Pertanyaan :
Apa peran pemuda muslim dalam membangun masyarakat dan umat islam? Perlu di catat bahwa Al-Quran yang Mulia menyebutkan pemuda di banyak tempat.
Allah berfirman (yang artinya), ‘Mereka mengatakan, kami mendengar seorang pemuda, mereka menyebutkan dikatakan (namanya adalah) Ibrohim’ SQ. Al-Anbiya: 60. Begitu juga dalam sunnah yang shoheh. Apa nasehat anda untuk para pemuda di seluruh dunia, terhadap agama, masyarakat dan umatnya? Semoga Allah membalas kebaikan anda.
Allah berfirman (yang artinya), ‘Mereka mengatakan, kami mendengar seorang pemuda, mereka menyebutkan dikatakan (namanya adalah) Ibrohim’ SQ. Al-Anbiya: 60. Begitu juga dalam sunnah yang shoheh. Apa nasehat anda untuk para pemuda di seluruh dunia, terhadap agama, masyarakat dan umatnya? Semoga Allah membalas kebaikan anda.
Jawaban :
Alhamdulillah
Pertama, Syekh Abdul aziz bin Baz rahimahullah berkata: ‘Para pemuda pada setiap umat, mereka adalah tulang punggung yang membentuk unsur pergerakan dan dinamisasi. Dikarenakan dia mempunyai kekuatan yang produktif, kontribusi yang terus menerus. Dan suatu umat tidak runtuh –seringkali – kecuali ada di pundak para pemuda yang punya kepedulian dan semangat menggelora. Musuh-musuh Islam telah mengetahui hakekat ini, maka mereka secepat mungkin membuat rintangan di jalannya atau merubah cara pandang (hidupnya). Baik dengan memisahkan dari agama atau menjauhkan dari kedekatan mereka diantara ulama’. Dan pendapat yang benar di umatnya atau dengan memberikan label yang membuat mereka lari atau dengan memberi sifat yang tidak benar. Mengkaburkan image yang Allah terangi pandangan mereka dalam masyarakatnya atau membuat profokasi (buruk) dari sebagian pemerintahan.’ Fatawa Syekh Ibnu Baz, 2/365.
Kedua, dari penjelasan tadi bahwa pemuda Islam mempunyai peran yang penting, kegiatan yang sangat strategis untuk membangkitkan dirinya dari apa yang diinginkan kepadanya agar menjadi penjaga agama terhadap apa yang hampir (mengenai kepadanya).
Mungkin bisa kita ringkas peran itu, kegiatan itu adalah sebagai berikut:
Pertama : Ilmu Agama
Allah berfirman,
هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الأَلْبَابِ
“Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” SQ. Az-Zumar: 9.
Nabi sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
طَلَبُ العِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَىْ كُلِّ مُسْلِمٍ
‘Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim.’ HR. Ibnu Majah dan ia hadits hasan.
Maka ilmu agama ada wajib bagi setiap muslim, tidak mungkin orang bodoh memahami agamanya. Tidak mungkin membela dalam perkumpulan-perkumpulan dan milis-milis. Sementara orang bodoh, umat, kota, desa begitu juga keluarganya tidak dapat mengambil faedah darinya. Oleh karena itu bagi para pemuda, hendaklah bersegera (untuk mendatangi) halqah ilmu di masjid-masjid, markaz Islam. Dan menyingsingkan lengan baju waktu kosongnya untuk menghafal Al-Qur’an dan membaca buku-buku.
Berdakwah kepada Allah dan mengajarkan orang-orang
Allah berfirman,
( وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ) آل عمران/104
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” SQ. Ali Imroh: 104.
Berdakwah dan mengajarkan adalah zakatnya ilmu. Maka wajib bagi orang yang menuntut ilmu agama untuk menyampaikan kepada yang lainnya, dan memberikan saham agar dapat memberikan hidayah orang kafir masuk Islam serta memberikan hidayah orang yang berbuat kemaksiatan menuju istiqamah (dalam beragama).
Sabar atas gangguan orang
Allah berfirman –lewat nasehat Luqman ketika menasehati anaknya,
( يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الأُمُورِ ) لقمان/ 17 .
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). SQ. Luqman: 17.
Merupakan suatu keniscayaan – seringkali – seorang dai ditimpa gangguan perkataaan atau perbuatan. Hal itu jangan sampai menjadi penghalang dalam melanjutkan dakwah kepada Allah. Agar diketahui bahwa para Nabi dan para utusan telah menimpah kepada mereka hal serupa sangat banyak sekali, sementara dia tetap berjalan dalam petunjuk dan jalannya, maka hendaklah bersabar dan mengharap (pahala).
Mentaati perintah dan menjauhi larangan
Pemuda muslim adalah yang taat kepada Tuhannya Ta’ala. Tidak mendengar perintah agama, melainkan dia yang pertama kali melaskanakannya. Dan tidak juga larangan melainkan dia yang pertama kali menjauhinya. Layak bagi pemuda semacam ini mendapatkan pahala di hari kiamat di bawah naungan Arsy Tuhannya. Diwaktu matahari sangat dekat panasnya di atas kepada orang-orang. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu dari Nabi sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
( سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لا ظِلَّ إِلا ظِلُّهُ : الإِمَامُ الْعَادِلُ ، وَشَابٌّ نَشَأ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ … ) متفق عليه .
“Tujuh (golongan) yang Allah naungi di hari yang tidak ada naungan melainkan naungan dariNya, Imam yang adil, pemuda yang tumbuh dengan ketaatan kepada Tuhannya..” HR. Muttafaq’alaihi.
Penyucian diri
Diantara kebutuhan pemuda muslim, dan kita harus memberi nasehat kepadanya, hendaknya menjadikan dirinya mempunyai waktu untuk penyucian (jiwa). Sehingga dirinya lebih semangat untuk mendidik dalam melaksanakan ibadah-ibadah sunnah yang mudah untuk dilaksanakannya seperti qiyamul lail, puasa di hari-hari utama, membaca wirid dan zikir harian. Ini adalah bekal pemuda agar tetap konsisten dalam jalan hidayah. Disertai komitmen sabar dari sesuatu yang diharamkan, menjaga pendengaran dari kemungkaran. Begitu juga anggota tubuh lainnya terjaga dari terjerumus apa yang menjadi marah Tuhannya dan tidak rela darinya.
Diantara yang selayaknya dijaga oleh pemuda muslim pada masalah ini adalah menjaga diri, sebagai realisasi dari wasiat Nabawi dari Nabi sallallahu’alaihi wa sallam ketika berujar kepada pemuda:
( يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنْ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ ) متفق عليه
“Wahai para pemuda, barangsiapa diantara kamu semua yang mampu (menikah), maka menikahlah. Karena hal itu lebih dapat menahan pandangan dan menjaga kemaluan. Barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah dia berpuasa, karena hal itu sebagai perisai.’ HR. Muttafaq’alaihi.
Kata ‘Al-Baah’ adalah kemampuan biaya pernikahan diantaranya mahar dan nafkah. Dan kata ‘Al-Wija’ adalah perisai, karena puasa dapat melemahkan gejolak nafsu.
Berkumpul di sekitar para ulama yang terpercaya
Allah berfirman,
( وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيلًا ) النساء/ 83
“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).” SQ. An-Nisaa: 83.
Pemuda muslim jangan mengikuti perasaan dan semangatnya. Akan tetapi berjalan sesuai dengan jalan hidayah atas arahan para ulama’ terpercaya, para pakar yang mempunyai ilmu luas, pengalaman yang bermanfaat. Sehingga mengikuti jalan sesuai dengan nasehatnya, bekerja atas musyawarah darinya. Diharapkan hal itu lebih banyak bermanfaat untuk umat dan agamanya. Hal itu lebih terjaga dari propaganda membelokkan risalah kebenaran yang ditujukan kepada para pemuda dan (dapat) menyebarkan cahaya (kebenaran) di muka bumi.
Hendaknya menjadi contoh bagi orang-orang.
Ini adalah kondisi pencari ilmu, para dai kepada Allah. Maka pemuda muslim yang mengajarkan manusia dan mendakwahkan. Hendaklah jangan menyalahi perbuatan dari ucapannya. Bahkan dia selayaknya berakhlak mulia yang dia serukan. Melaksanakan ketaatan yang dia anjurkan kepada orang-orang. Dia sebagai contoh orang lain dalam (mengemban) amanah, istiqomah, kejujuran, menjaga diri dan akhlak wajib serta akhlak mulia lainnya.
Bangga dengan agamanya dan tidak mengikuti orang-orang kafir.
Allah berfirman dalam poin ini dan sebelumnya,
( قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاء أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ ) إلى قوله تعالى : ( لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيهِمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَمَن يَتَوَلَّ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ ) الممتحنة/ 4 – 6
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: “Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah.” (Ibrahim berkata): “Ya Tuhan kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari Kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha kaya lagi Maha Terpuji.” SQ. Al-Mumtahanah: 4-6.
Kebanyakan yang kami lihat kelompok yang mengikuti orang kafir dalam pakaian, penampilan dan gerakannya adalah kelompok para pemuda. Sangat disayangkan. Oleh karena itu, peran penting bagi pemuda Islam adalah hendaklah dia bangga dengan agamanya. Tidak malu menampakkan syiar-syiar (agama). Tidak pura-pura ketika menunaikan ibadak kepada Penciptanya. Hal itu dapat membuat benci di hati orang-orang kafir. Prilakunya jangan menyerupai penampilan, begitu juga dalam pakaiannya. Hal itu menjadi panutan bagi para pemuda lain yang hanya ikut-ikutan budaya jelek barat yang kafir.
Berjihad dan mendermakan jiwa di jalan Allah
Umat Islam membutuhkan kekuatan pemuda Islam, oleh karena itu pemuda mengerahkan dirinya dengan mudah di jalanNYa untuk mengagungkan agamaNya. Ketika orang kafir menyerang negara Islam, maka secepat (mungkin) mempertahankan dan membela kehormatan umat Islam. Ketika keluarga dirampas, maka dia melindungi dan menjaganya. Dia dalam setiap kondisi sebagai tentara Islam. Dia terlihat dimana saja ketika dibutuhkan aktifitas dan kekuatannya. Sehingga dia dermakan dengan murah kepada Tuhannya Ta’ala. Teladanya akan hal itu adalah pemuda muslim dari kalangan para shahabat yang mulia. Seperti Ali bin Abi Tholib yang tidur di ranjang Nabi sallallahu’alaihi wa sallam di malam hijrahnya. Abdullah bin Abu Bakar radhiallahu’anhu dimana beliau mencari kabar Quraisy dan memberitahukan kepada Nabi sallallahu’alaih wa sallam dan Abu Bakar radhillahu’anhu. Seperti Usamah bin Zaid radhiallahu’anhuma ketika memimpin pasukan di dalamnya ada para shahabat senior radhiallahu’anhum.
Kami memohon kepada Allah agar memperbaiki kondisi umat Islam, dan menunjukkan para pemudanya untuk beraktifitas mendapatkan keredoan Tuhannya dan menjadikan sebagai petunjuk yang menerangi (jalan kebenaran).
Wallahu’alam .