Sunday, August 21, 2016

Menjadi Tak Terkenal

Menjadi Tak Terkenal

.
Malam yg senyap, Di waktu ini, bnyk kisah para salaf bermunajat memuja Rabb mereka, tanpa berharap satu pun lirik mata. Mereka lebih senang tak dikenal & disanjung. Walaupun mereka pemilik amalan yg agung.
.
Berbeda dgn khalayak kini. Bekerja dlm diam dinilai tdk berkontribusi. Popularitas merupakan sebuah harga. Penghargaan & penghormatan adlh kebanggaan. Pujian adlh harapan.
.
Salah seorang ulama besar generasi tabiut tabi’in, Abdullah bin al-Mubarak, mengatakan tidak dikenal & tdk disanjung adlh kehidupan. Menjadi biasa di mata manusia adlh harapan. Salah seorang murid beliau, Hasan bin Rabi’, bercerita, “Suatu hari, aku bersama Ibnul Mubarak menuju tempat minum umum. Orang2 (mengantri) minum dari tempat trsbt. Lalu Ibnul Mubarak mendekat ke tempat peminuman umum itu, tdk ada org yg mengenalinya. Mereka me-mepet2 bahkan men-dorong2nya.
.
Ketika keluar dari desak2an trsbt, Ibnul Mubarak berkata, ‘Yg seperti inilah baru namanya hidup. Ketika org tdk mengenalmu & tidak meng-agung2kanmu’.” (Shifatu Shafwah, 4/135).
.
Mungkin Anda adlh seorang aktivis yg dihargai di rantau. Menjadi pembicara di mimbar & memimpin jamaah shalat. Mewakili universitas / bahkan delegasi negara. Saat pulang, Anda dianggap biasa. Tdk memiliki keistimewaan di masyarakat. Maka nikmatilah keadaan tersebut. Krn itulah hakikat hidup.
.
Bila masa Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu keluar dari rumahnya. Lalu orang2 mengikutinya. Lalu beliau bertanya, “Apakah kalian ada keperluan?” Mereka menjawab, “Tdk ada. Kami hanya ingin berjalan bersamamu”. Ibnu Mas’ud menegur mereka, “Pulanglah (jgn ikuti aku). Yg demikian itu kehinaan bagi yg mengikuti & fitnah (ujian ketenaran) bagi yg diikuti”. (Shifatu Shafwah, 1/406).
.
Diikuti masa ditempeli teman kesana kemari dpt mengeraskan hati. Manusia bisa merasa bernilai luar biasa, pdhl di sisi Allah dia bukanlah siapa2.
.
Bukanlah manusia tempat kita berharap balasan. Akan tetapi apa yg ada di sisi Allah lah yg terbaik.
.
Sumber:
– al-Jalil, Abdul Aziz bin Nashir. 1994. Aina Nahnu min Akhlaq as-Salaf. Riyadh: Dar at-Thayyibah.