Thursday, March 26, 2015

Kisah Tiga Raja

Kisah Tiga Raja


Setelah Perjanjian Hudaibiyyah Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam memiliki kesempatan untuk berdakwah yang lebih luas. Beliau mengirimkan banyak surat kepada pembesar di berbagai negeri menyeru mereka kepada Islam.

Saya ingin menceritakan lagi tiga kisah di antaranya. Kisah tiga orang raja yang berbeda reaksinya ketika menerima surat dari Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam. Perbedaan reaksi ini berakibat pada perbedaan nasib yang mereka alami.

Mari kita mulai perjalanan wisata kita ke tiga negeri untuk menemui tiga orang raja.

Negeri Habasyah

Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam menulis surat kepada An-Najasyi yakni Ashhamah bin Al-Abjar dan menyerunya kepada Islam. Raja An-Najasyi mengambil surat itu, beliau lalu meletakkan ke wajahnya dan turun dari singgasana. Beliaupun masuk Islam melalui Ja’far bin Abi Tholib radiyallahu ‘anhu.

Beliau lalu mengirimkan surat kepada Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam dan menyebutkan tentang keislamannya.

Raja An-Najasyi akhirnya meninggal dunia pada bulan Rajab tahun ke-9 Hijriyyah. Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam memberitakan hal itu pada hari wafatnya lalu melakukan shalat ghaib untuknya.

Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam juga mengabarkan bahwa Raja An-Najasyi kelak akan masuk surga.

Negeri Romawi


Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam mengirim surat kepada Kaisar Heraklius dan menyerukan kepada Islam. Pada waktu itu Kaisar sedang merayakan kemenangannya atas Negeri Persia.

Kaisar lalu melakukan penelitian atas kebenaran Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam sebagai nabi. Dari hasil penelitian ini Kaisar mengetahui kebenarannya namun ternyata tetap enggan masuk Islam.

Kaisar memuliakan surat dari Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam namun masih lebih mencintai tahtanya. Akibatnya adalah di dunia Allah Subhanahu wa Ta’ala memanjangkan kekuasaannya. Namun dia harus mempertanggungjawabkan kekafirannya di akhirat kelak.

Negeri Persia

Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam mengirim surat kepada Kisra Abrawaiz raja dari Negeri Persia dan menyerunya kepada Islam. Namun ketika surat itu dibacakan kepada Kisra, ia pun merobeknya sambil berkata, ”Budak rendahan dari rakyatku menuliskan namanya mendahuluiku”.

Ketika berita tersebut sampai kepada Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam, beliaupun mengatakan, ”Semoga Allah mencabik-cabik kerajaannya.”

Doa tersebut dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Persia akhirnya kalah dalam perang menghadapi Romawi dengan kekalahan yang menyakitkan. Kemudian ia pun digulingkan oleh anaknya sendiri yakni Syirawaih. Ia dibunuh dan dirampas kekuasaannya.

Seterusnya kerajaan itu kian tercabik-cabik dan hancur sampai akhirnya ditaklukkan oleh pasukan Islam pada jaman Khalifah Umar bin Khaththab radiyallahu ‘anhu hingga tidak bisa lagi berdiri.

Selain itu Kisra masih harus mempertanggungjawabkan kekafirannya di akhirat kelak.

Negeri Indonesia

Bagaimana dengan kita? Sudah sampaikah ”surat” dari Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam kepada kita dan menyeru kepada Islam? Bila sudah datang, bagaimana sikap kita? Menerimanya dengan terbuka seperti Ashhamah bin Al-Abjar dan memperoleh kemenangan di dunia dan akhirat?

Ataukah mengetahui kebenarannya namun enggan menerima seperti Kaisar Heraklius dari Romawi? Apakah kita masih lebih mengutamakan dunia yang fana ini?

Ataukah kita mencampakkan ”surat” dan seruan itu ke belakang punggung kita? Naudzubillahi min dzalik.