Sunday, January 6, 2019

TAFSIR SURAT AL GHASYIYAH

Bismillah Assalamu Alaikum

TAFSIR SURAT AL GHASYIYAH
بِسْــــــــمِ اللَّــــــــهِ الرَّحْمَــــــــنِ الرَّحِيــــــــمِ
هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ (1) وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ (2) عَامِلَةٌ نَاصِبَةٌ (3) تَصْلَى نَارًا حَامِيَةً (4) تُسْقَى مِنْ عَيْنٍ آنِيَةٍ (5) لَيْسَ لَهُمْ طَعَامٌ إِلَّا مِنْ ضَرِيعٍ (6) لَا يُسْمِنُ وَلَا يُغْنِي مِنْ جُوعٍ (7) وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاعِمَةٌ (8) لِسَعْيِهَا رَاضِيَةٌ (9) فِي جَنَّةٍ عَالِيَةٍ (10) لَا تَسْمَعُ فِيهَا لَاغِيَةً (11) فِيهَا عَيْنٌ جَارِيَةٌ (12) فِيهَا سُرُرٌ مَرْفُوعَةٌ (13) وَأَكْوَابٌ مَوْضُوعَةٌ (14) وَنَمَارِقُ مَصْفُوفَةٌ (15) وَزَرَابِيُّ مَبْثُوثَةٌ (16) أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ (17) وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ (18) وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ (19) وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ (20) فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنْتَ مُذَكِّرٌ (21) لَسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُصَيْطِرٍ (22) إِلَّا مَنْ تَوَلَّى وَكَفَرَ (23) فَيُعَذِّبُهُ اللَّهُ الْعَذَابَ الْأَكْبَرَ (24) إِنَّ إِلَيْنَا إِيَابَهُمْ (25) ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُمْ (26)
(yang artinya): "Sudah datangkah kepadamu berita (tentang) hari pembalasan (hari kiamat) (1)? Banyak muka pada hari itu tunduk terhina (2), bekerja keras lagi kepayahan (3), memasuki api yang sangat panas (neraka) (4), diberi minum dari sumber yang sangat panas (5). Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon yang berduri (6), yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar (7). Banyak (pula) muka pada hari itu berseri-seri (8), merasa senang karena usahanya (9), dalam surga yang tinggi (10), tidak kamu dengar di dalamnya perkataan yang tidak berguna (11). Di dalamnya ada mata air yang mengalir (12). Di dalamnya ada dipan-dipan yang ditinggikan (13), dan gelas-gelas yang terletak (di dekatnya) (14), dan bantal-bantal sandaran yang tersusun (15), dan permadani-permadani yang terhampar (16). Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana diciptakan (17)? dan langit bagaimana ditinggikan (18)? Dan gunung-gunung bagaimana ditegakkan (19)? Dan bumi bagaimana dihamparkan (20)? Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya engkau (Muhammad) hanyalah orang yang memberi peringatan (21). Engkau bukanlah orang yang berkuasa atas mereka (22), tetapi orang yang berpaling dan kafir (23), maka Allah akan mengazabnya dengan azab yang besar (24). Sesungguhnya kepada Kamilah mereka kembali (25), kemudian sesungguhnya kewajiban Kamilah menghisab (membuat perhitungan) atas mereka (26)." [QS. Al Ghasyiyah: 1-26]

TAFSIR AYAT PERTAMA
{هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ}
1. Sudah datangkah kepadamu berita (tentang) hari pembalasan (hari kiamat)?
Al-Ghasyiyah salah satu nama lain dari hari kiamat —menurut Ibnu Abbas, Qatadah, dan Ibnu Zaid— karena hari kiamat menutupi semua manusia dan meliputi mereka semuanya. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad At-Tanafisi, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Iyasy, dari Abu Ishaq, dari Amr ibnu Maimun, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam melewati seorang wanita yang sedang membaca firman-Nya: Sudah datangkah kepadamu berita (tentang) hari pembalasan? (QS. Al-Ghasyiyah: 1) Maka beliau bangkit dan mendengarkannya serta menjawab: Benar, telah datang kepadaku (beritanya).

TAFSIR AYAT KEDUA
{وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ}
2. Banyak muka pada hari itu tunduk terhina.
Yang dimaksud dengan khusuk di sini adalah terhina, menurut Qatadah. Juga dikatakan oleh Ibnu Abbas, bahwa wajah-wajah tersebut tunduk terhina karena amal perbuatannya tidak bermanfaat bagi dirinya. (Tidak bermanfaat amalnya karena tidak beriman,-pent)

TAFSIR AYAT KETIGA
{عَامِلَةٌ نَاصِبَةٌ}
3. Bekerja keras lagi kepayahan.
Yakni mereka telah banyak melakukan kerja keras yang memayahkan diri mereka, tetapi pada akhirnya di hari kiamat mereka dimasukkan ke dalam neraka yang amat panas.
Telah diriwayatkan dari Ikrimah dan As-Saddi, bahwa makna yang dimaksud ialah bekerja keras di dunia melakukan perbuatan-perbuatan maksiat, dan kepayahan di dalam neraka karena azab dan siksaan yang membinasakan.

TAFSIR AYAT KEEMPAT
{تَصْلَى نَارًا حَامِيَة}
4. Memasuki api yang sangat panas (neraka).
Ibnu Abbas, Al-Hasan, dan Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: memasuki api yang sangat panas (neraka). (QS. Al-Ghasyiyah: 4) Artinya, yang panasnya tak terperikan. ً

TAFSIR AYAT KELIMA
{تُسْقَى مِنْ عَيْنٍ آنِيَةٍ }
5. Diberi minum dari sumber yang sangat panas.
Yang panasnya tak terkira dan titik didihnya melebihi puncaknya sampai tingkatan yang tak terbatas; demikianlah menurut apa yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Al-Hasan, dan As-Saddi.

TAFSIR AYAT KEENAM
{لَيْسَ لَهُمْ طَعَامٌ إِلا مِنْ ضَرِيعٍ}
6. Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon yang berduri.
Ali ibnu abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa dari' artinya sebuah pohon dari api.
Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa dari" adalah nama lain dari Zaqqum (sebuah pohon yang ada di dalam neraka); tetapi menurut riwayat lain yang juga bersumber darinya, dari' adalah batu yang ada di dalam neraka.
Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Abul Jauza, dan Qatadah mengatakan bahwa dari' adalah sejenis pohon yang disebut syabraq.
Sa'id telah meriwayatkan dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon yang berduri. (QS. Al-Ghasyiyah: 6) Ini merupakan makanan yang paling buruk, paling kotor, dan paling menjijikkan.

TAFSIR AYAT KETUJUH
{لَا يُسْمِنُ وَلا يُغْنِي مِنْ جُوعٍ}
7. Yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar.
Yaitu tidak dapat memenuhi tujuan dan tidak dapat pula menolak hal yang tidak diinginkan.

TAFSIR AYAT KEDELAPAN
Setelah menyebutkan keadaan orang-orang yang celaka, lalu diiringi dengan penyebutan keadaan orang-orang yang berbahagia; untuk itu Allah Subhanahu Wata'ala berfirman:
{وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاعِمَة}
8. Banyak (pula) muka pada hari itu berseri-seri.
{وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ}
Banyak (pula) muka pada hari itu. (QS. Al-Ghasyiyah: 8)
Yakni di hari kiamat.
{نَّاعِمَةٌ}
berseri-seri. (QS. Al-Ghasyiyah: 8)
Maksudnya, diketahui kehidupannya yang senang melalui wajah mereka, dan sesungguhnya hal itu diperoleh mereka tiada lain berkat usaha mereka di masa lalu.

TAFSIR AYAT KESEMBILAN
{لِسَعْيِهَا رَاضِيَةٌ}
9. Merasa senang karena usahanya.
Yaitu merasa puas dengan amal perbuatannya di masa lalu.

TAFSIR AYAT KESEPULUH
{فِي جَنَّةٍ عَالِيَةٍ}
10. Dalam surga yang tinggi.
Yakni yang tinggi lagi mewah berada di gedung-gedung yang megah dalam keadaan aman sentosa dan sejahtera.

TAFSIR AYAT KESEBELAS
{لَا تَسْمَعُ فِيهَا لاغِيَةً}
11. Tidak kamu dengar di dalamnya perkataan yang tidak berguna.
Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
لَا يَسْمَعُونَ فِيها لَغْواً وَلا تَأْثِيماً إِلَّا قِيلًا سَلاماً سَلاماً
Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa, akan tetapi mereka mendengar ucapan salam. [QS. Al-Waqi'ah: 25-26]

TAFSIR AYAT KEDUA BELAS
{فِيهَا عَيْنٌ جَارِيَةٌ}
12. Di dalamnya ada mata air yang mengalir.
Maksudnya, yang mengalir dengan bebas. Ini merupakan ungkapan nakirah dalam konteks isbat, dan makna yang dimaksud bukanlah satu mata air, melainkan ini adalah isim jinis yang artinya di dalam surga-surga itu terdapat banyak mata air yang mengalir.
Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa dibacakan kepada Ar-Rabi' ibnu Sulaiman, bahwa telah menceritakan kepada kami Asad ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Ibnu Sauban, dari Ata ibnu Qurrah, dari Abdullah ibnu Damrah, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda: Sungai-sungai di surga bersumber dari bawah jurang, atau dari bawah gunung-gunung kesturi.

TAFSIR AYAT KETIGA BELAS
{فِيهَا سُرُرٌ مَرْفُوعَةٌ}
13. Di dalamnya ada dipan-dipan yang ditinggikan.
Yang tinggi lagi empuk, banyak hamparannya dan tebal-tebal, di atasnya terdapat banyak bidadari yang bermata jeli. Para ulama mengatakan bahwa apabila kekasih Allah hendak duduk di atas dipan yang tinggi-tinggi itu, maka dipan-dipan itu merendah untuknya.

TAFSIR AYAT KEEMPAT BELAS
{وَأَكْوَابٌ مَوْضُوعَةٌ}
14. Dan gelas-gelas yang terletak (di dekatnya).
Yakni gelas-gelas minum yang disediakan bagi para pemiliknya yang hendak minum dengannya.

TAFSIR AYAT KELIMA BELAS
{وَنَمَارِقُ مَصْفُوفَةٌ}
15. Dan bantal-bantal sandaran yang tersusun.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah bantal-bantal; hal yang sama dikatakan pula oleh Ikrimah, Qatadah, Ad-Dahhak,. As-Saddi, Ats-Tsauri dan lain-lainnya.

TAFSIR AYAT KEENAM BELAS
{وَزَرَابِيُّ مَبْثُوثَةٌ}
16. Dan permadani-permadani yang terhampar.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah permadani-permadani. Hal yang sama dikatakan oleh Ad-Dahhak dan selainnya yang bukan hanya seorang. Makna mabsusah ialah yang digelar di mana-mana bagi orang yang hendak duduk di mana pun yang dikehendakinya.
Dari Sulaiman ibnu Musa, telah menceritakan kepadaku Kuraib; ia pernah mendengar Usamah ibnu Zaid mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda: Ingatlah, adakah orang yang mau berupaya keras meraih surga, karena sesungguhnya surga itu keindahannya tidak tergambarkan. Surga itu, demi Tuhan Yang memillki Ka'bah, merupakan nur yang berkilauan. keharumannya semerbak menggugah hati, gedung-gedungnya kokoh lagi tinggi-tinggi, sungai-sungainya mengalir, buah-buahnya masak-masak, istri-istrinya cantik-cantik lagi jelita, pakaian-pakaiannya banyak berlimpah, tempat tinggal yang abadi di negeri yang sejahtera, dipenuhi dengan buah-buahan dan hijau-hijauan, pakaian-pakaian sutra yang mewah lagi lembut di gedun-gedung yang tinggi lagi megah? Para sahabat berkata, "Benar, wahai Rasulullah, kamilah orang-orang yang berupaya keras untuk meraihnya." Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda.”Katakanlah olehmu, 'Insya Allah'.'" Maka mereka mengucapkan, "Insya Allah" [HR. Ibnu Majah]

TAFSIR AYAT KETUJUH BELAS
Allah Subhanahu Wata'ala, memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk memperhatikan makhluk-makhluk-Nya yang menunjukkan akan kekuasaan dan kebesaran-Nya.
{أَفَلا يَنْظُرُونَ إِلَى الإبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ}
17. Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana diciptakan?
Karena sesungguhnya unta itu hewan yang menakjubkan dan bentuknya aneh. Ia sangat kuat dan keras, tetapi sekalipun demikian ia jinak untuk angkutan yang berat dan tunduk pada penuntun (pengendali) yang lemah. Dagingnya dapat dimakan, bulunya dapat dimanfaatkan, dan air susunya dapat diminum. Disebutkan unta secara khusus karena kebanyakan orang-orang Arab memakai unta sebagai hewan kendaraan.


TAFSIR AYAT KEDELAPAN BELAS
{وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ}
18. Dan langit bagaimana ditinggikan?
Disebutkan bahwa Syuraih Al-Qadi pernah mengatakan, "Marilah kita keluar untuk melihat unta bagaimana ia diciptakan, dan bagaimana langit ditinggikan. Yakni bagaimana Allah Subhanahu Wata'ala meninggikannya dari bumi dengan ketinggian yang tak terperikan ini," sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
أَفَلَمْ يَنْظُرُوا إِلَى السَّماءِ فَوْقَهُمْ كَيْفَ بَنَيْناها وَزَيَّنَّاها وَما لَها مِنْ فُرُوجٍ
Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikit pun? [QS. Qaf: 6]

TAFSIR AYAT KESEMBILAN BELAS
{وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ}
19. Dan gunung-gunung bagaimana ditegakkan?
Yakni dijadikan tegak dan berdiri kokoh untuk menjadi penyeimbang agar bumi diam dan tidak mengguncangkan para penduduknya, kemudian Allah Subhanahu Wata'ala menjadikan padanya banyak manfaat dan bahan-bahan mineral yang terkandung di dalamnya.

TAFSIR AYAT KEDUAPULUH
{وَإِلَى الأرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ}
20. Dan bumi bagaimana dihamparkan?
Yaitu dihamparkan, digelarkan, dan dijadikan sebagai tempat yang layak untuk dihuni. Dan seorang Badui (kampung) dengan kecerdikan akalnya dapat menyimpulkan melalui pemandangan yang disaksikan oleh mata kepalanya sendiri, yaitu unta kendaraannya, langit yang ada di atasnya, gunung-gunung yang terpampang di hadapannya, dan bumi yang menjadi tempat berpijaknya, bahwa terciptanya semuanya itu berkat kekuasaan Penciptanya. Dia tiada lain adalah Tuhan Yang Mahabesar, Yang Maha Pencipta, Yang Menguasai, dan Yang mengatur semuanya. Dan bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah Ta'ala.
Dari Anas yang telah mengatakan bahwa dahulu kami dilarang mengajukan pertanyaan mengenai sesuatu masalah kepada Rasulullah Saw Shallallahu 'alaihi wasallam Maka kala itu kami sangat senang bila datang seorang lelaki Badui yang cerdas, lalu menanyakan kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam beberapa masalah, maka kami mendengarkannya. Kemudian datanglah seorang lelaki Badui, lalu bertanya, "Wahai Muhammad, sesungguhnya telah datang kepada kami utusanmu dan mengatakan kepada kami bahwa sesungguhnya engkau adalah utusan Allah?" Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam menjawab "Benar." Maka lelaki Badui itu bertanya, "Lalu siapakah yang menciptakan langit?" Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, "Allah." Lelaki itu bertanya, "Siapakah yang menciptakan bumi?" Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, "Allah." Lelaki itu bertanya, "Siapakah yang memancangkan gunung-gunung ini dan yang menciptakan segala sesuatu yang ada padanya?" Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, "Allah." Lelaki Badui itu bertanya, "Maka demi Tuhan Yang telah menciptakan langit, bumi, dan Yang telah memancangkan gunung-gunung ini, apakah benar Allah telah mengutusmu?" Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, "Benar." Lelaki itu bertanya, "Utusanmu mengira bahwa diwajibkan atas kami mengerjakan sholat lima waktu setiap harinya?" Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam Menjawab, ”Benar." Lelaki itu bertanya, "Maka demi Tuhan Yang telah mengutusmu, apakah Allah telah memerintahkan demikian kepadamu?" Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, "Ya." Lelaki itu bertanya, "Dan utusanmu mengira bahwa kami diwajibkan membayar zakat harta benda kami?" Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam manjawab, "Benar." Lelaki itu bertanya, "Maka demi Tuhan Yang telah mengutusmu, apakah Allah yang memerintahkan demikian kepadamu?" Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, "Ya." Lelaki Badui itu bertanya, "Dan utusanmu mengira bahwa diwajibkan atas kami berhaji ke Baitullah bagi yang mampu mengadakan perjalanannya?" Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, "Benar." Kemudian lelaki Badui itu pergi dan berkata, "Demi Tuhan Yang telah mengutusmu dengan membawa kebenaran, aku tidak akan menambahi sesuatu pun dari hal tersebut dan tidak pula menguranginya barang sedikit pun." Maka Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Jika dia benar, niscaya dia masuk surga. [HR. Muslim]
Seorang muslim (yang mengamalkan rukun Iman & rukun Islam dengan baik) akan masuk surga jika melakukan yang sesuai hadis diatas. Namun demikian, kita tidak dapat memastikan apakah amalan wajib kita diterima Allah Ta'ala atau tidak. Oleh karena itu, kita tetap perlu melakukan amalan sunnah untuk melengkapi kekurangan amalan wajib kita. Mari terus melakukan amalan wajib, meninggalkan yang haram, berusaha melakukan yang sunnah, dan berusaha meninggalkan yang makruh.

TAFSIR AYAT KEDUAPULUH SATU & KEDUAPULUH DUA
{فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنْتَ مُذَكِّرٌ (21) لَسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُصَيْطِرٍ (22)}
21. Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya engkau (Muhammad) hanyalah orang yang memberi peringatan. 22. Engkau bukanlah orang yang berkuasa atas mereka.
Wahai Muhammad, berilah manusia peringatan dengan apa yang engkau diutus kepada mereka untuk menyampaikannya. Dalam ayat lain disebutkan:
فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلَاغُ وَعَلَيْنَا الْحِسَابُ
sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedangkan Kamilah yang menghisab amalan mereka. [QS. Ar-Ra'd: 40]
Karena itulah maka disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya:
{لَسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُسَيْطِرٍ}
Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. (QS. Al-Ghasyiyah: 22)
Ibnu Abbas dan Mujahid serta selain keduanya mengatakan bahwa makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:
وَما أَنْتَ عَلَيْهِمْ بِجَبَّارٍ
dan kamu sekali-kali bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka. [QS. Qaf: 45]
Yakni kamu bukanlah orang yang dapat menciptakan iman di dalam hati mereka.

TAFSIR AYAT KEDUAPULUH TIGA
{إِلا مَنْ تَوَلَّى وَكَفَرَ}
23. Tetapi orang yang berpaling dan kafir.
Yaitu berpaling, tidak mau mengamalkan rukun-rukunnya; kafir hatinya dan juga lisannya terhadap perkara yang hak. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
فَلا صَدَّقَ وَلا صَلَّى وَلكِنْ كَذَّبَ وَتَوَلَّى
Dia tidak mau membenarkan (Rasul dan AL-Qur'an) dan tidak mau mengerjakan sholat, tetapi ia mendustakan (Rasul) dan berpaling (dari kebenaran). [QS. Al-Qiyamah: 31-32]

TAFSIR AYAT KEDUAPULUH EMPAT
{فَيُعَذِّبُهُ اللَّهُ الْعَذَابَ الأكْبَرَ}
24. Maka Allah akan mengazabnya dengan azab yang besar.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Lais, dari Sa'id ibnu Abu Hilal, dari Ali ibnu Khalid, bahwa Abu Umamah Al-Bahili bersua dengan Khalid ibnu Yazid ibnu Mu'awiyah; maka Khalid bertanya kepadanya tentang kalimat yang paling lembut yang pernah ia dengar dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam Abu Umamah menjawab, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Ingatlah, kamu semuanya masuk surga kecuali orang yang membangkang terhadap Allah, seperti unta yang membangkang terhadap pemiliknya.

TAFSIR AYAT KEDUAPULUH LIMA
{إِنَّ إِلَيْنَا إِيَابَهُمْ}
25. Sesungguhnya kepada Kamilah mereka kembali.
Yakni kembali dan berpulangnya mereka.

TAFSIR AYAT KEDUAPULUH 6
{ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُمْ}
26. Kemudian sesungguhnya kewajiban Kamilah menghisab (membuat perhitungan) atas mereka.
Kami akan melakukan perhitungan terhadap amal perbuatan yang telah mereka kerjakan, dan Kami akan membalaskannya kepada mereka; jika amalnya baik, maka balasannya baik; dan jika amalnya buruk, maka balasannya buruk pula.
Demikianlah akhir tafsir surat Al-Ghasyiyah dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah Ta'ala atas segala karunia-Nya.
REFERENSI:
Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir.
Allahu a'lam