Sunday, October 28, 2018

Syaikh Muqbil bin Hadi

Imaam, Syaikhul Islaam, Al-'Allaamah, dan Muhaddits, Abu Abdir-Rahmaan Muqbil bin Haadii Al-Waadi'ii dilahirkan dan dibesarkan di sebuah lingkungan Zaidiyah (salah satu sekte Syi'ah) yang bercirikan tasawuf, mu'tazilah dan berbagai bid'ah lainnya.

Seperti para pendahulunya di Yaman, semisal Muhammad bin Ibraahiim Al-Waziir, Shaalih bin Mahdii Al-Muqbilii, Muhammad bin Ismaa'iil Al-Amiir (pengarang kitab Subulus-Salaam), Muhammad bin Ali Asy-Syaukaanii, akhirnya beliau meninggalkan madzhab Zaidi. Alasan kepergian mereka dari bid'ah dan kemudian mendekat kepada sunnah adalah sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Imam Muqbil sendiri "karena mereka belajar dan datang untuk mengetahui apa yang ada di dalam (madzhab ini), kemudian mereka melihatnya jauh (menyimpang) dari Al-Quran dan As-Sunnah (shallallaahu alaihi wa sallam)" (Maqtal Syaikh Jamiilur-Rahmaan, hal. 6).

Syaikh Muqbil, mengikuti langkah keempat tokoh tadi, mempelajari sunnah dan sadar untuk mencintainya, telah mempelajari Sunnah selama 3 tahun. Selama ini, pelajaran madzhab Zaidinya hanya semakin menambah kebenciannya akan sunnah dan menjauhkannya dari sunnah. Mengapa? "Karena diambil dari golongan Mu'tazilah dalam masalah aqidah ... dan dari golongan Rafidhah" (Maqtal Syaikh Jamiilur-Rahmaan, hal.7). Kesadarannya akan larangan taqlid dan bergolong-golongan (madzhabiyah) menuntunnya kepada As-Sunnah. Setelah selama beberapa waktu beliau tidak belajar, beliau kembali lagi untuk mempelajari Sunnah, dengan kehendak Allah. Syaikh belajar dan banyak mengambil manfaat dari Imaam Al-Albaanii dan Imaam Bin Baaz, selama masa studinya di Jami'ah Islamiyyah Madinah.

Syi'ah dan Tasawuf telah ada di Yaman selama 11 abad atau lebih dan dalam keadaaan ini, Syaikh memulai da'wahnya. Seperti empat tokoh yang telah disebutkan sebelumnya, beliau menjumpai banyak tantangan dan gangguan. Imaam Muqbil diperlakukan sebagai orang asing oleh kerabat dekat dan masyarakatnya, ketika memulai dawahnya. Terutama sekali ketika mereka melihat bahwa Syaikh Muqbil dan orang-orang yang bersama beliau, beribadah menurut tuntunan Sunnah dan meninggalkan praktek dan kebiasaan bid'ah dan syirik yang merajalela di Yaman.

Syaikh mulai mengajarkan Al-Qur-aan dan juga As-Sunnah dan beliau memulai dengan mengajarkan apa yang disebutkan di dalam Sunnah, yaitu mencintai Rasulullah, keutamaan bershalawat atas Nabi (shallallaahu alaihi wa sallam), dan mencintai Ahlul-Bait - karena seperti yang beliau saksikan, masyarakatnya menyatakan bahwa beliau dan orang-orang yang bersamanya tidak pernah mencintai Rasulullah (shallallaahu 'alaihi wa sallam). Namun demikian, walau hal ini (seruannya diatas) dan seruannya kepada As-Sunnah dilakukan, beliau masih dijauhi oleh masyarakat.

Seorang kenalan lamanya dari Madinah An-Nabawiyyah, Mursyid al-Kabuudii, tatkala berkunjung untuk menemui Syaikh Muqbil, dibunuh oleh orang-orang komunis - semoga Allah membinasakan mereka - namun demikian setelah peristiwa ini banyak yang mulai berkunjung ke Syaikh baik dari dalam dan luar negeri Yaman seperti Shan'a, 'Ans, Ta'iz, Haasyid, Sudan, Mesir, Belgia dan negeri-negeri lainnya.
Setelah itu, Dammaaj, dimana Syaikh bertempat tinggal, segera menjadi tempat berkumpul para penuntut ilmu, dan belajar mengajar telah menjadi kegiatan yang tetap. Hasil dari hal ini adalah menghilangnya Zaidiyah dan Syi'ah dari Dammaaj dan masyarakat di wilayah tersebut mulai mencintai da'wah ini.

Setelah beberapa tahun usaha da'wah di Dammaaj, terlihat banyak murid-murid asuhan Syaikh Muqbil menjadi penuntut ilmu yang kuat yang kemudian akan membawa cahaya tauhid dan sunnah ke berbagai tempat di Yaman. Sampai sekarang, ada sekitar empat belas atau lebih pusat tempat menuntut ilmu, dari yang hanya di Dammaj menyebar ke seluruh Yaman. Beberapa di antaranya adalah tempat Syaikh Muhammad bin Abdul-Wahhaab di Hadiidah, tempat Syaikh Abul-Hasan Al-Ma'riibi di Ma'riib, tempat Syaikh Muhammad bin Abdullaah al-Imaam di Mi'bar dan tempat-tempat lainnya. Seluruh pusat-pusat tempat menuntut ilmu ini bermacam-macam ukurannya dan jumlah orang yang belajar di sana - yang datang dari berbagai negara.

Syaikh Muqbil telah memberikan jasa besarnya dalam bidang hadits dan ilmu hadits dengan mengarang banyak kitab, beberapa diantaranya sangat istimewa dan sangat sulit untuk mendapatkannya. Selain itu Syaikh Muqbil juga dikenal oleh penaklukan dan penghinaannya terhadap para pengikut taklid yang condong ke kelompok tertentu, baik di Yaman atau di luar Yaman dan juga perang beliau terhadap orang-orang semacam ahli bid'ah dan komunis. Beliau dikenal sebagai seorang pemberani dan tegas, selalu berbicara kebenaran, tidak takut cacian siapapun, membantah siapa saja yang berlawanan dengan As-Sunnah, menganggap kecil dan rendah orang-orang yang menentang As-Sunnah dan tidak berucap sesuatupun kecuali kalimat Allah Ta'ala.

Hasil dari usaha Fadhilatusy-Syaikh adalah banyak syirik dan bid'ah lambat laun hilang dari Yaman, digantikan oleh seruan kepada Al-Quran dan As-Sunnah dengan pemahaman Salaf Al-Ummah dan orang-orang kembali sadar untuk mencintai da'wah ini. Dan usaha da'wah ini telah membawa hasil tidak hanya di Yaman, namun di seluruh dunia, karena banyak murid-murid Syaikh yang telah belajar dan mendapatkan manfaat yang besar kemudian kembali ke negeri mereka untuk menyampaikan ilmu Sunnah dan cahaya Tauhid.

Semoga Allah mencurahkan limpahan rahmat-Nya atas Syaikh, yang kemuliaan dan kebaikannya tidak dapat disebutkan disini, dan yang telah memberikan pengabdiannya kepada Islam dan menghidupkan kembali As-Sunnah pada masa hidupnya tatkala banyak orang tidak mengetahui dan menghargainya. Semoga Allah memberikan ganjaran atasnya dengan surga yang tertinggi dan menyatukannya dengan saudara-saudaranya yang telah mendahuluinya dari Imam-imam di jaman kita (Al-Albaanii, Ibn Baaz, Ibn Utsaimiin), dan imam-imam sebelum jaman kita. Fadhilatusy-Syaikh dimakamkan di dekat makam Syaikh Imaam Ibn Baaz dan Imaam Ibn Utsaimiin, di pemakaman Al-'Adl, Makkah al-Mukarramah, sebagaimana yang telah beliau wasiatkan sebelumnya.

Sumber: http://www.salafipublications.com
Translated by: Zuhairy Abdul-Aziiz Al-Jawasi