Olahraga adalah suatu aktivitas gerak yang dapat menimbulkan kesehatan bagi pelakunya, oleh karena itu mereka yang berolahraga disebut sebagai olahragawan, atau bahasa kerennya disebut atlet. Dan bagi setiap muslim memang dianjurkan untuk melakukan gerak raga sebagai implementasi sehatnya jiwa. Islam tidak pernah membatasi ruang gerak keduniaan seseorang termasuk olahraga apa yang disarankan. Sekalipun dalam sebuah hadist disebutkan tiga olahraga yang termasuk sunnah diantaranya, berenang, berkuda, dan memanah.
Pesatnya teknologi dari waktu ke waktu menghasilkan banyak temuan baru. Cabang-cabang olahraga baru yang senantiasa keluar terus dan terus diperbaharui secara konsep maupun praktek. Semua mengarah menuju kesempurnaan mekanisme. Baik secara gerak maupun aturan sesuai takaran dan ketetapan. Sehingga menjadikan olahraga suatu hal yang sangat digemari dari masa ke masa, semakin mudah dan santai untuk dinikmati.
Namun terkadang olahraga tak jarang menghasilkan seorang lalai. Terlalu jauh untuk mengatakan lalai terhadap perkara akhirat. Padahal semestinya olahraga tersebut dilaksanakan untuk menyegarkan badan agar kembali fit untuk memulai aktivitas beribadah dalam kesehariannya. Dan pastinya hal ini sangat disayangkan telah menjadi wabah dan demam tersendiri akan olahraga. Seharusnya olahraga bersifat mubah, malah memungkinkan menjadi sesuatu yang diharamkan.
Rumuskan Kembali!
Seorang anak remaja sedang gandrung dengan cabang olahraga terbilang baru yang menguras banyak keringat. Disetiap wilayah sedang santer membuat sebuah stadion atau ruangan khusus tersendiri untuk olahraga tersebut. Bahkan menyambut HUT NKRI yang kesekian kalinya. Olahraga ini sukses menembus proposal RW sebagai salah satu cabang olahraga yang diperlombakan. Orang bilang namanya Futsal.
Nah, sebagai seorang yang berfikir cerdas dan bijaksana. Seharusnya setiap muslim paham secara benar dan tepat tentang olahraga itu sendiri. Bukan malah hidup karena olahraga. Secara tanpa sadar seseorang akan terlupa dengan akhirat karena olahraga ataupun menonton acara pertandingan olahraga. Bahkan tak jarang lho seorang suami meninggalkan kenikmatan dunia bersama istrinya dimalam hari hanya karena sebulan penuh sang suami beraktifitas menonton piala dunia. Bayangkan, jika kenikmatan dunia saja sampai terlupa bagaimanakah halnya dengan kehidupan akhirat yang kekal selamanya. Bayangkan semua kenikmatan dunia terlepas bila berlebihan dalam urusan olahraga ini. Apalagi para penonton cabang olahraga yang dihadirkan secara langsung di arena pertandingannya. Maka hampir semua di gedung tersebut lalai atas agamanya. Kewajiban untuk menunaikan hak Allah tepat pada waktunya terenggut habis, nikmatnya shalat jamaah penuh manfaat terlewat sudah. Sungguh merugi membuang waktu yang takkan mungkin bisa kembali dan berputar lagi. Kemudian Yang perlu digarisbawahi setiap mereka berolahraga pasti memamerkan aurat karena celana mereka di atas lutut, seandainya ada yang memakai celana training atau celana yang di bawah lutut maka tentu itu tidak melanggar syariah
Oleh karena itu hendaklah seseorang mengambil faidah dari apa yang difirmankan oleh Allah selama hidup di dunia dan menyikapinya dalam kehidupan serba sementara ini, kehidupan yang terbatas oleh waktu, ruang, tempat, dan gerak. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka Tidakkah kamu memahaminya?” (QS. Al An’am:32)
Olahraga yang akhirnya membuat lupa para pemuda saat ini sungguh sangat akan membuat mereka yang tidak menyadari nantinya, akan menjadi manusia merugi. Mereka melupakan bahkan meninggalkan hak-hak Allah, meninggalkan kewajiban yang telah Allah berikan bagi setiap hamba, juga menukar agama mereka dengan kehidupan dunia secara cuma-cuma.
“(yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia Telah menipu mereka." Maka pada hari (kiamat) ini, kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat kami.” (QS. Al A’raaf:51).
Oleh karena itu akankah Allah akan menyayangi mereka sedangkan mereka tidak menunaikan hak-hak Allah atas mereka dengan sempurna. Mereka isyraaf (melampaui batas) dalam mengejar ambisi keringatnya, ambisi keahliannya menjadi yang paling ahli dan mumpuni, serta bagi pecandu tontonannya, mereka tidak ingin ketinggalan berita tentang wawasan olahraga dimanapun berada. Hingga tak jarang bacaan dimanapun mereka berada adalah tabloid olahraga sedangkan di inbox hand phone mereka dipenuhi oleh sms berlangganan soal olahraga. Sungguh sangat merugi mereka yang melampaui batas dalam mengejar dunia, bahkan sebaliknya mengurangi urusan antara mereka dengan penciptanya. Apakah mereka sudah siap dengan konsekuensi yang akan diterimanya nanti. Allah Ta’ala berfirman
“Adapun orang yang melampaui batas, Dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, Maka Sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, Maka Sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya).” (QS. An Naziat : 37-41).
Jadi, cermatlah kawan dalam menentukan sebuah orientasi kehidupan. Jangan sampai hawa nafsumu untuk berkeringat hingga mengalahkan cita-cita surga tertinggimu. Surga itu dipenuhi dengan hal-hal yang memang terkadang dibenci oleh diri, tapi yakinlah surga itu ada, dan engkau akan bebas melakukan apapun didalamnya. Tidak salah dengan olahraga asalkan hak-hak yang lain pun engkau penuhi. Jangan sampai keringat engkau terkuras hingga menyebabkan nikmatnya tidur pulas. Dan akhirnya syaithan leluasa mengencingi telingamu untuk bangun beribadah secara berjamaah diwaktu yang sangat di-ijabah setiap doa.
Sahl bin Abdillah berkata, “Lahan maksiat adalah angan-angan. Benihnya adalah ketamakan. Airnya adalah kebodohan, dan pemiliknya adalah kebandelan. Sedangkan lahan ketaatan adalah mengenal Allah Ta’ala. Benihnya adalah yakin. Airnya adalah ilmu, dan pemiliknya adalah orang yang bahagia dan menyerahkan segala urusannya kepada Allah..” (Abu Nu’aim Al Ashfahani, Hilyatul Auliyaa 10/196)
Wallahul musta’an..