Thursday, February 26, 2015

Bidah dari Perayaan Maulid Nabi

Bidah dari Perayaan Maulid Nabi


Telah tersebar bukti dari Al-Qur'an dan Al-Hadits tentang perayaan maulid Nabi yang ditulis oleh Syaikh Hisyam Kabbani. Di antara buktinya adalah firman Allah, "Katakanlah kepada mereka, 'Jika kalian mencintai Allah, ikutilah (dan cintai dan hormatilah) aku, niscaya Allah akan mencintai kalian." (Al-Imran: 31). 
Menurut beliau memperingati hari kelahiran Nabi atau mauludan didorong oleh perintah mencintai, menaati dan mengikuti contoh beliau, dan juga disebutkan bukti-bukti yang lain.

Jawab: Syaikh Muhammad Hisyaam Kabbaani adalah seorang penganut thariqat shufiyyah yang senang dengan kebid'ahan maupun perbuatan syirik. Maka tak aneh jika beliau menganjurkan kaum Muslimin untuk mauludan atas nama "cinta palsu" kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa alihi wasallam.

Semua bukti yang disebutkan oleh Syaikh Hisyaam tak lebih dari sekedar dalih pembenaran atas keyakinan bid'ahnya itu. Dan hal itu bukan tergolong dalil syar'i yang menjadi landasan dalam beragama menurut kaidah-kaidah ilmiyyah yang berlaku di kalangan ahli fiqh dan ahli hadits

Terlepas dari itu semua, para ahli sejarah telah memastikan secara ilmiyyah sebagaimana dalam kitab "Al-Ibdaa' Fi Mudhaaril Ibtidaa'", "Bahwa maulid Nabi pertama kali baru diadakan oleh daulah Syi'ah Faathimiyyah pada abad ke 4 hijriyyah. Mereka tidak hanya membikin perayaan maulid Nabi, tapi juga maulid 'Ali, Faathimah, Al-Hasan, Al-Husain, dan maulid para raja yang berkuasa saat itu". Maka ritual maulid sesungguhnya tidak pernah dikenal oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, para shahabat, taabi'iin dan taabi'it taabi'iin termasuk imam madzhab yang empat. Maka jika amalan itu baik, tentunya para shahabat Nabi telah mendahului kita dalam bersemangat merayakannya.

Tidak syak lagi bahwa para shahabat adalah pihak yang paling mencintai, meneladani dan mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa alihi wasallam, akan tetapi mereka sama sekali tidak pernah merayakan maulid Nabi sepeninggal beliau. Apakah kita lebih besar dan lebih murni cintanya kepada Nabi ketimbang para shahabatnya? Silakan dijawab sendiri.

Adapun ayat 31 dari surat Al-Imraan itu justru sebagai bukti nyata bahwa orang-orang yang merayakan maulid adalah orang-orang yang tidak mencintai Allah, karena mereka tidak mengikuti cara Nabi dan para shahabatnya dalam menghormati dan mencintai beliau.

Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri ketika menyinggung ayat tersebut mengatakan, "Urusannya bukan bagaimana engkau menyinta (yakni mengaku cinta kepada Allah), akan tetapi bagaimana supaya engkau dicinta (oleh Allah)."

Walhasil cinta kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa alihi wasallam haruslah dengan cara yang diridhai oleh beliau. Sedangkan pihak yang paling mengerti bagaimana cara mencintai dan menghormati beliau hanyalah para shahabatnya. Maka semua orang boleh saja mengaku sebagai kekasihnya si Laila, namun apa boleh buat jika ternyata si Laila sama sekali tidak mau mengakuinya. Wa billaahit tawfiiq.