Akan sangat indah bila di tengah kaum muslimin terbentuk
semangat itsar (lebih mengutamakan kepentingan orang lain) tanpa pamrih
duniawi apapun saat meringankan beban orang yang kesulitan. Akan sangat indah jika setiap insan muslim sangat akrab dengan sesama muslim,
kendatipun mereka tidak terkait sama sekali dengan hubungan darah,
pekerjaan maupun perniagaan. Akan sangat indah sebuah masyarakat muslim
bila kesombongan, hasad, kebencian telah memudar dari hati mereka dan
tergantikan oleh saling mencintai dan menyayangi sesama mereka serta
menyukai apa yang disukai oleh orang lain.
Menjalin tali persaudaraan dengan sesama
muslim kerap didengungkan oleh banyak pihak, baik dari kalangan
kepartaian, pergerakan atau organisasi sosial lain serta pihak-pihak
yang sangat berkepentingan dengan merapatnya kaum muslimin
sebanyak-banyaknya di pihak mereka. Isu ukhuwah Islamiyah pun digulirkan
untuk berbagai kepentingan duniawi. Ujung-ujungnya dalam konteks
kepartaian misalnya, agar jumlah simpatisan bertambah banyak dan sebagai
dampak ‘positifnya‘ perolehan suarapun kian menggelembung. Otomatis kursi di dewan bertambah pula.
Manakala sasarannya duniawi, maka aturan-aturan syar’ipun kurang diperhatikan. Siapapun boleh bergabung dan berlabuh, demi peningkatan jumlah suara.
Termasuk bagi orang yang beraqidah menyimpang dengan mengatakan alloh
dimana-mana, atau orang yang suka meminta-minta kepada orang yang telah
mati, orang fasik, selebritis, pelaku bid’ah, s emuanya dibukakan pintu
lebar-lebar. Termasuk juga bagi orang kafir sekalipun yang ingkar kepada
Alloh dan Syariat-Nya. Wallohul Musta’an. Itulah gambaran pembentukan
ukhuwah Islamiyah yang carut marut atas dasar semau ane.
Bergaul dengan siapa saja boleh, akan tetapi bagi
yang masih lemah iman dan dangkal keyakinan tidak boleh
berdekat-dekatan dengan orang-orang yang justru akan membahayakan
keyakinannya. Menjalin ukhuwah dengan siapa saja silahkan, namun tidak dengan menggadaikan aturan islam.
Apalagi bila motivasinya sekedar mencari kawan semata, bukan dalam
rangka mendakwahinya atau menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.
Rosululloh menceritakan betapa ukhuwah
yang berlandaskan cinta dan benci karena Alloh, tanpa pamrih duniawi
apapun akan menghasilkan kecintaan Alloh bagi seorang muslim.
Dari Abu Hurairoh, Rosululloh bersabda :
Ada
seorang lelaki mengunjungi kawannya di kampung lain. Kemudian Alloh
mengutus malaikat untuk mengintai perjalanannya. Malaikat itu
mendatanginya lalu berkata: “Kemana engkau akan pergi ?” Ia menjawab
“Saya ingin mengunjungi saudaraku di kampung ini” Sang Malaikat
bertanya: “Apakah ada tanggungan yang mesti engkau bayarkan kepadanya ?”
Ia menjawab: “tidak. Saya mengunjungi Tiada lain karena aku
mencintainya karena Alloh.” Sang Malaikat kemudian mengatakan:
“Sesungguhnya aku ini utusan Alloh, ingin mengabarkan bahwa Alloh telah
mencintaimu sebagaimana engkau mencintai orang itu karena-Nya.”
[HR. MUSLIM NO. 4656]