Monday, June 22, 2015

Tanya Jawab Dalam Memahami Isi Al-Qur’an (3/6) – Muhammad Nashiruddin Al-Albani

Tanya Jawab Dalam Memahami Isi Al-Qur’an (3/6) – Muhammad Nashiruddin Al-Albani
Disalin kitab Kaifa Yajibu ‘Alaina Annufasirral Qur’anal Karim, edisi Indonesia Tanya Jawab Dalam Memahami Isi Al-Qur’an, Penulis Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, terbitan Pustaka At-Tauhid, penerjemah Abu Abdul Aziz




Pertanyaan.
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani ditanya : Dalam Al-Qur’an surat Ali Imran : 54 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Artinya : Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya”
Sebagian orang merasa berat memahami makna dari ayat ini. Bagaimana kita memahami bahwa Allah itu pembuat tipu daya yang terbaik ? Sementara tidak ada ta’wil untuk ayat tersebut ?
Jawaban.
Dengan karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala, insya Allah masalah tersebut mudah dipahami. Sebagaimana kita tahu bahwa tipu daya itu tidak selamanya jelek dan tercela dan sebaliknya tidak selamanya baik.
Misalnya ada seorang kafir yang akan membuat tipu daya terhadap seorang muslim, tetapi karena si muslim ini kebetulan seorang yang cerdik dan selalu waspada, maka dia balik membikin tipu daya agar niat jahat si kafir tersebut tidak sampai mengenai dirinya. Dalam keadaan seperti ini tentu tidak bisa dikatakan bahwa si muslim ini telah berbuat kesalahan dan melanggar syari’at.
Hal ini akan lebih jelas ketika kita perhatikan sabda Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Artinya : Perang adalah tipuan” [Shahih Bukhari No. 3030, Shahih Muslim No. 1740]
Kata “tipuan” dalam hadits ini sama sifatnya dengan kata “tipu daya” pada ayat di atas. Seorang muslim yang menipu saudaranya sesama muslim jelas hukumnya adalah haram, tetapi seorang muslim yang menipu orang kafir yang merupakan musuh Allah dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam (di dalam peperangan), maka hal seperti itu tidaklah haram, bahkan hukumnya wajib.
Demikian juga tipu daya seorang muslim terhadap orang kafir yang lebih dulu berniat membuat tipu daya terhadap dirinya dengan tujuan untuk menyelamatkan dirinya seperti ini jelas tidak tercela, bahka ini adalah tipu daya yang baik. Tipu daya ini dilakukan oleh seorang manusia. Lalu bagaimana kalau tipu daya tersebut berasal dari Dzat yang menguasai seluruh alam ? Yang Maha Tahu, Maha Bijaksana, Apakah mungkin tipu daya-Nya tercela ?.
Kesimpulan.
  • Tipu daya itu ada yang jelek dan ada yang baik
  • Segala sesuatu yang tercela menurut angan-angan kita, maka akan menjadi terpuji (menjadi sebaliknya) apabila disandarkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
  • Angan-angan/anggapan yang tidak dikembalikan kepada Allah (tidak berdasarkan dalil) merupakan suatu kesalahan.
  • Ayat di atas mengandung pujian terhadap Allah, bukan mengandung sesuatu yang tidak boleh di-nisbat-kan (disandarkan) kepada Allah
Pertanyaan.
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani ditanya : Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam Al-Qur’an surat Al-Imran : 85
“Artinya : Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima”
Sementara dalam surat Al-Maidah : 69 disebutkan.
“Artinya : sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Shabi’in, dan orang-rang Nasrani apabila mereka beriman kepada Allah dan hari akhir serta beramal shalih, maka tidak ada ketakutan dan kesedihan yang akan menimpa mereka”
Bagaimana caranya kita memahami dua ayat yang seolah-olah bertentangan ini ?
Jawaban.
Tak ada pertentangan antara dua ayat tersebut. Ayat pertama Ali Imran : 85 berlaku bagi kaum yang telah sampai da’wah Islam kepada mereka, sedangkan ayat kedua Al-Ma’idah : 69 berlaku bagi kaum yang hidup pada zaman mereka masing-masing (dengan cara mengikuti syari’at dari nabi/rasul mereka masing-masing, -pent-).
Adapun tentang shabi’in (shabi’ah) yang dikenal selama ini sebagai penyembah bintang, sebetulnya mereka dulunya adalah orang-orang yang bertauhid (dan mengikuti syari’at sebagian para rasul, -pent), akan tetapi setelah lewat masa yang panjang, sedikit demi sedikit mereka terjatuh ke dalam kemusyrikan dan akhirnya mereka menyembah bintang. Hal ini sama saja dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani yang hari ini juga semuanya sudah terjatuh dalam kemusyrikan.
Nah… siapapun diantara mereka (shabi’ah, Yahudi , Nasrani) yang berpegang teguh dengan agamanya masing-masing dan mereka hidup sebelum datangnya Islam, maka mereka tidak akan ditimpa ketakutan dan kesedihan. Dan mereka adalah termasuk orang-orang yang beriman. Akan tetapi, setelah Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan dakwah Islam telah sampai kepada mereka, maka Allah tidak akan menerima agama mereka sebelum mereka masuk Islam.
Saat ini… ada satu masalah yang sangat besar yang menimpa sebagian kaum muslimin, yaitu orang-orang yang mengira bahwa mereka telah memeluk agama Islam dan telah menjalankan syari’at Islam tetapi sebenarnya mereka telah keluar dari Islam dan telah jatuh dalam kekafiran karena aqidah dan keyakinan mereka telah sesat dan menyimpang, sehingga membatalkan ke-Islam-an mereka. Mereka itu adalah kelompok Islam ‘Ahamdiyah Qodiyan’ yang berkeyakinan bahwa ada nabi lagi setelah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Mereka ini sudah tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang sudah disebutkan dalam surat Al-Maidah : 69 di atas, karena hujjah sudah tegak di hadapan mereka. Apabila mereka mengaku sebagai muslim, tentu mereka telah membaca/mendengar dari Al-Qur’an dan hadits tentang bagaimana prinsip-prinsip aqidah Islam.
Adapun orang-orang yang sama sekali belum pernah mendengar dakwah Islam, maka orang seperti ini tidak akan langsung divonis masuk neraka oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Orang yang meninggal dalam keadaan belum pernah mendengar dakwah Islam sama sekali akan mendapat perlakuan khusus dari Allah di akhirat dengan mengutus seorang rasul kepada mereka. orang-orang ini akan diuji oleh Allah lewat rasul tersebut, seperti Allah telah menguji manusia di dunia. Apabila orang-orang tersebut menyambut seruan rasul dan mentaatinya maka dia akan dimasukkan ke dalam surga. Jika tidak, maka dia akan masuk neraka. [Ash-Shahihah No. 2468]

Blog Vila Baitullah