Tidak diragukan lagi, bahwa hari Arafah adalah hari yang agung dan harri-hari Allah yang berkahi. Merupakan perhelatan akbar dari perhelatan kebaikan, iman dan taqwa, serta musim semi dari musim ketaatan dan ibadah. Hari yang paling banyak rintihan. Hari dipanjatkan secara beruntun do'a dan keinginan, diturunkan rahmat, dimaafkan kesalahan dan diampuni kekhilafan. Hari berharap dan khusyu', menghinakan diri dan khudhu'. Sesungguhnya, dialah hari yang mulia dan penuh berkah. Matahari tidak terbit lebih baik dan hari itu. Telah dikhususkan hari itu dengan keutamaan yang mulia, keistimewaan yang besar dan ciri-ciri yang agung. Tidaklah mudah untuk membilangnya dan tidak mungkin menghitungnya.1
1 Diantara Keutamaan Hari Arafah Ialah Sebagai Berikut.
Pada hari itulah agama Islam diproklamirkan sebagai agama yang telah sempurna; suatu nikmat yang patut disyukuri. Pada waktu itu diturunkan firman Allah:
Pada hari ini telah Ku-sernpurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'matKu dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (QS Al Maidah:3).
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Thariq bin Syihab, ia berkata, Seorang Yahudi datang kepada Umar bin Khattab dan berkata,
"Wahai, Amirul Mukminin. Sesungguhnya kalian membaca satu ayat dari kitab kalian. Jika ayat tersebut diturunkan kepada kami sekalian orang Yahudi, niscaya kami akan menjadikan hari tersebut sebagai hari raya."
Beliau berkata, "Ayat apakah itu?" Dia berkata: Umar berkata,"Demi Allah, sungguh aku sangat mengetahui hari diturunkannya ayat tersebut kepada Rasulullah. Waktu diturunkannya kepada Rasulullah, yaitu sore Arafah pada hari Jumat."2
Hari Arafah merupakan hari raya bagi jama'ah haji. Oleh karenanya, tidak dianjurkan bagi jama'ah haji untuk berpuasa pada hari tersebut.
Menurut Jumhur agar lebih kuat dalam menjalankan aktivitas ibadah pada hari itu dan juga karena mereka sebagai tamu Allah serta bukti meneladani Rasulullah, karena beliau tidak berpuasa pada hari Arafah.3 Sedangkan bagi kaum muslimin yang tidak haji, maka dianjurkan untuk berpuasa Arafah. Puasa Arafah ini dapat menghapus dosa dan kesalahan dua tahun.
Hari Arafah adalah hari pengampunan dan pembebasan dari api neraka. Layaknya (bagi Allah permisalan yang lebih tinggi), seorang raja yang mempunyai hari pemaafan dan amnesti; Dia berikan kepada hambanya mukminin dan Dia banggakan kepada para malaikat muqarrabin.
Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya dari Aisyah, bahwa Nabi bersabda,
Tidak ada hari Allah membebaskan hambaNya dari api neraka seperti hari Arafah. Sesungguhnya, Dia mendekat, kemudian Dia banggakan mereka di hadapan para malaikatNya sambil berkata: Apa yang diinginkan oleh mereka?"4
Berkata Ibnu Abdil Barr,"Inl menunjukkan, bahwa mereka diampuni, karena Dia tidak akan berbangga dengan pelaku dosa dan kesalahan, kecuali setelah taubat dan pengampunan."5
Dari Abdullah bin Amr dari Nabi bersabda,
"Sesungguhnya Allah berbangga pada sore Arafah dengan orang-orang di Arafah, dan berkata:
Lihatlah keadaan hambaku, mereka mendatangiku dalam keadaan kusut dan berdebu."6
Fudhail bin 'Iyadh berdiri di Arafah. Kemudian beliau melihat tangisan dan sedu-sedan manusia pada sore Arafah, dan berkata,
"Bagaimana pendapat kalian, jlka mereka mendatangi seseorang, kemudian memintanya sekeping Daniq (pecahan dirham yaltu seperenamnya. pen.); apakah dia akan menolak mereka?"
Mereka menjawab, "Tidak," Beliaupun berkata, "Demi Allah. Pengampunan dari Allah lebih mudah dari laki-laki tersebut mengabulkan permintaan mereka atas sekeping Daniq."7
Berkata Ibnul Mubarak:
Aku mendatangi Sufyan Ats Tsauri sore Arafah, sambil mengangkat kedua lututnya, sedangkan air matanya mengalir.
Aku berkata kepadanya,"Siapakah yang paling buruk keadaannya pada hari Ini?" Beliau menjawab, "Orang yang menyangka, bahwa Allah tidak mengampuninya."8
Hari berdo'a dan berdzikir. Adalah Rasulullah mengucapkan kalimat yang terbaik pada hari terbaik, karena Arafah adalah penghulu hari. Dan kalimat la ilaha illallah adalah penghulu kalimat.
Nabi bersabda,"Sebaik-baik do'a adalah do'a Arafah. Dan sebaik-baik dzikir ialah la ilaha illallah. Dan sebaik-baik ucapanku dan Nabi sebelumku, (ialah):
La ilaha illallah wahadahu la syarikalah. lahul mulku walahul hamdu wahuwa 'ala kulli syai-in qadir.9
Dialah "al witr" dalam Surat Al Fajar. Bahwa Allah bersumpah dengannya, menandakan agungnya hari tersebut. Diriwayatkan dari Nabi,
"Syafa' adalah hari nahar, sedangkan witir hari Arafah."'10
Dan dikatakan, itulah (yang dimaksud) al masyhud dalam surat Al Buruj. Diriwayatkan dari Nabi,
"Asy Syahid adalah hari Jumat, dan masyhud adalah hari Arafah.''11
2 Sedangkan Adab-Adab Pada Hari Arafah, Diantaranya :
Sebelum berangkat ke Arafah pada pagi 9 Dzul Hijjah, hendaklah mabit di Mina pada hari Tarwiyah. Dan janganlah keluar dart Mina, kecuali setelah terbit matahari.12
Dianjurkan untuk turun di Namirah (tempat di sebelah selatan Arafah, dan tidak termasuk Arafah), jika memungkinkan. Siapa yang memiliki tenda hendaklah dipasang.13
Setelah itu -jika memungkinkan- hendaklah seseorang mendengarkan khutbah di Uranah (di depan Masjid Namirah). Hendaklah ia mencukupi dengan khutbah Imam di Masjid Namirah dan tidak membuat khatib sendiri. Karena, begitulah yang dilakukan Rasulullah dan para khalifahnya, sekalipun diperbolehkan melakukan shalat berjama'ah di kemah masing-masing (dengan) jama'qashar Dzuhur dan Ashar.14
Do'a dan dzikir hari Arafah terkhusus setelah tergelincir matahari di tempat Nabi wukuf atau di tempat mana saja, menghadap kiblat, sambil mengangkat kedua tangan. Bersungguh-sungguh serta memperbanyak dzikir dan do'a serta diselingi dengan tahlil dan talbiah, memperbanyak tahlil,15 hingga terbenam matahari dengan mengucapkan:
La ilaha illallah wahadahu la syarikalah. lahul mulku walahul hamdu wahuwa 'ala kulli syai-in qadir
3 Beberapa Kesalahan Pada Hari Arafah16
Menyia-nyiakan waktu pada hari Arafah dengan berjalan-jalan17 atau mengobrol dan sebagainya. Pada hari ini peran syethan dan hawa nafsu sangat kuat untuk melalaikan jama'ah haji dari berdzikir kepada Allah. Karena dia tahu, bahwa yang sebentar itu merupakan waktu yang paling berharga dan berarti dari seluruh waktu musim haji secara mutlak.
Menghabiskan waktu untuk memanjat gunung Arafah atau memanjat ke gunung Rahmat dan bersantai-santai di sana.
Mandi untuk menyambut hari Arafah.
Mengkhususkan do'a atau dzikir tertentu, seperti do'a Khidir yang dinukilkan dalam kitab Ihya' Ulumuddin atau doa-doa yang lainnya.
Berdiam diri dan tidak berdzikir ataupun berdo'a.
Dzikir dan do'a yang terlarang, diantaranya seperti berikut ini:
Membaca atau wirid bersama.
Dzikir dan do'a bersama.
Membaca surat Al Ikhlash 100 kali.
Shalawat Ibrahimiyyah (yaitu shalawat diakhir tahiyyat dalam shalat, pen.) 100 kali. Didalamnya ada hadits, akan tetapi tidak shahih. Dan dzikir lainnya yang telah disebutkan oleh Sakhawi, yang dibaca pada hari Arafah .
Berjalan cepat ketika meninggalkan Arafah menuju Muzdalifah.
Adzan shalat Dzuhur dan Ashar sebelum khatib selesai berkhutbah, atau shalat Dzuhur dan Ashar sebelum khutbah.
Kepercayaan, bahwa Allah turun sore Arafah di atas unta atau buraq, menyalami orang-orang yang berkendaraan dan memeluk orang-orang yang berjalan.
Imam berkhutbah dengan dua khutbah di Arafah dipisah dengan duduk istirahat, sebagaimana dalam khutbah Jumat.
Shalat sunnat antara shalat Dzuhur dan Ashar para hari Arafah.
Keluar dari Arafah sebelum terbenam matahari.
Demikianlah sebagian keutamaan dan adab yang dapat penulis kumpulkan. Wallahu a'lam bish shawab.
Catatan Kaki
…1
Dr. Abdurrazzaq Al Badar. Durusun Fil Aqidah Mustafadah Minal Hajj. hlm. 65.
…2
Shahih Bukhari. no. 4606 dan Shahih Muslim, no. 3017.
…3
Ibnul Jauzi, At Tabshirah 2/137.
…4
Shahih Muslim. no. 1348.
…5
Tamhid l/120.
…6
Musnad 2/224.
…7
Majlisun Fi Fadhli Yaumi Arafah, Ibnu Nashlruddin Ad Dimasyqi, hlm. 63 dari Dr. Abdurrazzaq Al Badar. Durusun Fil Aqidah Mustafadah Minal Hajj, hlm. 68.
…8
Su'ud bin Ibrahim Asy Syuraim, Al Minhaj Lil Mu'tamiri Wal Hajj, hlm. 85-86.
…9
HR Tirmidzi dalam Sunan, no. 3585 dari hadits Andullah bin Amr. dan dihasankan oleh Al Albani dalam Silsilah 4/7,8.
…10
Ibnul Jauzi, At Tabshirah 2/137 dan Ibnul Arabi, Ahkamul Qur'an 4/1927, diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah.
…11
Ibnul Arabi, Ahkamul Qur'an 4/1927, diriwayatkan dari Nafi' bin Jubair darl ayahnya. Llhat Su'ud bin Ibrahim Asy Syuraim, Al Minhaj Lil Mu'tamiri Wal Hajj. hlm. 84.
…12
Nawawi, Syarah Shahih Muslim 4/410.
…13
Nawawi. Syarah Shahih Muslim 4/410.
…14
Lihat Majalah Tau'iah Islamiah. Edisi 215, Khutbah Arafah Syaikh Abdul Aziz Asy Syaikh, hlm. 174.
…15
Bakar bin Abdullah Abu Zaid, Tashhih Ad Du'a, hlm. 514, Dar Al Ashimah, Cet. I, Riyadh KSA
…16
Silahkan lihat kitab Mu'jamul Bida', z -Raid bin Shabri bin Abu Alafah, hlm. 186-190; Tashhih Ad Du'a. hlm. 522, Bakar Abu Zaid; Manasikul Haji Wal Umrah. hlm.54, Syaikh Al Albani.
…17
Sebagaian jama'ah haji menghabiskan waktu mereka pada hari tersebut dengan berebut mengambil shadaqah orang-orang dermawan berupa makanan atau minuman.