Wednesday, March 25, 2015

Saudariku, Sampai Kapan Kau Terlena?

Saudariku, Sampai Kapan Kau Terlena?


Syaikh Salim Al Ajmi
    
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Sahalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi termulia, pemuka para rasul. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah dan tidak ada sekutu baginya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
      
Saudariku muslimah….
Ketahuilah, kesulitan yang menimpa umat islam saat ini merupakan adzab dari Allah. Adzab tersebut tidaklah turun kecuali disebabkan dosa para hambanya yang dengan itu diharapkan mereka mau bertaubat Rabb mereka dan mau kembali kepada-Nya. Dalam tulisan yang ringkas ini kami ingin menjelaskan sebagian sebab yang menyampaikan kita kepada keadaan yang kita alami sekarang ini, agar kita mengoreksi diri dan memperbaiki kesalahan.
Pertama, dosa-dosa dan kemaksiatan
Tidak diragukan lagi bahwa dosa dan kemaksiatan termasuk sebab terbesar yang menyampaikan umat terdahulu pada kebinasaan. Ali radliyallahu ‘anhu berkata:"Tidaklah turun bala (siksaan) kecuali karena dosa, dan bala tersebut tidak akan diangkat kecuali dengan taubat." Ketika bala menimpa suatu kaum, tak ada satupun usaha manusia yang mampu menahannya, meski ada orang-orang shalih diantara mereka. Sebagaimana ucapan Zainab kepada Nabi (yang artinya): "Apakah kita akan dibinasakan sedangkan ada orang-orang shalih diantara kita?" Nabi bersabda (yang artinya): "Ya, apabila telah banyak kejelekan." (Shahih, HR. Bukhari no.7059 dan Muslim no.2880)
      
Pada umat inipun ada orang-orang shalih, akan tetapi banyak pula tersebar kejelekan. Oleh karena itu hendaknya orang-orang yang memiliki akal menjauhi dosa-dosa dan kemaksiatan agar Allah tidak memasukkan dirinya ke dalam adzabnya yang pedih dan tidak menghadapkan dirinya kepada kemurkaan Allah.
Allah subhanahu wa ta’ala berfrman (yang artinya): "Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan dengan sebuah negeri yang dahulunya aman dan tenteram, rezeki datang kepada mereka melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi penduduknya mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah menimpakan kepada mereka kelaparan dan ketakutan disebabkan apa yang mereka perbuat."  (An-Nahl : 112)
Kedua, lemahnya ketakwaan
Ketahuilah wahai saudariku, semoga Allah merahmatimu. Lemahnya takwa dalam hati juga merupakan sebab yang mengantarkan kepada kebinasaan dan hilangnya kenikmatan serta berubahnya keadaan yang paling baik menjadi yang paling buruk. Dia yang maha suci berfirman (yang artinya): "Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka barakah dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Kami, maka kami siksa mereka karena perbuatan mereka itu."  (Al-A’raf : 96)
Ketiga, merajalelanya kerusakan
Merajalelanya bermacam-macam perbuatan dosa, seperti wanita menampakkan perhiasan(aurat) nya di depan laki-laki yang bukan mahram, bercampur baurnya laki-laki dan wanita yang bukan mahram tanpa hijab yang syar’i, banyaknya perzinaan, ditinggalkannya shalat dan zakat, banyaknya riba, dan sebagainya termasuk sebab turunnya bala pada umat ini. Ketika perbuatan tersebut dilakukan terang-terangan dalamsuatu kaum dan disiarkan sampai merata dikalangan mereka, maka dipastikan akan turun adzab. Allah berfirman (yang artinya): "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, agar Allah menimpakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka agar mereka mau kembali."  (Ar-Ruum : 41)

Keempat, merasa aman dari makar Allah

Orang-orang shalih selalu tunduk dalam ketaatan, bertaubat, dan khusyu. Hati mereka bergetar karena takut kepada Allah dan khawatir terhadap adzab-nya yang pedih. Namun sungguh mengherankan, ada orang yang menampakkan kemaksiatan dihadapan Allah secara terang-terangan. Sungguh mengherankan, ia terus-menerusmelakukan dosa-dosa besar dan kemaksiatan. Tidaklah ia meninggalkan satu dosa kecuali telah melakukan dosa yang lain. Sungguh mengherankan, wanita yang keluar dalam keadaan tidak berpakaian kecuali hanya sekedar menutup separuh badannya, kemudian ia pergi ke pasar dan menimbulkan fitnah di hati hamba-hamba Allah. Betapa mengherankan orang yang lalai padahal ia berada dalam pengawasan Allah. Sungguh sangat mengherankan, bagaimana mereka semua merasa aman dari makar Allah!! Apakah mereka belum pernah mendengar firman Allah (yang artinya):"Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari datangnya siksaan Kami pada mereka di malam hari sat mereka tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari datangnya siksaan Kami di waktu dhuha ketika mereka sedang bermain? Apakah mereka merasa aman dari adzab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tidaklah merasa aman dari adzab Allah kecuali orang-orang yang merugi."  (Al-A’raf : 97-99)

Orang-orang yang merasa aman dari makar Allah adalah orang-orang yang merugi, karena mereka lengah dari adzab Allah hingga adzab itu sampai kepada mereka dengan tiba-tiba tanpa mereka sadari. Yang demikian itu disebabkan mereka merasa aman dari makar Allah. Mereka terus-menerus dalam kemaksiatan, tidak menyadari kemurkaan Allah hingga terjadilah apa yang terjadi.
Wahai saudariku muslimah…sepantasnya seeorang muslim yang hakiki mengetahui beberapa perkara penting berikut ini:
  1. Hendaknya kita berserah diri kepada Allah dan meyakini bahwa Allah tidak akan mendzalimi siapapun sebagaimana firmannya (yang artinya): "Dan sekali-kali Allah tidak mendzalimi hamba-hambanya." (Al-Fushilat :46). Sebab turunnya adzab kepada manusia adalah akibat ulah mereka sendiri, sebagai buah dari amalan mereka. Allah berfirman (yang artinya): "Dan Allah tidaklah mendzalimi mereka, akan tetapi diri-diri mereka sendirilah yang dzalim." (Ali Imran : 117)   
  2. Wajib atas setiap muslim mengetahui bahwa ujian itu datangnya dari Allah. Hendaknya ia juga mengerti bahwa Allah menguji hamba-hambanya agar dapat dibedakan siapa yang betul-betul beriman kepada Allah dan siapa orang-orang munafik, siapa yang jujur dan siapa yang dusta. Hal ini adalah sunnatullah yang berlaku pada umat-umat terdahulu.
  3. Wajib bagi kita untuk bersabar, mengharap pahala, dan memuji Allah atas segala yang ditakdirkannya. Hendaknya kita tidak mengeluh atas takdir buruk yang menimpa kita. Kesabaran adalah jalan yang paling selamat dan paling mudah untuk mendapatkan kelapangan dari Allah. Dia berfirman (yang artinya): "Jika kalian bersabar dan bertakwa maka yang demikian itu sungguh merupakan hal yang patut diutamakan."  (Ali Imran : 186)
  4. Marilah kita bertaubat kepada Allah dan memohon ampunannya atas apa yang telah kita lakukan baik itu perbuatan maksiat dan dosa-dosa ataupun kelemahan dalam menjalakan kewajiban. Kita sadari bahwa taubat adalah satu-satunya cara mancapai jalan keselamatan. Allah berfirman (yang artinya): "Dan bertaubatlah kamu sekalian wahai orang-orang yang beriman agar kalian beruntung."  (An Nur : 31)
Ataukah kita akan terus berada dalam kemaksiatan dan dosa dengan meninggalkan shalat, memakan riba, dan lainnya? Akankah para wanita tetap bertabarruj (bersolek dan dipertontonkan di depan laki-laki yang bukan mahram) dan safar tanpa mahram? Apakah kita ingin menunda taubat. Wahai saudariku muslimah…marilah kita bertaubat kepada Allah dengan taubatan nashuha. Marilah kita kembali kepada Allah. Semoga Allah meringankan bencana atas kita dan menahan siksanya.

"Wahai Rabb kami, hilangkanla adzab dari kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang beriman kepada-Mu."  (Ad Dukhan : 12)
Shalawat dan salam atas nabi kita Muhammad shallallhu ‘alaihi wa salam. Wallahu a’lamu bishawab.


Diterjemahkan dari kitab Ilaa Mataa Al Ghiflah karya Abu Umar Salim Al Ajmi
Sumber: asysyariah.com