Sunday, November 25, 2018

Ikhlas – Jiwa dari Ibadah

 Ikhlas – Jiwa dari Ibadah
Bismillah Assalamu alaikum
 Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu seraya berkata: “Marilah ke sini.” Yusuf berkata: “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.” Sesungguhnya orang-orang yang dzalim tidak akan beruntung. [QS. Yusuf : 23]



Pembaca. Apa yang akan Anda lakukan jika memiliki kesempatan berduaan dengan lawan jenis Anda di satu kamar tertutup tanpa ada yang mengganggu? Jawaban tentu beragam. Apalagi bila itu jawaban dalam hati. Mungkin ada yang lari. Mungkin ada yang berbuat keji (zina). Atau jawaban lain.
Nabi Yusuf memilih untuk meninggalkan wanita itu dan bermaksud keluar dari kamar. Pilihan ini telah menyelamatkannya dari dosa besar. Apa yang menyelamatkan Nabi Yusuf dari perbuatan keji tersebut? Jawabannya tertulis dalam lanjutan ayat tersebut.

 Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya, Demikianlah agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba kami yang terpilih (yang ikhlas). [QS. Yusuf : 24]

Secara tersurat Allah menyatakan bahwa Nabi Yusuf termasuk golongan orang-orang yang ikhlas. Dan keikhlasan inilah yang telah menuntunnya menjauh dari dosa. Kok bisa? Sabar, dong. Mari kita urai satu per satu.

Ikhlas menurut arti bahasa artinya membersihkan atau memurnikan sesuatu dari kotoran.
Sedangkan menurut istilah syar’i, ikhlas adalah membersihkan dan memurnikan ibadah dari segala jenis kotoran syirik.

Setelah diketahui pengertian ikhlas menurut pengertian syar’i, dapat diambil kesimpulan bahwa orang dikatakan ikhlas dalam beribadah apabila ia memenuhi dua syarat.

Syarat pertama adalah bertauhid. Yaitu mengesakan Allah dalam uluhiyyah, rububiyyah serta asma dan sifat-Nya.

Syarat kedua adalah meninggalkan segala jenis syirik, baik itu syirik besar maupun syirik kecil.

Dua syarat tersebut berkaitan sangat erat. Tidak mungkin seseorang memenuhi satu syarat dan mengabaikan syarat yang lain. Orang yang ingin sempurna tauhidnya harus meninggalkan syirik.
Lalu bagaimana keikhlasan ini dapat menyelamatkan seseorang dari perbuatan keji? Sejarahnya ternyata hampir setua sejarah manusia.

Pada saat diusir dari surga Iblis telah bersumpah akan menyesatkan seluruh anak cucu Adam. Namun ada orang yang dapat diganggu oleh Iblis yaitu orang-orang yang ikhlas, sebagaimana telah dijelaskan dalam firman Allah ta’ala :

 Iblis menjawab : “Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.” [Shaad : 82 – 83]
Logikanya, bila manusia ikhlas dalam beribadah kepada Allah, maka Iblis tidak akan mampu menggodanya. Dan bila tidak mendapat godaan dari Iblis, maka manusia akan jauh dari dosa.

That simple? Ya, begitulah. Namun untuk menjadi manusia yang ikhlas tidak gampang. Dibutuhkan landasan ilmu, kesungguhan dan konsistensi.

Bila Ikhlas adalah tanaman, maka dia harus ditanam dengan teknik yang benar (ilmu), dengan media yang baik (kesungguhan) dan rajin merawatnya (konsistensi) agar dapat tumbuh dengan baik. Bila kita lalai tanaman ikhlas itu dapat layu bahkan mati.

Di sini saya berharap bisa berdiskusi dengan pembaca semua untuk menjaga keimanan kita dan agar tidak futur (terputus dari petunjuk). Agar tidak layu tanaman ikhlas kita