Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Dzat yang menciptakan kehidupan dan kematian sebagai ujian bagi manusia. Shalawat dan salam semoga terlimpah selalu atas Hamba dan Kekasih Allah, Rasulullah Muhammad e beserta keluarganya, para sahabatnya dan pengikut setia mereka.
Selama hidupnya, manusia tentu sering berangan-angan. Perbedaan angan-angan tiap orang tergantung pada lingkungan tempat tinggalnya, pola pikir yang ditanamkan orang tua, dan orang-orang sekelilingnya.
Kalau seseorang ditanya: Apa angan-angan anda dalam hidup ini? maka jika ia hidup di antara orang miskin, melihat kemiskinan dengan mata kepala dan merasakan kepedihannya, pasti ia berangan-angan hidup sebagai orang kaya. Ia ingin rumah megah dan kendaraan mewah, pokoknya ia ingin hidup penuh kenikmatan layaknya kebanyakan manusia.
Kalau anda besuk seorang pesakitan yang terbaring di atas kasur, yang tak mampu berkutik dan selalu dibatasi kebebasannya, sampai-sampai tidur dan makan pun tak enak; lalu anda tanyai apa angan-angannya? Pasti ia mengangankan kesembuhan walau harus menebusnya dengan seluruh kekayaan.
Kalau orang-orang kaya ditanya tentang angan-angan mereka, pasti mereka mengangankan untuk lebih kaya lagi, agar mengalahkan si Fulan dan si Fulan. Demikian seterusnya... yang miskin ingin kaya dan yang kaya ingin semakin kaya, angan-angan di dunia memang tak ada batasnya.
Benarlah yang disabdakan Rasulullah saw dalam hadits Anas ra :
لَوْ أَنَّ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيًا مِنْ ذَهَبٍ، أَحَبَّ أَنْ يَكُوْنَ لَهُ وَادِيَانِ، وَلَنْ يَمْلَأَ فَاهُ إِلاَّ التُّرَابُ، وَيَتُوْبُ اللهُ عَلىَ مَنْ تَابَ
“Andai anak Adam diberi emas satu lembah, ia ingin mendapat dua lembah. Tidak ada yang dapat membungkam mulutnya selain tanah, dan Allah mengabulkan taubat hamba-Nya yang bertaubat”[1]. Maksudnya, anak Adam akan selalu tamak terhadap dunia hingga ia binasa dan mulutnya tersumbat tanah pusara.
Meski angan-angan mereka demikian banyak dan beragam, namun semua berusaha mati-matian untuk merubahnya jadi kenyataan.
Memang, boleh jadi Allah memberikan taufik bagi mereka dalam hal ini jika mereka menempuh sebab-sebabnya. Tapi... di sana ada sejumlah orang yang tak mungkin mewujudkan angan-angan mereka dan permintaan mereka tak pernah diperhatikan. Siapakah mereka menurut Anda? Dan mengapa angan-angan mereka tak mungkin terwujud? Dapatkah kita membantu mereka atau mengurangi kesedihan mereka?
Mereka yang angan-angannya tak mungkin terwujud, ialah yang kini terbaring dalam kuburnya. Mereka tertawan oleh amal perbuatan mereka, dan takkan dilepaskan. Merekalah musafir terasing yang tak pernah dinantikan kepulangannya. Merekalah orang-orang yang telah meninggal dunia....
Kiranya apakah yang mereka angan-angankan menurut Anda? Siapa pula menurut Anda yang bisa menceritakan angan-angan mereka kepada kita, setelah komunikasi mereka dengan kita terputus dan mereka tak lagi disebut-sebut?
Marilah kita bercerita sedikit tentang sekelompok manusia yang terlupakan ini. Supaya kita tahu, apa cita-cita mereka yang pandangan matanya terpaku setelah melihat Jannah dan Naar, dan menyaksikan para malaikat Allah 'azza wa jalla . Segala yang ghaib menjadi kasat mata bagi mereka, dan mereka faham akan hakikat dunia dan akhirat. Mereka yakin selama di alam barzakh tersebut, bahwa mereka kelak dibangkitkan di hari yang agung... Kiranya, masihkah mereka ingin kembali ke dunia untuk bersenang-senang dan menikmati kehidupan? Atau menambah kekayaan dan bertamasya?
Sesungguhnya, cita-cita kebanyakan manusia dalam hidupnya tak lebih dari mendapat pekerjaan yang diidamkan, istri yang cantik, kendaraan yang nyaman, rumah yang luas, saham, properti, rekreasi, tamasya, makan-makan, pesta, dst...
Namun mereka yang telah tiada, apa yang mereka inginkan dari dunia yang telah mereka tinggalkan? Dunia yang kini mereka fahami hakikatnya setelah perpisahan abadi dengannya...[2]
Kalau saja mereka dapat berbicara, apa kiranya yang akan mereka katakan...? Apakah pesan-pesan yang ingin mereka sampaikan...? Lantas pelajaran apakah yang bisa kita petik dari ini semua...?
Semuanya akan anda dapatkan dalam lembaran-lembaran berikut. Akan tetapi, sebelum melanjutkan pembicaraan, ada baiknya jika kita berkenalan dengan biang keladi dari ini semua...
Benar, marilah sejenak kita memahami hakikat kematian. Mudah-mudahan dengan memahaminya, akan menyadarkan mereka yang terlena, dan memacu yang sadar agar lebih bertakwa. Allahumma amien...
bersambung...
Ditulis oleh: Sufyan F Baswedan, Lc
[1] HR. Bukhari (6439) dan Muslim (1048).
[2] Disadur dari: Umniyyaatul Mauta hal 1-2, oleh Dr. Muhammad bin Ibrahim An Na’iem dengan sedikit penyesuaian.