Friday, May 22, 2015

Apakah Anda mencintai Al Qur'an

Bismillah Assalamu alaikum

Siapa pun dapat menjawab pertanya ini, “iya saya mencintai Al-Quran”. Benarkah demikian?. Kita mengetahui bahwa fitra manusia saat mencintai sesuatu, pasti ia iringi dengan bukti nyata atas cintanya. Apa bukti kalau kita benar-benar mencintai Al-Quran?.  Apakah jawaban ini sudah kita buktikan?

Contoh kecil, bagaimana kita mencintai Al-Quran sedangkan kita tidak betah dan tidak suka membasahi lidah kita untuk membaca Al-Quran?. Di sisi lain kita bisa berjam-jam dalam bermacam kesibukan yang dapat melalaikan kita dari mengingat Allah ta’ala. Diri kita masing-masing bisa menjawabnya atas realita ini.

Hakikat Cinta Kepada Al-Quran
Bila kita mencintai Al-Quran maka kita bisa ‘bermesaraan’ dengannya, saat membacanya dan merenungi isi dan kandungannya. Bila pemahaman kita terhadap Al-Quran baik, maka anda akan merasakan nikmatnya hidup bersama Al-Quran.
Sebaliknya bila diri kita tidak betah ‘bermesraan’ dengan Al-Quran, berarti kita masih suka menutup diri dari tawaran nikmatnya ‘hidangan’ Al-Quran yang menjadi ‘santapan’ orang shalaih terdahulu hingga saat ini.
Betapa nikmatnya saat berdiri lebih lama dalam shalat untuk membaca Al-Quran. Dalam shalat sunnah, khususnya shalat malam atau shalat tahajjud, siapa pun dapat ‘berdialog’ dengan Allah sepuasnya. Ingatlah ketika Aisyah RA menggambarkan bagaimana keadaan Rasulullah SAW saat shalat malam, kakinya sampai membengkak karena berlama-lama menikmati ‘dialog’ dengan Rabbnya, membaca Al-Quran dalam shalat dalam waktu yang lama.

Menikmati hidangan Al-Quran hanya bisa dirasakan bila kita membuka hati kita untuk menerima semua petunjuk Al-Quran. Sehingga kenikmatan hidup di bawah naungan Al-Quran akan dapat dirasakan.

Perlu diketahui bahwa pada hakikatnya, cinta kepada Al-Quran adalah cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, cinta kepada Al-Quran dan Sunnah Rasul-Nya. Jadi ketika kita mencintai Al-Quran di saat yang sama kita juga mencintai Sunnah Rasulullah SAW, kecintaan yang tidak akan bisa terpisahkan hingga akhir hayat kita. Allahu a’lam.

(Taufik Hamim)