadaan sehat, dan dalam keadaan itu ia diperintahkan banyak berdzikr dan beribadah kepada Allah di waktu pagi dan petang (Lihat Ali Imran: 41). Allah Subhaanahu wa Ta'ala juga menerangkan kepadanya, bahwa apabila ia ingin berbicara dengan kaumnya, maka ia berbicara dengan isyarat, dan Allah menyuruhnya untuk memerintahkan kaumnya bertasbih di waktu pagi dan petang (lihat Maryam: 11).

Selang beberapa waktu, lahirlah Nabi Yahya 'alaihis salam setelah ditunggu-tunggu dan dirindukan kehadirannya, dan dengan adanya Yahya, Allah menyejukkan pandangan Nabi Zakariyya dan membuatnya bergembira. Maka Nabi Zakariyya bersimpuh di hadapan Allah dalam mihrabnya melakukan shalat dan bersujud kepada Allah Azza wa Jalla serta bersyukur kepada-Nya atas nikmat itu. Peristiwa ini mengingatkan kepada kita agar kita tidak berputus asa dari karunia Allah dan rahmat-Nya, dan bahwa Allah mampu mengadakan sesuatu tanpa sebab, serta mengingatkan kepada kita agar bersyukur kepada Allah Ta'ala ketika mendapatkan nikmat.
Disebutkan, bahwa Nabi Zakariya wafat karena dibunuh oleh Bani Israil, namun ada pula yang menyatakan bahwa Beliau wafat tidak dibunuh, wallahu a'lam.
Allah memuji Nabi Zakariya dengan firman-Nya, "Dan Zakaria, Yahya, Isa dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang shaleh." (Terj. QS. Al An'aam: 85)
Wallahu a'lam, wa shallallahu ‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Marwan bin Musa
Maraji': Al Qur'anul Karim, Mausu'ah Al Usrah Al Muslimah (www.islam.aljayyash.net), Shahih Qashashil Anbiya' (Ibnu Katsir, Takhrij Salim Al Hilali), dll.



[1] Pada kisah Maryam ini terdapat dalil adanya karamah bagi para wali Allah.